Tumbangnya Dinasti Assad di Suriah: Siapa Hafez Al-Assad?
Suriah adalah negara modern yang lahir setelah Perang Dunia I sebagai mandat Prancis. Pada April tahun 1946 Suriah merdeka sebagai sebuah negara republik parlementer.
KINGDOMSRIWIJAYA – Kuatnya sebuah dinasti politik akhirnya tumbang juga. Hari Ahad, 8 Desember 2024, dunia berbagi kabar tentang tumbangnya Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaannya. Ini menandakan berakhirnya sekaligus tumbangsnya Dinasti Assad di negara yang juga sering ditulis Syria.
Tumbangnya Presiden Suriah Bashar al-Assad menandai berakhirnya kekuasaan rezim Partai Sosialis Arab Baath yang telah berkuasa selama 61 tahun di negara yang juga kerap disebut negeri Syam, dalam kontek sejarah sinonim dengan Al-Sham yaitu sebutan Arab kuno untuk wilayah Levant, yang mencakup Suriah, Lebanon, Palestina, Yordania, dan sebagian Israel.
Pasukan oposisi Suriah berhasil berhasil memasuki ibu kota Suriah, Damaskus. Mengutip Aljazirah, oposisi Suriah mengklaim telah memasuki Damaskus untuk menguasai Kota Homs. Pasukan oposisi telah menduduki stasiun televisi negari dan markas radio di ibu kota. Kontak senjata sempat terdengar, namun pasukan Assad telah meninggalkan kota.
Kantor berita Reuters melaporkan, dengan mengutip dua perwira senior militer yang tidak disebutkan namanya, bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad yang berkuasa sejak tahun 2000 menaiki pesawat dan pergi ke tujuan yang tidak diketahui. Di mana keberadaan putra dari Hafez al-Assad tersebut?
Kemudian Kementerian Luar Negeri Rusia telah mengonfirmasi bahwa Bashar Assad telah mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah dan meninggalkan negara itu setelah melakukan negosiasi dengan kelompok oposisi bersenjata di tengah jatuhnya Damaskus ke tangan pasukan Islam. Kini ia berada di negeri beruang merah tersebut.
Sejarah Suriah
Suriah adalah negara modern yang lahir setelah Perang Dunia I sebagai mandat Prancis. Pada April tahun 1946 Suriah merdeka sebagai sebuah negara republik parlementer. Pasca kemerdekaan itu, Suriah kerap mengalami kekacauan yang sebagian besar disebabkan oleh upaya kudeta, pada periode 1949— 1971.
Menurut Ahmad Baidawi dalam “Daya Tahan Rezim Bashar Al-Assad Terhadap Tekanan di Suriah 2011-2014” (2014), sistem monarki di Suriah berubah ke Republik seiring dengan kudeta yang berturut-turut, dalam sejarah Suriah terjatat tujuh kali kudeta. Pasca peristiwa tersebut Suriah berada di bawah kepemimpinan Hafez al-Assad (1971-2000) dan dilanjutkan oleh Putranya Bashar al-Assad (2000-2024). Sejak masa kepemimpinan Hafez al-Assad, bayang-bayang otoriter mulai muncul di Suriah. Dalam sejarah tercatat bahwa Suriah termasuk salah satu negara yang tidak kunjung lepas dari belenggu otoriterianisme.
Siapa Presiden Hafez al-Assad ayah dari Bashar al-Assad? Sebelum membahas Hafez al-Assad atau Dinasti Assad yang menguasai Suriah selama lebih dari setengah abad atau 53 tahun, kenali dulu Partai Sosialis Arab Ba’ath atau Partai Baath yang berkuasa di Suriah selama 61 tahun.
Partai Sosialis Arab Ba’ath atau Partai Baath (Hizb al-Ba’ats) berdiri pada awal keruntuhan Turki Ustmani yang mulai rapuh dengan rongrongan Barat lalu lahir perjanjian Sykes-Picot membagi-bagi negeri Syam yang lepas dari Turki Utsmani melalui perundingan sejak Nopember 1915 sampai Maret 1916 dan ditandatangani resmi 16 Mei 1916.
Suriah dan Lebanon menjadi wilayah kekuasaan Prancis, Palestina dan Jordania di bawah kekuasaan Inggris. Dari sinilah Pan Arabisme muncul salah satunya Ba’ath (Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiraki). Dalam bahasa Arab kata Ba’ath berarti “kelahiran kembali”. Partai Baath berideologi Baath’isme, yang berintikan nilai-nilai Nasionalisme dan Sosialisme Arab, atau bisa dikatakan pula ideologi sosialisme “khas” Arab dengan motto Wahdah, Hurriyah, Ishtirrakiyah artinya, Persatuan, Kebebasan, Sosialisme. Ideologi ini dirancang oleh seorang intelektual Suriah beragama Kristen, Michel Aflaq.
Partai Baath adalah partai yang mengusung nasionalistik, populistik, sosialistik, dan sekaligus revolusioner. Sosialismenya bukan sosialisme Komunis. Partai ini sangat ketat dalam merekrut anggota, terutama dalam jajaran pimpinan. Partai Baath lebih memilih memiliki anggota sedikit, tetapi efektif, daripada beranggotakan banyak orang, tetapi tidak efektif dalam perjuangannya.
Ketika Hafez Al-Assad mulai berkuasa, syarat-syarat berat untuk menjadi anggota partai dihilangkan, tahun 1987, jumlah anggota tetap Partai Baath di Suriah mencapai 50.000 orang, sementara masih ada lagi 200.000 calon anggota. Partai Baath menjelma partai yang kuat dan berkuasa di Suriah dan secara historis Hafez al-Assad merupakan anggota pendiri Partai Baath.
Menurut Ahmad Baidawi, Partai Baath juga berkembang dengan negara-negara PAN Arabisme lainnya. Banyak pentolan Partai Baath yang menjadi diktator dunia, di antaranya adalah Muammar Khadafi (Libya), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Saddam Husein (Irak), dan Hafez al-Assad (Suriah). Partai Baath mempunyai hubungan mesra dengan Uni Soviet yang komunis, mereka sama-sama menjadikan AS sebagai rivalnya.
Semasa Partai Baath berkuasa di Suriah sampai saat tumbang 2024 pemerintahannya dibawa ke dalam pemerintahan diktator militer dengan tangan besi, para pemimpinnya bertindak represif terhadap kelompok gerakan Islam yang dianggap Partai Baath, mengancam kepentingan partai seperti kelompok Islam yang militan dengan pemikirannya.
Hafez al-Assad (1971-2000)
Hafez al-Assad adalah Presiden Suriah yang menduduki kursi kepresidenan selama hampir 30 tahun. Hafez al-Assad lahir pada tanggal 6 Oktober 1930 di Qardaha. Hafez merupakan keluarga Alawit dari suku Kalbiyya. Orang tuanya adalah Na'sa dan Ali Sulaiman al-Assad. Hafez adalah anak kesembilan Ali sulaiman, dan yang keempat dari pernikahan keduanya. Ali sulaiman menikah dua kali, memiliki sebelas anak.
Ali Sulaiman al-Assad adalah salah satu tokoh Suriah yang dihormati serta disegani oleh banyak orang. Ia dikenal karena kekuatan dan kemampuannya dalam menembak, sehingga penduduk setempat menjulukinya Wahhish (binatang liar). Pada dekade 1920-an Ali Sulaiman dikenal sangat keras menentang pendudukan Perancis terhadap Suriah.
Hafez al-Assad memulai pendidikannya pada usia sembilan tahun, di suatu desa yang didominasi oleh Islam Sunni Latakia. Dia adalah anak yang pertama dari keluarganya dapat merasakan pendidikan tinggi. Dia adalah murid yang pintar dan cerdas.
Kemudian Hafez mencoba untuk mendekati partai-partai politik, seperti: Partai Komunis Suriah, Partai Sosialis dan Nasionalis Suriah (SSNP) dan Partai Arab Baath. Tahun 1947 Hafez al-Assad memutuskan bergabung bersama Partai Baath di Suriah. Pada tahun 1951, ia menyelesaikan pendidikan tingkat atasnya. Saat itu, usianya 20 tahun.
Ia kemudian masuk Akademi Militer Angkatan Udara di Kolese Udara di Aleppo, 1952-1955. Lulus berbarengan dengan munculnya Gamal Abdul Nasser sebagai pemimpin dan penguasa Mesir. Pada tahun 1958, Suriah bersama dengan Mesir membentuk Republik Arab Bersatu yang kemudian pecah tahun 1961.
Hafez al-Assad sempat dikirim ke Uni Soviet (sekarang Rusia) untuk belajar menerbangkan pesawat tempur MiG-15 dan MiG-17. Setelah kembali ke Suriah, ia dikirim ke mesir. Akan tetapi, pada tanggal 12 Desember 1961, ia dikeluarkan dari Angkatan Udara dan menjadi pegawai sipil.
Setelah itu kegiatan politik Hafez al-Assad terus berlanjut. Ia dan rekan-rekan perwira satu grupnya, membentuk komite rahasia untuk merebut kekuasaan di Damaskus. Ia menjadi salah satu pemimpin komite militer di bawah tanah (beranggotakan lima orang) yang memimpin Revolusi 8 Maret 1963. Revolusi itu berjalan mulus. Ia kemudian menduduki beberapa pos utama baik di Komando Partai Baath sampai akhirnya diangkat menjadi sekretaris Jenderal Partai Baath.
Ketika pecah Perang Arab-Israel 1967 Hafez al-Assad sudah menduduki jabatan Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Suriah. Bulan September 1970, para gerilyawan Palestina berusaha menumbangkan Raja Hussein dari Yordania. Hafez al-Assad mengirimkan tank-tanknya untuk membantu para gerilyawan Palestina, tetapi berhasil dipukul mundur pesawat-pesawat tempur Yordania.
Pada saat itu, Hafez al-Assad memanfaatkan situasi dengan melancarkan kudeta tak berdarah yang disebut “Gerakan Koreksionis”. Melalui Referendum pada 12 Maret 1971, Hafez al-Assad terpilih menjadi Presiden Republik Arab Suriah, menjadi Presiden ke-18. Pada bulan Agustus1971 dalam Konferensi Nasional ke-11 Partai Baath ia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Baath.
Dengan kekuasaan di tangan, banyak pemimpin di dunia ketiga, termasuk Hafez al-Assad menggunakan mesin politiknya, Partai Baath dengan ideologi sekulernya, untuk menjaga kekuasaannya. Ia menempatkan orang-orang sekelompoknya, Alawite, untuk menduduki posisi-posisi penting, posisi-posisi kunci.
Dalam Encyclopedia of the Orient menyebut, Hafez al-Assad membangun sebuah sistem politik yang menempatkan tentara, baik sebagai simbol kekuasaan maupun sebagai suatu alat untuk mengontrol negara yang digunakan untuk menekan atau menghadapi rakyat dengan kekerasan demi mempertahankan atau mengamankan stabilitas politik. Hafez al-Assad juga menguasai polisi negara, dan padaa saat ia berkuasa ada sekitar 15 dinas intelijen.
Dalam menjalankan politik luar negeri, Hafez al-Assad bersekutu dengan Presiden Mesir Anwar Sadat, juga memamfaatkan ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Kedua negara itu bersaing untuk memperebutkan posisi sebagai kekuatan global paling besar, paling berpengaruh, paling berkuasa.
Hafez al-Assad membawa Suriah melirik Uni Soviet. Hasilnya, mengalirnya dana miliaran dollar AS dari Moskwa ke Damaskus, dalam bentuk persenjataan. Pada saat bersamaan Moskwa juga memberikan bantuan serupa kepada Kairo (Mesir) serta menempatkan ribuan penasihat militernya di kedua negara tersebut.
Hafez al-Assad dikenal sebagai pemimpin Arab yang terus melawan dominasi Israel serta menghukum negara-negara Arab pro-Barat. Di dalam negeri Hafez al-Assad memimpin dengan tangan besi, tak segan-segan menggunakan kekerasan terhadap lawan-lawannya politiknya. Namun menurut Ahmad Baidawi, rakyat Suriah bangga memiliki pemimpin seperti dia.
Mengutip laporan BBC News, saat itu setiap rakyat Suriah tahu bahwa di mana-mana ada agen Hafez al-Assad yang mengawasi mereka, tetapi kehidupan mereka tetap lancar sejauh tidak memasuki hal-hal politik yang menyinggung kekuasaan. Gerakan-gerakan oposisi yang terang-terangan menetangnya nyaris tidak terdengar, tidak seperti di Irak pada masa Presiden Saddam Husein.
Namun tetap ada penumpasan terhadap kelompok perlawanan persaudaraan Muslim Suriah (Syria Muslim Brotherhood) di Hama, tahun 1982, yang menewaskan begitu banyak korban jiwa.
Hafez Al-Assad menjadi Presiden Suriah pada 22 Februari 1971, dan berkuasa sampai Juni 2000. Hafez Al-Assad telah mempersiapkan putranya yaitu: Bhasil Al-Assad sebagai penggantinya. Namun tahun 1994 Bhasil Al-Assad meninggal dalam kecelakaan mobil.
Hafez Al-Assad lalu memanggil pulang Bashar Al-Assad yang kala itu berada di London kembali ke Suriah untuk dipersiapkan menjadi Presiden Suriah menggantikan menggantikan kakaknya Basil Al-Assad. Bashar Al-Assad lahir di Damaskus pada tanggal 11 September 1965 adalah putra kedua dari perkawinan Hafez Al-Assad dan istrinya Anisa. Bashar Al-Assad dididik di Arab-French Al Hurriya School Damaskus untuk fasih berbahasa Inggris dan Prancis.
Tahun 1982 Bashar Al-Assad lulus dari sekolah tinggi dan melanjutkan studi kedokteran di Universitas Damaskus, lulus pada tahun 1988. Tahun 1992 Bashar Al-Assad pindah ke Western Eye Hospital di London, Inggris pada tahun 1992.
Bashar Al-Assad adalah seorang dokter spesialis mata yang tidak memiliki latar belakang politik maupun militer resmi dilantik menjadi Presiden Suriah pada 17 Juli 2000 menggantikan ayahnya, Hafez Al-Assad. Ketika dilantik Bashar Al-Assad berjanji untuk menjadikan Suriah lebih modern dan demokratis. Akan membangun zona perdagangan bebas, mengizinkan lebih banyak koran swasta, dan juga universitas swasta serta memberantas korupsi dan pemborosan keuangan yang dilakukan pemerintah.
Pada tahun 2001 kelompok-kelompok reformis yang kemudian dituding sebagai agen Barat dengan maksud menggerogoti stabilitas politik dalam negeri Suriah. Pemerintah memerintahkan agar forum-forum yang bermunculan di Suriah ditutup. Sejumlah aktivis dari kubu reformis yang bersuara lantang mengkritik pemerintahan yang berkuasa untuk dipenjara.
Rakyat Suriah tidak puas dengan kebijakan Bashar Al-Assad lalu melakukan protes dan demontrasi. Terjadilah The Arab Spring sebagai puncak rasa tidak puas rakyat kepada pemerintahan. The Arab Spring merupakan gelombang demonstrasi besar-besaran dimulai dari Tunisia sampai ke negara-negara Arab di sekitarnya.
Sejak saat itu gaya kepemimpinan Presiden Bashar Al-Assad tidak jauh bedanya dengan Presiden Hafez Al-Assad. Kemudian Bashar Al-Assad setelah duduk di kursi Kepresidenan Suriah selama 14 tahun akhirnya tumbang. Sejarah mencatat, Suriah pada masa Dinasti Assad adalah salah satu negara di kawasan Arab yang tidak kunjung lepas dari belenggu otoriterianisme. (maspril aries)