Faktor Penyebab Elektabilitas Khofifah-Emil Tembus 61,2 Persen Menurut Indikator Politik

Survei Indikator Politik dilakukan pada 9-14 September 2024.

Dok. Web
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Elektabilitas Calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa serta Emil Elestianto Dardak menembus angka 61,2 persen dalam hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia. Direktur Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menguraikan faktor-faktor penunjang tingginya angka elektabilitas pasangan calon itu.

"Ada sejumlah faktor, mulai dari kepuasan publik hingga sumbangan elektoral dari pendukung Emil Elestianto Dardak," kata Burhanuddin Muhtadi dalam keterangan diterima di Surabaya, Selasa (1/10/2024).

Baca Juga



Burhanuddin menjelaskan dalam simulasi enam nama Cagub Jatim, elektabilitas Khofifah di angka 52,0 persen, disusul Tri Rismaharini di angka 22,8 persen, kemudian Emil Dardak di angka 7,2 persen. Lalu ada nama Lukmanul Khakim di angka 1,3 persen, Luluk Nur Hamidah 1,0 persen, Gus Hans 0,7 persen.

Ketika simulasi dikerucutkan tiga nama, elektoral Khofifah menguat di angka 60,9 persen, Risma 26,9 persen, dan Luluk Nur Hamidah di angka 1,8 persen.

"Ketika simulasi tiga nama cagub Jatim, nama Khofifah melejit setelah Emil Dardak kita keluarkan dalam simulasi. Hasilnya pendukung Emil dengan sendirinya memilih Khofifah dari sebelumnya elektabilitas Khofifah di kisaran 50 persen, langsung kumpul ke Khofifah di angka 60 persen," kata Burhanuddin.

Burhanuddin menyebut Emil menjadi cawagub dengan sumbangsih elektoral terbesar ke Cagub Jatim 2024. Alhasil, dalam simulasi berpasangan, Khofifah-Emil menembus angka 61,2 persen.

"Di antara cawagub yang relatif sudah punya kontribusi elektoral cukup lumayan adalah Emil Dardak di angka 7,2 persen (survei top of mind). Dia punya kontribusi, jadi bukan hanya kekuatan elektoral personal Khofifah yang sementara ini mengungguli nama-nama lain, tapi wakilnya yakni Emil punya kontribusi yang lumayan. Nama lain belum cukup kontribusi," ujarnya.

Tingginya elektoral Khofifah-Emil, lanjut Burhanuddin, juga dipengaruhi oleh responden yang menyatakan sudah ada bukti nyata hasil kerja dari Khofifah-Emil di Jatim. Selain itu, Khofifah-Emil dinilai berpengalaman di pemerintahan, perhatian ke rakyat, dan bersih dari praktik KKN.

Dalam survei Indikator Politik simulasi tiga pasangan calon elektabilitas Khofifah-Emil di angka 61,2 persen. Kemudian disusul Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta 26 persen.

Selanjutnya Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim 2,2 persen. Sementara ada 0,5 persen responden memilih golput, dan 10,2 persen responden tidak menjawab.

Survei Indikator Politik dilakukan pada 9-14 September 2024 dengan jumlah responden sebanyak 1.000 orang warga Jawa Timur. Survei ini memiliki margin of error di angka 3,2 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Jadwal Pilkada Serentak 2024 - (Infografis Republika)

 

Sebelumnya, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Fahrul Muzaqqi menyebut secara teori elektabilitas pasangan calon Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sangat berat untuk dikejar dua pasangan calon lain. Khofifah-Emil unggul di sejumlah lembaga survei yang merilis hasil terbaru elektoral tiga pasangan calon baru di Pilkada Jatim 2024.

Fahrul menyebut Khofifah-Emil telah mencapai batas ambang psikologis elektoral bagi pasangan calon petahana yakni di angka 60 persen.

"Angka itu cukup nyaman bagi pasangan calon petahana. Rasanya, dengan waktu yang tidak sampai dua bulan, berat sekali mengejar elektoral Khofifah-Emil," kata Fahrul.

"Kita tahu yang belum menentukan saja hanya di bawah 15 persen. Andaikata angka yang belum menentukan itu diambil semua oleh pasangan calon terdekat dalam hal ini nomor urut 3, maka hasilnya juga masih belum sampai mengejar, hanya mengikis selisih angka. Dan undicided voters biasanya juga tersebar ke semua pasangan calon, tidak merujuk ke satu pasangan calon saja," tambahnya.

Menurut Fahrul, meski Khofifah-Emil sudah unggul, tetapi dalam politik harus waspada dalam semua hal. Apalagi, waktu dua bulan juga bukan waktu yang cepat.

"Saya rasa ini angka aman, namun tetap harus diwaspadai menjelang Pilkada Jatim nggak sampai dua bulan. Ini penting masing-masing kandidat khususnya Khofifah-Emil tetap waspada dari pergerakan dua pasangan calon lain. Karena sisa waktu ini akan dimaksimalkan dengan menggenjot kampanye," katanya.

Dia mengingatkan agar jangan sampai mengabaikan kantong-kantong suara yang belum kuat, yang masih banyak pemilih mengambangnya ya.

"Itu PR utama Khofifah-Emil untuk mempertahankan tingkat elektabilitasnya. Kantong-kantong yang perlu diperkuat itu para pemilih pemula, milenial dan gen Z, ini perlu ditekankan karena ceruk suara ini besar. Pasangan calon harus bisa merawat segmen suara ini," ucapnya.

Pendapat berbeda diutarakan pengamat politik Universitas Brawijaya Anang Sujoko. Ia  menyatakan pasangan calon Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak butuh usaha ekstra untuk memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Anang di Kota Malang, pada awal September lalu, menyatakan munculnya pasangan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumat atau Gus Hans dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakhim berpotensi menggerus suara Khofifah-Emil, khususnya dari kalangan Nahdliyin.

"Dengan mengambil Gus Hans sebagai bakal calon wakil gubernur menunjukkan bahwa Risma ingin mengambil masa Nahdlatul Ulama (NU). Kehadiran Luluk memiliki potensi menggerus suara Khofifah," kata Anang.

Anang menyatakan meski diusung kekuatan 15 partai politik, Khofifah-Emil harus mewaspadai gerakan maupun manuver tim pemenangan dan simpatisan dua pesaingnya. Apalagi Gus Hans yang merupakan tokoh muda NU juga memiliki masa loyal. Pun demikian Luluk Nur Hamidah dengan sokongan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai pemenangan pemilihan umum (pemilu) legislatif di Jawa Timur.

"Hal ini akan memiliki potensi untuk menurunkan persentase suara petahana, meski tidak banyak tetapi bisa membuat perolehannya tak sampai 50 persen," ujarnya.

Oleh karena itu, pertarungan Pilkada Jawa Timur 2024 disebutnya akan berjalan sengit, lantaran ketiga bakal calon gubernur merupakan sosok wanita atau srikandi yang kenyang pengalaman di dunia eksekutif maupun legislatif. Khofifah merupakan petahana Gubernur Jawa Timur, juga Ketua PP Muslimat Nahdlatul Ulama, mantan Menteri Sosial, hingga anggota DPR RI.

Kemudian untuk Luluk Nur Hamidah merupakan politikus PKB dan merupakan anggota DPR RI. Sedangkan Risma, dia adalah Menteri Sosial, pernah menjadi Wali Kota Surabaya dua periode, dan merupakan menjabat sebagai Ketua United Cities and Local Goverment Asia-Pacific (UCLG Aspac).

"Khofifah punya kekuatan basis masa dari Muslimat NU, basis masa Risma mayoritas budaya arek di Surabaya, dan jika mesin PKB berjalan seperti pemilu Luluk bisa mengganggu suara Khofifah," kata dia.

Komik Si Calus : Gagal Nyaleg - (Republika/Daan Yahya)

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler