Tak Disangka, Ini Momen Terakhir MAS Sebelum Membunuh Ayah dan Neneknya
MAS diketahui masih sempat bercanda bersama orang tua sebelum pembunuhan.
REPUBLIKA.CO.ID, ADA fakta menarik dalam kasus MAS yang membunuh ayah dan sang nenek di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. MAS diketahui tidak memiliki tanda-tanda mencurigakan beberapa jam sebelum pembunuhan.
Bahkan, ia terlihat santai, bercanda besama orang tua seperti keluarga pada umumnya. Kondisi itulah yang menjadi pertayaan banyak pihak, mengapa MAS melakukan aksi tersebut?
Ihwal kondisi MAS, pada saat malam pembunuhan telah diungkap oleh kepolisian usai memeriksa ibu pelaku yang selamat.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi menyampaikan penyidik terus mendalami keterangan dalam kasus pembunuhan yang dilakukan MAS. Salah satunya dengan mengeruk informasi dari ibu MAS berinisial AP yang selamat dalam peristiwa itu.
"Jadi waktu malam kejadian, dari keterangan Ibu anak tersebut, mereka masih bercanda selayaknya ibu, ayah, dan keluarga inti ya. Kemudian mereka masih tertawa, ya itu yang terjadi dari keterangan ibu yang tadi kita mintain keterangan," kata Nurma kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).
Itu berarti pada 29 Desember, MAS dan keluarganya masih berbincang dan bercanda selayaknya keluarga pada umumnya. Tapi situasi berbalik 180 derajat pada 30 Desember dini hari atau saat pembunuhan terjadi.
"Sebelum tidur. Jadi sebelum tidur, mereka makan bareng, lanjut bercanda, ya masih tertawa. Jadi tidak menyangka akan terjadi hal yang kita lihat bersama," ujar Nurma.
Nurma menyampaikan AP masih tak percaya dengan perbuatan MAS. Padahal MAS diduga juga nyaris menghabisi nyawa AP.
"Ya dari keterangan ibunya, ibunya juga tidak menyangka kalau akan terjadi seperti yang kita lihat bersama...Yang jelas dari ibunya masih tidak menyangka bahwa kejadian itu akan terjadi pada dia dan keluarganya," ujar Nurma.
Tapi Nurma menyampaikan penyidik sudah memperlihatkan rekaman kamera pengawas kepada AP. Namun Nurma merahasiakan bagaimana respon AP atas video itu.
"Semua sudah kita perlihatkan. Kemudian sudah kita tanya. Dari keterangan-keterangan itu ya kita kumpulkan untuk pemberkasan tentunya," ujar Nurma.
Diketahui, MAS diduga membunuh ayahnya dan neneknya serta melukai ibunya, AP, di Perumahan Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan pada Sabtu (30/11/2024) pukul 01.00 WIB.
Kejadian ini terungkap ketika petugas keamanan memperoleh informasi ada pembacokan di rumah Blok B6 Nomor 12. Petugas lalu mengecek lokasi mendapati AP bersimbah darah. Lalu dari keterangan saksi yang merupakan petugas keamanan Perumahan Bona Indah berinisial AP, MAS terlihat berjalan cepat meninggalkan lokasi. MAS lantas langsung diringkus petugas keamanan guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dibawa ke psikolog
MAS diketahui pernah dibawa ke psikolog. Hal tersebut menyusul laporan dari guru kelas pelaku yang menyebut MAS sering tidur di kelas. Sang anak dibawa setidak sebanyak empat kali oleh orang tua.
"Berawal dari laporan guru kelas karena suka tidur di kelas anak tersebut. Kemudian oleh karena itu dari ibu anak tersebut membawa ke psikolog untuk memeriksa itu yang terjadi menurut keterangan dari ibu," kata Nurma kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).
Oleh karena itu, polisi menjadwalkan pemanggilan terhadap psikolog yang pernah memeriksa MAS. Sang psikolog diharapkan memenuhi panggilan polisi pada Rabu (11/12/2024) siang. "Untuk sementara ini mau meriksa psikolog yang memeriksa ABH," ujar Nurma.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak membentuk tim khusus untuk menangani kasus anak berkonflik dengan hukum berinisial MAS (14) yang membunuh ayah dan neneknya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
"KemenPPPA membentuk tim untuk asesmen kebutuhan layanan lebih lanjut agar komprehensif dan tuntas," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut Nahar, tim khusus ini terdiri atas Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), psikolog dari KemenPPPA, dan pekerja sosial (peksos).
Pembentukan tim khusus ini perdana dilakukan oleh KemenPPPA dalam menangani kasus yang melibatkan anak.
Tim dibentuk karena kasus ini yang dinilai berbeda dari kasus-kasus anak lainnya yang pernah terjadi.