Perdana! Salvo Roket Hizbullah Hantam Pangkalan AU Israel, Houthi Bombardir Kapal Induk AS
Pentagon mengklaim USS Abraham Lincoln tidak mengalami kerusakan.
REPUBLIKA.CO.ID, Untuk kali pertama, militan Hizbullah menyerang sebuah pangkalan Angkatan Udara Israel dengan salvo roket-roketnya. Pada Selasa (12/11/2024) Hizbullah mengumumkan bahwa mereka menargetkan pangkalan HaHotrim, sebuah pangkalan udara kunci yang merupakan tempat penyimpanan peralatan militer, alat transportasi, dan perakitan mesin.
Pangkalan HaHotrim berlokasi di selatan wilayah pendudukan Haifa, sekitar 40 kilometer dari perbatasan antara Lebanon dan Palestina. Dikutip Mehr News, Hizbullah menyatakan bahwa serangan ini bagian dari rangkaian operasi Khaybar, yang ditujukan pada markas intelijen dan lokasi strategis Israel lainnya.
Sebagai tambahan dari operasi ini, Hizbullah juga meluncurkan serangan drone ke pusat komando Brigade Ramim di barak Hunin, yang diklaim mereka sukses menghancurkan target dengan serangan presisi. Hizbullah juga menargetkan sebuah basis logistik di Divisi 146 yang berlokasi di utara permukiman Sheikh Dannun, arah timur dengan Nahariya.
Selanjutnya, kelompok pejuang juga menyerang markas Shraga di utara kota Akka dengan serangkaian salvo misil. Pangkalan udara Tel Nof di selatan Tel Aviv juga menjadi sasaran misil-misil Hizbullah.
Pada hari yang sama Hizbullah mengirim roket dan misil ke Israel, para pejuang militan Houthi di Yaman menjadikan kapal induk Amerika Serikat (AS) sebagai target serangan misil-misil mereka. Pentagon, pada Selasa (12/11/2024) seperti dilaporkan Al Jazeera juga telah mengonfirmasi bahwa kapal induk Abraham Lincoln dan dua kapal perusak mereka yang berlayar di lepas pantai Yaman dan Laut Merah menjadi sasaran misil-misil Houthi.
Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder mengklaim, bahwa, Pusat Komando Militer AS (CENTCOM) "Berhasil menghalau serangan Houthi saat (kapal induk Abraham Lincoln) transit di selat Bab al-Mandeb”.
Kepada wartawan dalam sebuah keterangan pers, Ryder mengatakan dua kapal perusakan yakni USS Stockdale dan USS Spruance diserang oleh sedikitnya delapan drone dan lima misil balistik dan tiga misil penjelajah. Namun, semua drone dan misil itu, kata Ryder, "berhasil diintersep dan digagalkan, tidak ada kapal AS yang mengalami kerusakan."
Ryder tidak mengetahui apakah serangan Houthi juga menyasar kapal induk USS Abraham Lincoln. Padahal, pada Selasa pagi, militan Houthi mengumumkan bahwa, mereka melancarkan dua operasi militer spesifik terhadap terhadap Angkatan Laut AS dalam serangkaian serangan yang berlangsung selama 8 jam.
"Operasi pertama menargetkan kapal induk (Abraham) berlokasi di Laut Arab dengan sejumlah misil dan drone," kata juru bicara Houthi, Yahya Sarea.
"Operasi yang alin menargetkan dua kapal perusak AS yang melaut di Laut Merah dengan sejumlah misil balistik dan drone," kata Yahya, sambil menambahkan, bahwa serangan itu berjalan sukses.
Militan Houthi, yang selama ini mengontrol perairan Yaman dan juga ibu kota Sanaa, sejak November 2023 lalu telah melancarkan serangan berlanjut terhadap kapal-kapal terafiliasi Israel yang melintas di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina. Houthi sejauh ini telah menargetkan 90 kapal yang membawa peti kemas dengan misil dan drone, menewaskan empat pelaut dan menenggelamkan dua kapal laut. Kru kapal Galaxy Leader yang dibajak pada November lalu, hingga kini pun masih ditahan oleh Houthi.
Houthi tidak akan menghentikan pembajakan dan serangan terhadap kapal-kapal yang melintas di Selat Bab al-Mandeb sampai Israel menghentikan agresi mereka di Gaza. Aksi militan Houthi ini telah mendisrupsi salah satu rute utama perdagangan maritim dunia.
AS dibantu Inggris, telah beberapa kali melancarkan serangan terhadap markas-markas Houthi. Terakhir pada Ahad (10/11/2024), AS dan Inggris melancarkan serangan udara ke Sanaa dan utara Amran, yang mana Pentagon mengklaim menyasar fasilitas penyimpanan senjata Houthi.
Pada Selasa (12/11/2024), seperti diberitakan Anadolu dilansir Antara, pejabat PBB untuk operasi perdamaian dan Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati mendiskusikan upaya untuk meredakan ketegangan negara tersebut dengan Israel serta pentingnya pelaksanaan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701. Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan pertemuan antara PM Mikati dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian, Jean-Pierre Lacroix, saat pejabat PBB tersebut tiba di Beirut, untuk kunjungan selama tiga hari.
Lacroix menegaskan pentingnya penegakan Resolusi 1701 yang menyerukan penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel. Resolusi yang diadopsi pada 11 Agustus 2006 itu mengamanatkan pembentukan zona bebas senjata antara Garis Biru yang memisahkan Lebanon dan Israel, serta Sungai Litani di selatan Lebanon, dengan pengecualian untuk pasukan angkatan bersenjata Lebanon dan pasukan sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
Lacroix juga bertemu Kepala UNIFIL, Aroldo Lazaro Saenz, untuk meninjau eskalasi terakhir sejak kunjungannya pada musim panas. Pejabat PBB itu diberitahu upaya berkelanjutan para penjaga perdamaian untuk memantau pelanggaran, melaporkan insiden, dan mendukung warga sipil.
Lacroix dijadwalkan bertemu pejabat politik, militer, serta diplomatik Lebanon di Beirut dan mengunjungi wilayah operasi UNIFIL di selatan Lebanon sekaligus menyampaikan solidaritas kepada para penjaga perdamaian. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah anggota pasukan penjaga perdamaian PBB terluka dalam apa yang digambarkan UNIFIL sebagai serangan disengaja pasukan Israel. Serangan yang dikecam masyarakat internasional secara luas.
Israel meningkatkan serbuan ke Lebanon sejak akhir September terhadap apa yang diklaim sebagai target Hizbullah. Serangan itu merupakan eskalasi setahun perang lintas batas Israel dan kelompok Lebanon sejak Israel mulai menyerang Jalur Gaza secara brutal pada 7 Oktober 2023.
Pada 1 Oktober 2024, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan ke selatan Lebanon. Hampir 3.300 orang tewas dan lebih dari 14.200 orang terluka akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Lebanon.