Netanyahu Info ke Biden: Ini Target di Iran yang akan Dibom Israel, Bukan Fasilitas Nuklir
Netanyahu menginformasikan rencana serangan ke Iran lewat telepon dengan Biden.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah memberikan jaminan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa militernya akan menyerang fasilitas militer Iran, bukan fasilitas nuklir atau kilang minyak. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden sudah mengingatkan Israel soal rencana menyerang balik Iran.
Menurut dua sumber anonim dikutip Washington Post dilansir Anadolu, Selasa (15/10/2024), termasuk satu sumber dari AS mengatakan, bahwa Netanyahu memberikan jaminan itu lewat sambungan telepon kepada Joe Biden pada pekan lalu. Netanyahu sudah bersumpah akan melancarkan serangan balasan usai Israel pada 1 Oktober lalu dihujani 180 misil balistik oleh Iran sebagai respons atas pembunuhan terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut.
Upaya serangan balasan Israel terhadap Iran sebulan menjelang Pemilu Presiden AS yang akan digelar pada 5 November 2024. Dan salah satu pejabat yang dikutip Washington Post mengatakan, respons Israel diupayakan menghindari persepsi "intervensi politik terhadap Pemilu AS".
AS tak menginginkan serangan Israel ke infrastruktur minyak Iran akan memicu lonjakan harga minyak dunia dan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran bisa menyebabkan eskalasi dramatis dari Teheran. Penjabat itu mengatakan, serangan Israel ke Iran akan dilancarkan sebelum 5 November, karena terus-menerus menunda serangan menunjukkan tanda kelemahan rezim Zionis di mata dunia.
"(Serangan) Itu akan jadi respons berseri," kata pejabat itu.
Pejabat AS mengatakan, Netanyahu berada dalam kondisi tenang selama diskusi dengan Biden pekan lalu, yang mana membuat Biden berkeputusan untuk mengirim sistem pertahanan udara THAAD ke Israel bersama 100 prajurit untuk mengoperasikannya.
Pentagon mengumumkan pengiriman THAAD pada Ahad (13/10/2024). Bantuan THAAD, menurut Pentagon, akan memperkuat sistem pertahanan udara Israel dan penegasan komitmen dukungan AS terhadap keamanan Israel.
"Itu bagian dari penyesuaian lebih luas yang dibuat oleh militer AS beberapa bulan terakhir, untuk mendukung pertahanan Israel dan melindungi warga Amerika dari serangan Iran dan milisi terkait Iran," ujar juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder.
Pada Senin (14/10/2024) malam, militer Israel memulai pengacakan sinyal GPS di kawasan markas Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv. Seperti dilaporkan oleh Walla dilansir Anadolu, pengacakan sinyal GPS itu sebagai langkah antisipasi atas kemungkinan serangan balasan dari Iran usai Israel melancarkan serangan dalam waktu dekat.
Dilaporkan juga bahwa, Israel tengah mempersiapkan diri atas kemungkinan serangan balasan dari Teheran, dengan cara mengaktifkan sistem pertahanan udara Angkatan Darat dalam kewaspadaan tinggi. Walla mengutip sumber militer yang mengatakan bahwa, AS akan membantu Israel dalam meningkatkan sistem pertahanan udaranya.
Ketegangan di kawasan terus meningkat menyusul aksi brutal militer Israel di Jalur Gaza selama satu tahun terakhir yang telah mengakibatkan terbunuhnya 42.300 orang. Peperangan kemudian meluas ke Lebanon, di mana militer Israel hingga kini membombardir beberapa daerah yang telah membunuh 1.500 warga sejak 23 September 2024.
Mengabaikan peringatan internasional, Israel belum menunjukkan tanda-tanda mengurangi intensitas serangan baik ke Gaza dan Lebanon. IDF bahkan mulai 1 Oktober lalu melancarkan serangan darat ke Lebanon.
Pekan lalu Komandan Operasi Darat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Morteza Mirian mengingatkan Israel tidak lagi membuat kesalahan. Dalam video yang dipublikasi oleh MEMRI pada Rabu pekan lalu, Mirian mengatakan, Iran memiliki kemampuan untuk menargetkan serangan misil atau rudal ke wilayah manapun di Israel.
"Dalam Operasi Janji Setia II, kami mendemonstrasikan keberanian kami menyerang musuh," kata Mirian dilansir Jerusalem Post, Kamis (10/10/2024).
Merujuk serangan 1 Oktober lalu, menurut Mirian, IRGC sukses melancarkan 180 misil balistik dari Iran ke Israel. "Kami tidak membutuhkan izin dalam situasi apapun. Jari-jari kami berada di tombol pemicu (misil) saat ini dalam rangka mengubah musuh menjadi debu jika mereka membuat kesalahan sekecil apapun," kata Mirian.
Mirian menegaskan, sistem pertahanan udara Israel seperti Iron Dome, David's Sling, dan Arrow telah terbukti gagal menghalau misil-misil Iran. Bahkan, negara-negara lain yang mencoba membantu mengintersep misil Iran, kata Mirian, juga tidak mampu berbuat banyak.
"Kami menargetkan lokasi mana saja yang kami inginkan. Kami bisa menghantam daerah manapun yang kami mau," kata Mirian.
"Satu poin penting adalah jika Anda (Israel) melancarkan sekali serangan, kami akan membalas sepuluh kali. Poin lainnya adalah mereka tidak bisa lagi menyerang kami tanpa ada pembalasan. Serangan balasan adalah kepastian. Poin terakhir saya adalah saya akan membalas, Kami menyetarakan respons terhadap semua level ancaman," tegas Mirian.
"Musuh harus tahu bahwa kami akan selalu membalas."