Kata Wamendiktisaintek Stella tentang Riset dan Pembangunan Aceh

Wamendiktisaintek Stella menjelaskan riset akan dukung ekonomi berkelanjutan di Aceh.

Antara/M Fikri Setiawan
Wamendiktisaintek Prof Stella Christie.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wamendiktisaintek Stella Christie mendorong riset di perguruan tinggi di Aceh semakin strategis. Riset tersebut harus mendukung kemajuan pembangunan Aceh yang berkelanjutan.

Baca Juga


"Kita harus melakukan riset lokal yang akan berdampak pada perkembangan ekonomi lokal, memberantas kemiskinan, dan meningkatkan sumber daya manusia, di mana kedua hal tersebut saling berkelanjutan satu sama lain. Berkelanjutan penting agar kita tidak kehilangan apa yang sudah kita capai tetapi juga tetap mendukung aspek lain untuk berkembang," katanya melalui keterangan di Jakarta, Rabu.

Stella menekankan riset lokal memiliki peran strategis dalam menciptakan ekonomi yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, ia mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh berbagai universitas, sekolah vokasi, maupun kelompok peneliti dalam menyokong perkembangan Aceh melalui hasil penelitian lokal yang dinilai efektif dan praktis seperti riset mengenai limbah tulang ikan, daun nilam, dan juga serat sabut kelapa.

"Di samping riset yang progresif, perlu juga dibarengi dengan teknologi yang mutakhir. Dalam hal ini, hasil dari riset tersebut akan lebih efisien dengan menggunakan bantuan dari teknologi," ujarnya.

Stella juga mengapresiasi representasi dari perempuan yang telah terlibat langsung dalam kemajuan riset, sains, dan teknologi di Aceh.

Ia berpesan kepada pemerintah daerah untuk dapat mendayagunakan universitas, mahasiswa, maupun dosen daerah untuk dapat mengelola dan menjawab permasalahan domestik yang dihadapi.

"Perguruan tinggi merupakan sebuah aset nasional untuk membawa economic growth bagi daerah, karena perguruan tinggi merupakan salah satu aset yang dapat memberikan sustainability," ujarnya.

Oleh sebab itu, Wamen Stella mengajak kepada seluruh akademisi untuk bersama-sama untuk melihat kekayaan negara, dan diimplementasikan melalui hilirisasi dan riset, untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju.

Peran ARC

Stella juga mengapresiasi peran Atsiri Research Center (ARC), pusat unggulan inovasi milik Universitas Syiah Kuala (USK) yang telah mengembangkan minyak atsiri nilam Aceh menjadi produk berkelas dunia.

"Para peneliti adalah tulang punggung kemajuan Universitas Syiah Kuala. Tanpa mereka, sulit bagi kita untuk mencapai kemajuan signifikan," kata Stella melalui keterangan di Jakarta, Rabu.

Stella juga mengapresiasi keterlibatan komunitas lokal dalam pengembangan produk nilam. Menurutnya, inovasi adalah inti dari riset dan penggerak utama untuk meningkatkan nilai jual produk lokal.

"Inovasi itu adalah sesuatu yang baru, hasil dari pemikiran yang belum pernah ada sebelumnya. Jiwa peneliti adalah melahirkan pembaruan," tambahnya.

Sementara itu, Ketua ARC-USK, Syaifullah Muhammad mengungkapkan bahwa pembentukan ARC diawali dengan permintaan pemerintah setempat untuk membantu petani nilam di Aceh.

Meskipun nilam Aceh dikenal sebagai yang terbaik di dunia, Syaifullah menilai para petani dulunya belum merasakan dampak maksimal dari komoditas ini.

"Kami menemukan 24 persoalan utama dalam industri hulu-hilir nilam Aceh. Dengan kerja keras, ARC berhasil merumuskan berbagai terobosan untuk mengatasi masalah ini, karena Aceh memasok 90 persen kebutuhan nilam dunia," ungkap Syaifullah.

 

Dalam upaya tersebut, Syaifullah menjelaskan pihaknya melibatkan lebih dari 80 profesor, doktor, dan master, dimana kini ARC-USK telah menyusun peta jalan hingga tahun 2030 untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengoptimalkan potensi nilam Aceh.

Hasilnya, harga nilam yang semula hanya Rp300.000 per kilogram kini melonjak menjadi Rp1.700.000 per kilogram. Ia juga menjelaskan berbagai dampak signifikan inovasi ARC-USK seiring delapan tahun perjalanan.

Syaifullah mengungkapkan pihaknya berhasil meningkatkan nilai tambah nilam Aceh, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperluas akses pasar, dimana saat ini, 17 kabupaten di Aceh telah mengembangkan budi daya nilam yang turut berdampak pada ekonomi, juga pengakuan nasional dan internasional.

"Dampak ini adalah hasil kerja keras bersama. Kami berharap pemerintah dan berbagai pihak terus memberikan dukungan agar kinerja kami semakin optimal ke depan," ucap Syaifullah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler