Kerusuhan di India Terkait Survei Masjid: 5 Muslim Meninggal, Akses Internet Diputus
Polisi menanggapi dengan gas air mata dan peluru tajam.
REPUBLIKA.CO.ID, SAMBHAL -- Sebanyak lima pemuda Muslim meninggal di tangan polisi di distrik Sambhal, Uttar Pradesh, India, selama protes terhadap perubahan masjid berusia 500 tahun menjadi kuil Hindu.
Kerusuhan meletus ketika tim survei yang diperintahkan pengadilan, disertai kelompok ekstremis Hindu "Hindutva", tiba di Masjid Shahi Jama untuk memeriksa lokasi tersebut.
Masjid yang dibangun pada era Mughal ini telah menjadi subjek pertikaian hukum yang kontroversial, dengan klaim bahwa masjid tersebut berdiri di atas reruntuhan kuil Hindu yang dihancurkan.
Para pengunjuk rasa, yang takut akan adanya upaya untuk merebut masjid, bentrok dengan polisi. Polisi menanggapi dengan gas air mata dan peluru tajam.
Pihak berwenang setempat mengonfirmasi kematian tiga orang pria, yakni Naeem, Bilal, dan Noman. Sementara korban keempat, seorang pria berusia 19 tahun, meninggal karena luka-luka kemudian. Lebih dari 20 petugas polisi terluka, dan video di media sosial menunjukkan pelemparan batu, kendaraan dibakar, dan pemandangan yang kacau.
Untuk mengatasi kekerasan tersebut, pihak berwenang memberlakukan larangan pertemuan umum, menutup sekolah, membatasi akses ke area tersebut, dan menangkap sedikitnya 25 orang. Layanan internet tetap ditangguhkan dan pengaduan polisi telah diajukan terhadap lebih dari 2.500 orang.
Anggota Parlemen setempat dari Partai Samajwadi, Zia-ur-Rehman Barq dituduh menghasut kekerasan. Ia membantah tuduhan itu dengan menyebut insiden tersebut sebagai serangan yang direncanakan sebelumnya yang menargetkan umat Muslim.
"Sangat disayangkan dan mencerminkan tren yang lebih luas dalam menargetkan umat Muslim di seluruh negeri," kata Barq, dilansir di Al Bawaba, Senin (25/11/2024).
Protes tersebut menggemakan pembongkaran Masjid Babri yang terkenal pada 1992 di Ayodhya. Klaim serupa menyebabkan kekerasan komunal di seluruh negeri.
Umat Muslim di Sambhal menuduh survei tersebut terburu-buru sehingga tidak memberi mereka kesempatan untuk menyampaikan kasus mereka. Ini selanjutnya memicu ketakutan akan kehilangan masjid bersejarah tersebut.
Insiden ini menyoroti meningkatnya ketegangan komunal di India, karena kekhawatiran atas intoleransi agama dan politisasi situs warisan terus meningkat.
Dilansir di DNA India, Rabu (27/11/2024), petugas keamanan telah dikerahkan di Sambhal, Uttar Pradesh, untuk hari ketiga berturut-turut pada Rabu setelah kekerasan terjadi terkait survei. Polisi mengatakan, keamanan telah dikerahkan di dekat area Masjid Shahi Jama era Mughal tersebut.
Inspektur Polisi (SP) Sambhal Krishan Kumar mengatakan pemutusan internet akan terus berlanjut di wilayah tersebut. Semua pembatasan lainnya telah dicabut karena situasi telah kembali normal.
"Setelah insiden Ahad yang terjadi di distrik Sambhal, polisi telah menyerukan penutupan internet sebagai tindakan pencegahan, yang masih terus berlanjut. Semua hal lainnya telah dikembalikan ke keadaan normal," katanya kepada ANI tentang situasi terkini pascainsiden.
Dia menambahkan polisi telah memproses semua rekaman CCTV orang-orang yang terlibat dalam insiden tersebut. Lebih dari 100 orang telah diidentifikasi.
"Mereka akan segera ditangkap oleh polisi. Dalam 24 jam terakhir, 27 orang telah ditangkap, yang terdiri dari 25 pria dan dua wanita," katanya.
Gambar terbaru dari area tersebut menunjukkan personel keamanan dikerahkan di area tersebut. Tim keamanan di dekat masjid dikerahkan dengan radio dua arah untuk komunikasi, tongkat keamanan, senter, senjata api, penghalang kendaraan, dan detektor logam untuk menjaga keamanan sesuai peraturan setempat.