Siapa Brian Armstrong yang Dirumorkan Pernah Menikah dengan Raline Shah?

Brian Armstrong memberikan klarifikasi bahwa dia belum pernah menikah sebelumnya.

Dok. X/@brian_armstrong
Pernikahan Brian Armstrong (kanan) dan Angela Meng (kiri). Brian Armstrong dirumorkan pernah menikah dengan Raline Shah.
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Brian Armstrong sedang hangat dibicarakan di media sosial (medsos). Semua ini bermula ketika Armstrong mengumumkan pernikahannya dengan Angela Meng. Lalu muncul dugaan bahwa Armstrong pernah menikah dengan aktris Indonesia Raline Shah.

Baca Juga


Akun @exitValhalla di kanal X membahas pernikahan Brian Armstrong dan Angela Meng. "Everyone forgot this egghead divorced his first asian wife last year (semua orang lupa orang ini menceraikan istri Asia pertamanya tahun lalu)," begitu kata akun tersebut sembari mengunggah foto Brian dan Raline.

Brian Armstrong pun segera memberikan klarifikasi di akun X-nya. "Melihat beberapa informasi keliru di luar sana. Saya belum pernah menikah sebelumnya. Namun, terima kasih ketertarikan kalian," ujarnya, Kamis (10/10/2024).

Siapakah Brian Armstrong?

Dilansir laman Fintech Magazine, Brian Armstrong, merupakan salah satu pendiri dan CEO Coinbase. Dia berhasil mengubah perusahaan rintisan tersebut menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar.

Di dunia mata uang kripto, hanya sedikit nama yang memiliki pengaruh sebesar Brian Armstrong. Sebagai salah satu pendiri dan CEO Coinbase, Armstrong telah berperan penting dalam menjembatani kesenjangan antara dunia aset digital yang misterius dan konsumen sehari-hari.

Perjalanannya dari seorang software engineering menjadi maestro kripto merupakan bukti dari visi dan kemampuannya untuk menavigasi hal yang tidak pasti dari industri yang sedang berkembang.

Perjalanan Armstrong ke dunia Bitcoin dimulai pada 2010 ketika ia pertama kali membaca whitepaper yang ditulis oleh Satoshi Nakamoto yang menggunakan nama samaran. Tertarik dengan potensi mata uang digital yang terdesentralisasi, ia melihat peluang untuk mendemokratisasi keuangan dalam skala global.

“Saya merasa akhirnya dunia telah menciptakan sesuatu yang lebih baik daripada uang kertas dan emas,” ujar Armstrong dalam sebuah wawancara tahun 2020 dengan Crypto Startup School milik Andreessen Horowitz.

Momen ini berujung pada lahirnya Coinbase tahun 2012. Armstrong, bersama dengan salah satu pendirinya, Fred Ehrsam, berupaya menciptakan platform yang akan membuat jual beli mata uang kripto semudah perbankan daring. Itu adalah langkah berani dalam industri yang masih terguncang akibat runtuhnya Mt. Gox, yang saat itu merupakan bursa Bitcoin terbesar di dunia.

Dari awal yang kecil, Coinbase telah tumbuh menjadi raksasa di dunia kripto. Di bawah kepemimpinan Armstrong, perusahaan tersebut telah memperluas layanannya melampaui perdagangan sederhana hingga mencakup investasi institusional, solusi kustodian, bahkan kartu debit Visa yang memungkinkan pengguna untuk membelanjakan aset kripto mereka secara langsung.

Salah satu pencapaian Armstrong yang paling signifikan terjadi pada April 2021 ketika Coinbase menjadi perusahaan mata uang kripto besar pertama yang go public. Pencatatan langsung di Nasdaq menilai perusahaan tersebut hampir 100 miliar dolar AS pada hari pertama perdagangannya, sebuah sinyal yang jelas tentang semakin diterimanya aset digital dalam keuangan arus utama.

Namun, masa jabatan Armstrong bukan tanpa tantangan. Sifat pasar mata uang kripto yang tidak stabil telah menyebabkan fluktuasi yang signifikan dalam penilaian dan pendapatan Coinbase. Pada Juni 2022, di tengah penurunan pasar kripto yang lebih luas, perusahaan mengumumkan akan memberhentikan 18 persen dari tenaga kerjanya. Armstrong bertanggung jawab atas keputusan tersebut, dengan menyatakan dalam sebuah posting blog perusahaan: “Kami tumbuh terlalu cepat. Itu salah saya, dan saya ingin bertanggung jawab atas itu”.

Meskipun mengalami kemunduran ini, Armstrong tetap optimistis terhadap masa depan mata uang kripto dan peran Coinbase dalam membentuknya. Dia telah menjadi pendukung vokal untuk kejelasan peraturan di ruang kripto, dengan menyatakan bahwa aturan yang jelas sangat penting untuk pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang industri tersebut.

“Kami tidak mencoba untuk menghindari peraturan”, ujar Armstrong menjelaskan dalam sidang kongres tahun 2023.

“Kami mencoba menciptakan platform yang aman, tepercaya, dan patuh bagi orang-orang untuk mengakses teknologi baru ini", kata dia lagi.

Gaya kepemimpian Brian Armstrong menarik perhatian...lanjutkan membaca>>

 

Gaya kepemimpinan Armstrong juga menarik perhatian. Dikenal karena pendekatannya yang tanpa basa-basi terhadap budaya perusahaan, ia menjadi berita utama pada 2020 ketika menyatakan Coinbase akan menjadi perusahaan yang berfokus pada misi yang menghambat aktivisme politik di tempat kerja.

Meskipun kontroversial, langkah ini sejalan dengan fokus tajam Armstrong pada misi inti Coinbase. Ke depannya, Armstrong menghadapi tantangan untuk menavigasi lanskap regulasi yang semakin kompleks sambil terus berinovasi dalam industri tempat teknologi baru mulai berkembang.

Munculnya keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) dinilai menghadirkan peluang dan ancaman bagi model bisnis Coinbase. Namun, Armstrong tetap optimis. Ia melihat Coinbase bukan hanya sebagai bursa mata uang kripto, tetapi sebagai platform untuk inovasi keuangan. “Misi kami adalah untuk meningkatkan kebebasan ekonomi di dunia,” ungkapnya dalam surat pemegang saham beberapa waktu lalu.

Saat tampil di podcast Invest Like the Best, dia mengatakan, 20 tahun dari sekarang, dia percaya setiap perusahaan akan memiliki strategi kripto, sama seperti setiap perusahaan saat ini memiliki strategi internet. "Kami baru saja menggarap permukaan dari apa yang mungkin," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler