Tiga Induk Kesalahan Manusia

Jika badan sakit, maka tidak ada artinya makanan, minuman, hidup dan kesenangan

www.freepik.com.
perdebatan (ilustrasi)
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam buku Nashaihul Ibad menjelaskan sumber atau induk dari segala kesalahan yang dilakukan umat manusia di dunia. Ada tiga induk dari semua kesalahan, kemudian muncul enam sumber kesalahan lainnya.

Baca Juga


Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa bin Imran di dalam kitab Taurat sebagai berikut.

إِنَّ أُمَّهَاتِ الْخَطَايَا ثَلاثُ : الكِبَرُ وَالْحَسَدُ وَالْحِرْصُ فَنَشَأَ مِنْهَا سِتَّةٌ فَصِرْنَ تِسْعَةُ الأُولَى مِنَ السَّتَّةِ : الشيعُ وَالنُّوْمُ وَالرَّاحَةُ وَحُبُّ الأَمْوَالِ وَالثَّنَاءِ وَالْمَحَمَلَةِ وحب الرياسة.

"Sesungguhnya induk dari segala kesalahan itu ada tiga, yaitu sombong, hasud, dan rakus. Lalu dari yang tiga itu muncullah enam macam yang lainnya, sehingga menjadi sembilan, yaitu kenyang, tidur, bersenang-senang, mencintai harta, mencintai pujian (senang dipuji), dan senang jabatan." (Syekh Nawawi bin al-Banteni, Nashaihul Ibad)

Mengenai sikap sombong, Nabi Muhammad SAW bersabda sebagai berikut.

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ .

"Sikap sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."

Siapapun yang merasa dirinya agung dan melihat orang lain rendah, maka ia termasuk orang yang sombong. Mengenai hasud, Mu'awiyah Radhiyallahu anhu berkata yang artinya sebagai berikut, "Tidak ada kejahatan yang lebih parah daripada dengki. Orang yang dengki dapat membunuh sebelum ia sampai kepada orang yang ia dengki."

Rakus dalam menghadapi dunia

Mengenai hal itu, Malik bin Dinar berkata, "Jika badan sakit, maka tidak ada artinya makanan, minuman, hidup dan kesenangan. Begitu juga jika hati sudah mencintai dunia, maka tidak berguna lagi sebuah nasihat."

 

 

Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa, dijelaskan tentang mencintai harta, Sayyid Abdullah Al Haddad berkata sebagai berikut.

وَعَلَيْكَ بِإِخْرَاجِ حَبَّ الدُّنْيَا وَالدِّرْهَم مِنْ قَلْبِكَ حَتَّى يَصِيرَانِ عِنْدَكَ بِمَنْزِلَةِ الْحَجَرِ وَالْمَدَرِ .

"Engkau harus mengeluarkan dari hatimu rasa cinta terhadap emas dan perak, sehingga dua benda itu engkau pandang seperti batu dan tanah."

Begitu juga dengan rasa senang terhadap pujian, hendaknya dihilangkan sedapat mungkin. Sehingga dipuji atau dicela itu tidak ada bedanya (dirasakan sama saja).

Mengenai cinta kekuasaan, pangkat dan jabatan, hendaknya dihilangkan dari dalam dirinya secara total. Sehingga rasanya sama saja antara menjadi perhatian orang atau diabaikan orang. 

Cinta pangkat atau jabatan itu lebih berbahaya daripada cinta harta, meskipun keduanya menunjukkan adanya indikasi kecintaan terhadap duniawi. 

Pangkal kecintaan terhadap pangkat atau jabatan itu adalah cinta keagungan, padahal keagungan hanyalah milik Allah SWT. Sedang pangkal cinta terhadap harta adalah kesenangan hidup penuh nikmat, dimana kegemaran seperti ini adalah merupakan sifat binatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler