JAFF 2024 Kolaborasi dengan Maxstream Studios Tampilkan Tiga Film Pendek di Yogyakarta
Screening film tersebut mendapatkan sambutan meriah dari para pengunjung JAFF 2024.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 menampilkan tayangan tiga film pendek dari hasil program Secinta Itu Sama Sinema. Program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara JAFF dengan Maxstream yang telah rebranding menjadi Maxstream Studios.
Maxstream adalah layanan streaming video over-the-top (OTT) yang diluncurkan pada tahun 2018 oleh Telkomsel. Layanan ini menayangkan beragam konten dalam bentuk video sesuai permintaan, siaran langsung, dan serial televisi.
"Tiga film pendek yang kami sayembarakan ini kan awalnya (bagian dari) rebrand, kemudian kami upayakan masuk ke JAFF. Dengan kampanye mulai dari penegasan bahwa kami mengajak ekosistem nasional, talenta lokal untuk bisa berkarya dan masuk ke JAFF," kata Co-Executive Producer Maxstream Studios & GM Digital Content Creation Telkomsel, Adityo Rengganegoro, di sela-sela screening film di Empire XXI, Yogyakarta, Rabu (4/12/2024) malam.
Screening film tersebut mendapatkan sambutan meriah dari para pengunjung JAFF 2024. Terbukti, ratusan orang yang mayoritas terdiri dari anak-anak muda terlihat memadati Empire XXI.
"Kami menyadari bahwa bioskop sebenarnya memiliki market yang berbeda dari kami di Telkomsel. Meskipun demikian ke depannya kami siap berkolaborasi," ujar Adityo.
Screening tersebut, diakui Adityo, selain merupakan kegiatan menonton film juga merupakan bagian dari siklus produksi dan rilis film. "Screening bertujuan untuk penilaian hasil karya film hingga membuka ruang diskusi antara penonton dan pembuat film," katanya menambahkan.
Proses sayembara pun melibatkan para ahli perfilman dengan harapan menghasilkan karya yang berkualitas. Karena ke depan film pendek ini rencananya tidak hanya ditampilkan di JAFF namun juga festival lain. "Ini bisa memotivasi bahwa kami serius mengembangkan talenta lokal serta cerita lokal untuk bisa ke nasional bahkan internasional," ujarnya.
Telkomsel diakuinya tahun 2025 mendatang masih akan berorientasi pada kebutuhan pasar. Saat ini, Telkomsel memiliki 150 juta pelanggan yang 9 juta di antaranya merupakan pengguna Indihome. Oleh karena itu, peluang menghasilkan pendapatan pada sektor streaming masih sangat besar.
"Market needs-nya masih sangat besar. Dengan rebranding ini kami akan fokus mengkreasi konten baik lewat home broadband maupun mobile broadband," tutur Adityo.
Adapun tiga film pendek yang dilakukan screening kemarin bercerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat yang berkaitan dengan film atau sinema.
Film pertama berjudul "Film Wajib Tonton Sebelum Mati" karya sutradara Razny Mahardhika mengisahkan tentang Kino, seorang content creator YouTube yang kehilangan istri hamilnya, Via, dan sahabatnya Wahyu. Film ini mengeksplorasi tema kehilangan dan proses menemukan kembali harapan hidup melalui medium sinema.
Karya kedua adalah "Final Draft" yang disutradarai oleh Erlangga Radhikza. Film ini mengangkat konflik di balik layar industri perfilman, di mana seorang editor bernama Ciko harus menghadapi dilema profesional ketika diminta mengedit ulang film karena masalah dengan aktor utama yang merupakan pilihan investor.
Film ketiga berjudul "Little Rebels Cinema Club" garapan sutradara Khozy Rizal yang mengambil latar tahun 2008. Film ini menceritakan petualangan Doddy, remaja berusia 14 tahun yang berusaha membuat ulang adegan film zombi bersama teman-temannya menggunakan handycam milik kakaknya.
"Dari situ harapannya dengan tiga film pendek yang kami funding, yang terpilih dari ratusan sayembara, itu tidak hanya berhenti di sini. Inginnya film tersebut bisa kita coba daftarkan baik festival lokal dan internasional," kata Adityo.