ILO Dorong Sektor Elektronik Indonesia Terapkan Praktik Bisnis Bertanggung Jawab

Industri ini merupakan sumber utama inovasi teknologi.

Risky Andrianto/ANTARA FOTO
Pekerja menyelesaikan produksi kompor gas di pabrik peralatan elektronik rumah tangga di Cileungsi, Jawa Barat, Kamis (10/10/2019).
Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri elektronik merupakan pilar utama sektor manufaktur Indonesia, yang menyediakan lapangan kerja dan peluang bagi ratusan ribu laki-laki dan perempuan. Industri ini juga merupakan sumber utama inovasi teknologi dan sektor prioritas pemerintah untuk pengembangan industri di bawah Peta Jalan Making Indonesia 4.0.


Direktur International Labour Organization (ILO) untuk Indonesia dan Timor-Leste, Simrin Singh memuji komitmen nasional Indonesia terhadap bisnis yang bertanggung jawab melalui Strategi Nasional Bisnis dan HAM, yang diluncurkan tahun lalu. Ia juga menekankan peran penting Deklarasi Perusahaan Multinasional ILO dalam membantu memandu praktik-praktik yang bertanggung jawab di seluruh lanskap bisnis Indonesia, dengan sektor elektronik sebagai ujung tombaknya.

“Hubungan antara bisnis dan HAM telah mendapat perhatian yang semakin besar dalam beberapa tahun terakhir, yang mengarah pada seruan untuk mengambil langkah-langkah yang lebih kuat oleh pemerintah dan bisnis untuk melindungi dan menghormati HAM dalam konteks operasi bisnis," kata Singh dalam siaran pers ILO, Kamis (28/11/2024).

Ia menegaskan ILO mendukung Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai pemain ekonomi terkemuka di Asia Tenggara, dengan komitmennya yang baru terhadap pekerjaan yang layak dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab. Singh menambahkan dengan kombinasi panduan internasional dan strategi yang dimiliki secara nasional, Indonesia dapat memetakan jalan menuju pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Pernyataan ini ia sampaikan di Dialog Industri Nasional untuk Rantai Pasokan Elektronik yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan di Indonesia selama dua hari, pada 28-29 November, di Jakarta.

Dalam pernyataannya, ILO mengatakan acara ini dibuka para pelaku utama dunia kerja di Indonesia, yaitu Plt Deputi Industri, Ketenagakerjaan dan Pariwisata Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Saleh, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Silaban, dan Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste Simrin Singh,

Dialog Nasional ini mempertemukan lebih dari 100 pemangku kepentingan guna mengidentifikasi prioritas bersama dan peluang kolaboratif untuk membangun bentuk-bentuk baru daya saing dan keberlanjutan di sektor ini melalui perilaku bisnis yang bertanggung jawab dan pekerjaan yang layak, termasuk pengembangan keterampilan.

Acara ini juga menyediakan wadah bagi para pemangku kepentingan untuk membangun pemahaman yang lebih kuat tentang kerangka referensi internasional utama, khususnya Deklarasi Prinsip-prinsip Tripartit ILO tentang Perusahaan Multinasional, mendengar praktik-praktik baik dari dalam dan luar negeri serta menjalin kemitraan rantai pasokan yang lebih kuat antara negara asal dan tuan rumah demi peningkatan industri secara keseluruhan.

Deklarasi Perusahaan Multinasional ILO merupakan satu-satunya instrumen ILO yang memberikan panduan langsung kepada perusahaan (multinasional dan nasional) mengenai kebijakan sosial dan praktik tempat kerja yang inklusif, bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Deklarasi ini juga memberikan panduan Uji Tuntas Hak Asasi Manusia (HAM), yang menjadi perangkat penting bagi industri seperti elektronik untuk memperkuat pekerjaan yang layak dan menavigasi ekspektasi rantai pasokan yang terus berkembang.

“Pemerintah Indonesia telah memilih sektor elektronik sebagai salah satu sektor industri utama yang akan dikembangkan untuk menghadapi perkembangan industri di masa depan. Saat ini, pemerintah sedang melakukan inisiatif untuk mendorong industri semikonduktor Indonesia agar terlibat dalam rantai pasokan global. Karenanya, Dialog Nasional ini akan memberikan rekomendasi penting untuk terus meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja di sektor ini,” kata Chairul Saleh.

Dialog Nasional ini dihadiri oleh para pembuat kebijakan, perusahaan-perusahaan elektronik terkemuka, organisasi pekerja dan pengusaha, serta para ahli nasional dan internasional, termasuk dari kantor pusat ILO di Jenewa. 

Para peserta Dialog mengeksplorasi peluang dan tantangan bagi sektor elektronik Indonesia, strategi untuk mempromosikan rantai pasokan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, inovasi industri dan praktik-praktik yang baik, pelajaran yang dapat dipetik dari negara lain, upaya kolaboratif di antara berbagai pemangku kepentingan, serta dialog dan kreasi bersama tentang jalan ke depan untuk sektor ini.

ILO mempromosikan bisnis yang bertanggung jawab untuk pekerjaan yang layak di sektor elektronik Indonesia melalui dua proyek yang saling melengkapi: Rantai Pasokan yang Tangguh, Inklusif dan Berkelanjutan atau Proyek RISSC, dan proyek Pengembangan Keterampilan dan Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab atau proyek METI-Skills.

Didanai Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang, Proyek RISSC bertujuan untuk membangun rantai pasok yang lebih tangguh, inklusif dan berkelanjutan dengan mengatasi defisit pekerjaan yang layak dan memajukan perilaku bisnis yang bertanggung jawab, di tingkat perusahaan, industri dan kebijakan nasional.

Sementara proyek METI-Skills mendukung ketahanan dan keberlanjutan rantai pasokan dengan menumbuhkan pengembangan keterampilan tenaga kerja, sebagai persiapan untuk pergeseran struktur industri menuju ekonomi berkelanjutan. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler