IHSG Ditutup Melemah Seiring Eskalasi Geopolitik

IHSG ditutup melemah 78,87 poin atau 1,03 persen ke posisi 7.563,25.

Republika/Prayogi
IHSG ditutup melemah 78,87 poin atau 1,03 persen ke posisi 7.563,25.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (2/10/2024) sore, ditutup melemah seiring dengan eskalasi tensi geopolitik. IHSG ditutup melemah 78,87 poin atau 1,03 persen ke posisi 7.563,25. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 14,66 poin atau 1,54 persen ke posisi 938,69.

Baca Juga


"Iran menembakkan lebih dari 100 rudal balistik ke Israel sebagai aksi balasan dari pembunuhan pemimpin kelompok Hizbullah di Libanon, sebuah eskalasi ketengan di Timur Tengah yang dikhawatirkan investor akan mengganggu aliran pasokan minyak ke pasar global," sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.

Akibatnya harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah lompat lebih dari 2 persen. Peningkatan ketegangan ini juga memicu permintaan terhadap aset-aset yang dianggap aman (safe haven), terlihat dari kenaikan lebih dari 1 persen pada harga emas dan penurunan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 Tahun menjadi 3.73 persen dari 3.79 persen.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data dari pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) dan dari sektor Manufaktur AS. Dari mancanegara, data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) memperlihatkan jumlah lowongan kerja secara tak terduga bertambah sebanyak 329.000 menjadi 8,04 juta di bulan Agustus dari 7,71 juta di bulan Juli dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang sebesar 7,65 juta.

Hal ini memperkuat narasi bahwa meskipun pasar tenaga kerja AS sudah melambat, tapi tidak dengan laju yang cukup cepat. Sementara itu di sektor manufaktur, data ISM Manufacturing Index berada di level 47.2 di bulan September, sama dengan pencapaian di bulan Agustus dan sedikit lebih rendah dari ramalan pasar 47.5. Data ini menunjukkan bahwa kontraksi di sektor manufaktur sudah berlangsung selama enam bulan beruntun.

Dari Eropa, investor menerima kabar baik bahwa tingkat inflasi di zona Euro untuk pertama kali dalam lebih dari tiga tahun turun di bawah 2 persen, menurut perhitungan awal, Inflasi (CPI) zona Euro tumbuh melambat menjadi 1,8 persen (yoy) di bulan September dari 2.2 persen (yoy) di bulan Agustus. 

Perlambatan ini membuka jalan bagi bank sentral Eropa (ECB) untuk memangkas suku bunga dengan lebih cepat. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sepuluh sektor melemah. Sektor yang mengalami koreksi terdalam yaitu sektor infrastruktur sebesar 1,55 persen serta keuangan dan barang konsumen non-primer masing-masing 1,52 persen. Sementara sektor energi turun sebesar 0,33 persen.

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu INTD, NEST, MEDC, RAJA, dan TRUK. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni PMMP, BBYB, BIPI, TOBA, dan APLN. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.495.428 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 33,03 miliar lembar saham senilai Rp 14,35 triliun. Sebanyak 163 saham naik, 453 saham menurun, dan 186 tidak bergerak nilainya.

Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 843,19 poin atau 2,18 persen ke 37.808,80, indeks Hang Seng menguat 1.310,05 poin atau 6,20 persen ke 22.443,73, dan indeks Strait Times menguat 8,91 poin atau 0,25 persen ke 3.589,87. Sementara itu, indeks Shanghai (China) libur memperingati hari libur nasional negara tersebut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler