Menelusuri Rumah Dua Siswa Korban Penembakan Oknum Polisi di Semarang yang Tiba-Tiba Sepi

Keluarga dari keduanya pun enggan membuka diri kepada media.

ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Sejumlah rekan korban berdoa untuk siswa korban penembakan yang dilakukan oleh oknum polisi di Semarang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024).
Rep: Kamran Dikarma Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Satria dan Adam, dua siswa SMKN 4 Kota Semarang yang selamat dari aksi penembakan oknum polisi berinsial R belum memberikan keterangan terbuka kepada media soal peristiwa yang mereka alami. Keluarga dari keduanya pun enggan membuka diri kepada media.

Baca Juga


Pada Selasa siang (26/11/2024), Republika bersama beberapa awak media sempat menyambangi kediaman Satria yang berlokasi di RT04/02, Jrakah, Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Ketua LBH Penyambung Lidah Rakyat (Petir), Zainal Abidin Petir, juga ikut dalam kunjungan tersebut. Zainal datang karena hendak menawarkan pendampingan hukum gratis kepada Satria.

Seorang tetangga yang ditemui di lokasi mengungkapkan, Satria baru saja pulang ke rumah pada Selasa pagi. Satria memang sempat dirawat di Rumah Sakit Tugu, Ngaliyan, karena mengalami luka tembak di tangan kirinya.

Setibanya di kediaman Satria yang berlokasi di dalam gang, Zainal Petir sempat beberapa kali mengetuk pintu rumahnya seraya mengucapkan salam. Namun tak ada jawaban dari dalam rumah.

Tak lama berselang, Ketua RT04/02, Aris Widarto, mendatangi kediaman Satria. Dia kemudian menyampaikan keluarga Satria sudah berpesan padanya bahwa mereka enggan diganggu dulu.

Sekelompok warga, menggelar aksi solidaritas terhadap korban penembakan oleh polisi, Gamma Rizkynata di gerbang SMKN 4 Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024). - (Kamran Dikarma/Republika)

Satria tinggal bersama orang tuanya. Ayahnya adalah pekerja serabutan. Menurut keterangan beberapa tetangganya, dia bekerja sebagai penjual kerupuk, sopir mobil boks, dan terkadang menjadi salesman. Sementara ibunya adalah ibu rumah tangga.

Menurut Aris, sehari-harinya Satria dikenal sebagai pribadi yang baik oleh warga sekitar. "Dia biasa ikut ngaji di Pondok Pesantren (Ponpes) Daarun Najaah sehabis Isya. Jarang keluar malam juga," ucapnya.

Ponpes Daarun Najaah berlokasi tak jauh dari rumah Satria. Selain gemar mengaji, Satria pun dikenal sebagai anak yang tekun membantu ayahnya. "Biasa bantu bapaknya jual kerupuk. Muter jualannya," ujar Aris.

Oleh sebab itu, Aris mengaku tak percaya jika Satria disebut terlibat kelompok gangster remaja atau biasa disebut kreak. "Tidak benar kalau menurut saya (Satria anggota kreak). Kalau di sini Mas Satria itu baik. Sering mengaji dan bantu orang tua," ucapnya.

 

Keterangan Aris diamini beberapa warga RT04/02 lainnya. "Sehari-hari enggak pernah dolan (main). Paling di lingkungan sini saja, terus ke pondok (Daarun Najaah)," kata seorang warga yang enggan dipublikasikan identitasnya.

Seorang warga lainnya menyampaikan hal tak jauh berbeda terkait sosok Satria. "Anaknya di kampung baik kok. Enggak pernah ada apa-apa. Ngaji ya ngaji, ke mushala ya ke mushala" ucapnya.

Karena tak berhasil menemui keluarga Satria, Republika bersama beberapa awak media dan Zainal Petir kemudian menyambangi kediaman Adam di Jalan Karonsih Timur Raya III RT06/05, Ngaliyan, Kota Semarang. Setibanya di lokasi, Zainal mencoba menemui keluarga Adam.

Saat Zainal mengetuk pintu rumahnya, nenek dari Adam membuka sebagian pintu, kemudian menjulurkan kepalanya. Zainal kemudian bertanya apakah Adam ada di rumah. Neneknya menjawab bahwa cucunya tak di rumah.

Zainal sempat menyampaikan niatnya untuk memberikan pendampingan hukum kepada Adam. Namun nenek Adam tampak enggan berlama-lama meladeni perbincangan dengan Zainal. "Yang sudah, sudah," ujarnya kepada Zainal.

Zainal mencoba terus menjalin percakapan, tapi nenek Adam memilih menutup pintu rumahnya. Menurut Ketua RT06/05, Wakimin, Adam adalah anak yang dikenal baik dan tidak pernah terlibat masalah, termasuk tawuran. Sebaliknya, Adam dikenal aktif sebagai remaja masjid. "Kalau Lebaran, dia juga suka ikut jaga malam," ujarnya.

Oleh sebab itu Wakimin mengaku kaget mendengar berita bahwa Adam terlibat tawuran, terlebih menggunakan senjata tajam. "Saya kaget. Anaknya baik, enggak ikut apa-apa gitu," ucapnya.

Wakimin juga mengaku tak pernah mendengar Adam berurusan dengan kepolisian. "Enggak ada, enggak pernah sama sekali," kata Wakimin.

Sementara itu Zainal Petir mengungkapkan, sebelum ke kediaman Satria dan Adam, dia sudah mengunjungi SMKN 4 Kota Semarang. Dia secara khusus ingin mengetahui latar belakang Gamma Rizkynata Oktafandy (GRO), siswa yang tewas ditembak oknum polisi anggota Polrestabes Semarang berinisial R.

"Di sekolah, catatan anak itu baik sekali. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan menyatakan anak itu baik. Kemudian koordinator BK menyampaikan tidak ada catatan ketiga anak itu nakal. Tidak ada catatan kriminal," kata Zainal.

Oleh sebab itu, Zainal mengaku belum sepenuhnya percaya pada keterangan polisi yang menyebut Satria, Adam, dan GRO terlibat kelompok gangster remaja atau biasa disebut kreak di Semarang. Zainal pun ingin mendampingi Satria dan Adam yang selamat dari peristiwa penembakan oknum polisi.

"Tadi saya ke (rumah) salah satu korban, Satria, di Jrakah. Kita datang enggak ada. Kata orang kampung situ masih trauma, ketakutan, jadi belum bisa menerima tamu," ujar Zainal.


Selanjutnya Zainal ke rumah Adam. "Juga enggak ada Adam. Padahal tadi habis (dihadirkan di proses) prarekonstruksi. Saya sudah sampaikan ke kasat reskrim (Polrestabes Semarang), posisi (Adam) di mana, tapi dia malah menanyakan tujuannya mau apa. Lah saya mau pendampingan. Dia bilang 'surat kuasanya mana?'. Ya saya sedang mencari orangnya dulu. Bagaimana saya membuat surat kuasa kalau identitasnya belum jelas?" ucapnya.

Saat ditanya, apakah menurutnya ada hal yang ditutup-tutupi dalam kasus penembakan tiga siswa SMKN 4 Semarang, Zainal merasa demikian. "Kalau saya punya penilaian seperti itu (ditutup-tutupi)," ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah tersebut.

"Maka saya minta kepada Kapolri, tolong usut tuntas, agar supaya terang benderang," tambah Zainal.

Dia juga meminta Komnas HAM, Komisi Nasional Perlindungan Anak, termasuk Komisi III terlibat aktif dalam mengawal kasus penembakan tiga siswa SMKN 4 Kota Semarang. "Saya juga minta kepada Kapolrestabes Semarang, kalau memang anak buahnya yang salah, tidak sesuai SOP, tolong ditindak tegas. Supaya institusi Polri baik," kata Zainal.

Jenazah GRO, siswa SMKN 4 Semarang yang tewas ditembak oknum polisi berinisial R telah dimakamkan di Kabupaten Sragen pada Ahad. Pihak keluarga GRO juga belum memberikan keterangan apa pun terkait kematiannya.

Sebelumnya Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar mengonfirmasi bahwa anggotanya telah melakukan penembakan terhadap siswa SMKN 4 Semarang berinisial GRO. Irwan mengklaim bahwa GRO adalah anggota kelompok gengster remaja atau kerap disebut kreak.

Irwan mengungkapkan, pada Ahad (24/11/2024) dini hari lalu, pihaknya menerima laporan terkait adanya tawuran antar-kreak di tiga lokasi, yakni di Kecamatan Gayamsari, Semarang Utara, dan Semarang Barat. "Dalam penanganan ketiga peristiwa ini ada beberapa yang kita amankan dan tetapkan sebagai tersangka," kata Irwan, Senin (25/11/2024) malam lalu.

Menurut Irwan, GRO terlibat tawuran di Semarang Barat, tepatnya depan perumahan Paramount Village Semarang. "Peristiwa yang terjadi di Semarang Barat, itu kita lakukan pemeriksaan terhadap 12 anak-anak yang terlibat, empat di antaranya sudah kita tetapkan sebagai tersangka," ucapnya.

Dia menambahkan, tawuran di Semarang Barat pada Ahad dini hari lalu melibatkan dua kelompok kreak, yakni Geng Seroja dan Geng Tanggul Pojok. "Korban ini kebetulan dari Geng Tanggul Pojok," ujar Irwan.

Irwan pun menjelaskan kronologi penembakan yang dilakukan anggotanya. Dia mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya, peristiwa tawuran di Semarang Barat terjadi sekitar pukul 01:00 WIB. Kala itu, salah satu anggotanya yang dalam perjalanan pulang melihat adanya tawuran dua gangster remaja menggunakan senjata tajam.

"Kemudian dilakukan upaya untuk melerai, namun ternyata anggota polisi informasinya dilakukan penyerangan, sehingga dilakukan tindakan tegas," kata Irwan.

Sekelompok warga menggelar aksi solidaritas terhadap korban penembakan oleh polisi, Gamma Rizkynata di gerbang SMKN 4 Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024). - (Kamran Dikarma/Republika)

Dia menambahkan, korban atau GRO tertembak pada bagian pinggul. Setelah penembakan itu, GRO dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Dr.Kariadi. "Ketika dibawa ke rumah sakit ini yang menolong justru dari kelompok lawannya. Yang membawa ke rumah sakit dari kelompok Seroja plus anggota kita, ini yang membawa ke RS Kariadi," ucapnya.

Awak media sempat menanyakan kepada Irwan apakah penembakan terhadap GRO dilakukan sesuai prosedur. "Ya kan teman-teman selama ini dan masyarakat meminta kita melakukan tindakan tegas terhadap kreak-kreak. Ini kan bagian dari tindakan tegas kepada kelompok kreak. Harusnya teman-teman bisa mendukung," kata Irwan merespons pertanyaan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler