Perubahan Iklim Picu Konflik Nelayan dan Petani di Paraguay

Permukaan air sungai turun drastis.

Reuters/Cesar Olmedo
Kondisi sungai di Paraguay yang mengering akibat perubahan iklim, 12 Oktober 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, VILLA OLIVA -- Penurunan tajam debit air Sungai Paraguay yang mencapai rekor terendahnya pada bulan ini memicu konflik antara nelayan dan petani padi di negara itu. Konflik dipicu penggunaan air di lahan basah di wilayah selatan dekat perbatasan dengan Argentina.

Warga dan nelayan setempat mengatakan pertanian padi yang boros air menggunakan air sungai untuk irigasi. Hal ini semakin menekan tinggi permukaan sungai yang kian mengering akibat perubahan iklim.

“Ini sangat merusak. Mereka mengambil banyak air dan permukaan sungai menjadi lebih buruk,” kata seorang nelayan Crescencio Almada di wilayah yang merupakan bagian dari lahan basah di cekungan Plata, yang mengatur aliran sungai Paraguay dan Paraná, Kamis (17/10/2024).

Kemajuan pertanian dan kekeringan di hulu sungai yang menyebabkan sungai-sungai mengering di Amazon Brasil mengubah lanskap wilayah tersebut. Lahan yang kini ditanami padi, dulunya merupakan lahan basah atau hutan.

Namun, para petani padi dan pemerintah mengatakan masalahnya terkait dengan perubahan iklim, bukan irigasi. “Sudah lima tahun kami bekerja sama di daerah tersebut dan kami mengalami siklus rendahnya permukaan air di sungai dan juga saat-saat ketika air melimpah,” kata Presiden Federasi Padi Paraguay, Ignacio Heisecke.

Ia mengatakan sungai ini mengalir sepanjang 1.600 kilometer di dalam Brasil dan permukaan air yang rendah berasal dari hulu. "Produsen Paraguay yang berada di hilir tidak bisa disalahkan," tambahnya.


Direktur perlindungan dan konservasi air di kementerian lingkungan hidup Paraguay David Fariña mengatakan penyebab utama rendahnya permukaan air sungai adalah rendahnya curah hujan di daerah aliran sungai dan situasi “kritis” di hulu sungai di Brasil.

“Haruskah kita menyalahkan situasi Sungai Paraguay saat ini pada sektor pertanian, mengingat seluruh lembah Plata mengalami defisit curah hujan selama sekitar empat tahun?” ujarnya.

Ia menambahkan sungai-sungai di daerah lain juga mengalami penurunan. “Sungai Paraná, Sungai Pilcomayo, semuanya berada dalam situasi yang sama. Tidak ada beras di sana," katanya.

Paraguay menanam 175.000 hektare padi di Neembucu dan lima departemen lainnya dan menghasilkan sekitar 1,5 juta metrik ton gabah. Pada tahun 2023, negara ini mengekspor sekitar 900.000 ton senilai 400 juta dolar AS.

Pada 11 Oktober lalu, tinggi permukaan Sungai Paraguay di pelabuhan Alberdi mencapai rekor terendah sebelum sedikit membaik. Direktorat Meteorologi nasional memperkirakan tinggi permukaan sungai akan tetap rendah hingga akhir tahun.

Seorang nelayan lainnya Sergio Jara mengatakan permukaan air sungai turun drastis. Ia menyalahkan para petani yang menggunakan air untuk irigasi, saat ia melihat genangan air berlumpur di tempat ia biasa memancing ikan di Villa Oliva, sekitar 100 kilometer dari Asuncion.

“Sebelumnya, setidaknya kami menangkap sedikit ikan, sekarang hampir tidak ada. Tidak cukup untuk hidup, permukaan air sudah turun banyak,” katanya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler