Tren Elektabilitas Pasangan RIDO dalam Kaca Mata Pengamat
Elektabilitas pasangan RIDO dalam tren menurun jelang pencoblosan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK)-Suswono (RIDO), dalam tren menurun jelang hari pemungutan suara. Padahal, pasangan itu didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus yang berisi 16 partai politik.
Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, terdapat beberapa faktor yang membuat elektabilitas pasangan RIDO tergerus. Faktor utamanya itu berasal dari internal tim mereka sendiri yang dinilai tidak kompak mendukung pasangan tersebut.
"Ya, intinya ini sebetulnya menurut saya lebih pada persoalan internal di lingkungan Pak RK gitu. Jadi kelihatan di lingkungan RK ini enggak terlalu solid ya," kata dia ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/11/2024).
Ia menilai, KIM plus seolah tidak dalam kondisi yang benar-benar mendorong RK itu untuk maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta. Alhasil, RK-Suswono seakan berjalan sendiri melakukan kampanye.
Ray mencontohkan salah satu ketidakseriusan Tim Pemenangan Pasangan Rido melakukan konsolidasi adalah posisi Ahmad Riza Patria yang rangkap jabatan. Sebagai ketua tim pemenangan, Riza disebut tak akan bisa fokus memenangkan pasangan Rido karena saat ini sibuk menjadi Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
"Jadi gimana ya, kepala pemenangannya enggak fokus, ya yang lainnya tentu saja lebih tidak fokus. Kan gitu," ujar dia.
Menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia itu, posisi Riza di Tim Pemenangan Pasangan Rido semestinya diganti usai ditunjuk Prabowo Subianto menjadi Wakil Menteri. Namun, kenyataannya tidak demikian. Riza tetap dibiarkan menjadi ketua, sementara tugasnya kini telah berbeda.
Ray menambahkan, RK disebut tak bisa membuat soliditas di internalnya. Pasalnya, mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) itu masih dipandang sebagai sosok independen, alih-alih sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar.
"Wajah dia yang kelihatan independen itu menyulitkan dia juga untuk berkomunikasi dengan partai-partai. Dia tidak dilihat sebagai murni orang partai gitu," ujar Ray.
Selain itu, ia menyebut, terdapat faktor eksternal yang membuat elektabilitas RK-Suswono terus tergerus. Faktor pertama adalah agenda kampanye yang dilakukan masih jauh lebih sedikit dibandingkan lawannya, Pramono Anung-Rano Karno. Menurut dia, RK-Suswono hanya melakukan agenda kampanye dua per tiga dibandingkan Pramono-Rano.
Tak hanya itu, Ray menilai, Pramono dan Rano memiliki fleksibilitas, sehingga membuat mereka tidak memiliki musuh. Pramono-Rano dinilai lebih bisa membaur dengan seluruh pihak dibanding RK-Suswono.
"Nah itu, menurut saya, yang pada tingkat tertentu yang membuat mereka (Pramono-Rano) mudah diterima oleh semua kalangan. Bahkan oleh orang-orang yang mungkin tidak milih mereka juga," kata dia.
Di sisi lain, RK memiliki banyak hambatan saat maju di Jakarta. RK disebut terhambat saat hendak mendekati pemilih Anies Baswedan dan Jakmania.
"Sementara Pram dan Rano nggak ada masalah itu. Bahkan mereka ketemu dengan, makanya kayak Pram juga ketemu dengan Prabowo juga enggak ada masalah. Bahkan, Pram jauh lebih duluan ketemu Prabowo dibandingkan Ridwan Kamil," kata Ray.
Terakhir, elektabilitas pasangan Rido makin tergerus usai Suswono melakukan blunder beberapa waktu belakangan. Blunder ucapan Suswono itu dinilai makin membuat pasangan Rido makin berjarak dengan pemilih Muslim.
Senjata terakhir RK
Ray menilai, dengan kondisi seperti ini, besar kemungkinan Pramono-Rano bisa menang di Pilgub Jakarta hanya dengan satu putaran. Mengingat, elektabilitas mereka terus meningkat tajam dalam dua bulan terakhir.
Ia mengakui, saat ini masih banyak kelompok masyarakat yang ragu-ragu dalam memilih cagub-cawagub Jakarta, yang angkanya sekitar 20 persen. Kelompok itu disebut didominasi oleh pemilih Anies.
"Menurut saya sih umumnya yang ragu-ragu ini kan dari kelompok Jakmania gitu ya, anak Abah, atau partai-partai pendukung RK sama Suswono tapi mereka juga masih agak menahan diri untuk mendapatkan pilihan ke situ. Itu bisa muter balik," ujar Ray.
Menurut dia, RK-Suswono akan sulit untuk meningkatkan elektabilitas mereka. Apalagi, sisa waktu hingga hari pemungutan suara hanya tinggal sekitar dua minggu lagi. Bahkan, pertemuan RK dengan Prabowo atau Joko Widodo (Jokowi) dinilai tak akan banyak membantu meningkatkan suara mereka.
"Saya kira mungkin adalah efeknya tapi enggak selesar yang dibayangkan juga mungkin," kata dia.
Namun, Ray menilai, RK-Suswono masih memiliki senjata terakhir untuk bisa menang di Pilgub Jakarta. Senjata itu disebut dapat digunakan saat kampanye akbar terakhir.
Menurut dia, senjata terakhir itu adalah hadirnya Prabowo dalam kampanye akbar RK-Suswono. Dengan kehadiran Prabowo, elektabilitas RK-Suswono dinilai otomatis akan melesat.
"Tapi apakah itu akan dilakukan oleh Prabowo? Nah itu isitulah pertanyaannya. Ya, perasaan saya itu kecil, tapi kan kita enggak tahu," kata Ray.
Diketahui, berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang dirilis pada Selasa (5/11/2024), elektabilitas pasangan Pramono-Rano mengungguli pasangan RK-Suswono. Elektabilitas Pramono-Rano mencapai 38,3 persen. Sedangkan pasangan RK-Suswono 34,6 persen dan Dharma-Kun 3 persen.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei LSI Denny JA yang dilakukan pada periode 16-22 Oktober 2024 itu, RK-Suswono memiliki elektabilitas 37,4 persen. Sementara Dharma Pongrekun-Kun Wardana memiliki elektabilitas 4 persen. Sedangkan Pramono-Rano memiliki elektabilitas 37,1 persen. Sebanyak 21,5 persen masih belum menentukan atau tidak menjawab.
Survei yang dirilis pada Rabu (30/10/2024) itu dilakukan menggunakan metode multi stage random sampling, melibatkan wawancara tatap muka dengan 800 responden di masing-masing provinsi. Survei itu memiliki margin of error sekitar plus-minus 3,5 persen.