Mukjizat Nabi Muhammad Berupa Proyeksi Masa Depan yang Ternyata Benar Terjadi

Allah memberikan banyak mukjizat kepada Nabi Muhammad.

Dok Republika
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Junjungan dan teladan setiap Muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Segala apa yang dilakukan, dikatakan, pasti menjadi rujukan dan diamalkan jutaan Muslim di berbagai kawasan. 

Bahkan tak hanya Muslim, non-Muslim pun mempelajari apa yang dilakukan nabi akhir zaman tersebut. Mereka meneliti berbagai hal mengenai Muhammad putra Abdullah yang kemudian membuat mereka menobatkan sang nabi menjadi orang terhebat di dunia.

Salah satu yang menarik dari sosok Nabi Muhammad adalah prediksinya tentang masa depan yang ternyata benar terjadi. 

Penjelasan Said Nursi

Badiuzaman said Nursi - (hizmetnews)

Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan tentang beragam mukjizat Rasulullah SAW seputar peristiwa yang terjadi di masa depan. Pada bagian ini, Nursi membahas berbagai peristiwa yang terkait dengan perkara ghaib. Dia pun menyebutkan sebagian contoh hal tersebut.

Pertama, yaitu ketika berkhotbah di hadapan para sahabat yang mulia di mana

Baca Juga


hal ini diriwayatkan dalam hadis yang shahih dan mutawatir, Rasul SAW berkata:

"ﺇﻥَّ ﺍﺑﻨﻲ ﻫﺬﺍ ﺳَﻴّﺪٌ ﻭﻟَﻌﻞَّ ﺍﻟﻠّٰﻪ ﺃﻥْ ﻳُﺼﻠﺢَ ﺑﻪ ﺑﻴﻦ ﻓِﺌَﺘﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻋﻈﻴﻤﺘﻴﻦ

"Anakku ini adalah pemimpin. Semoga dengannya Allah mendamaikan dua kelompok umat Islam. Dalam riwayat lain berbunyi, “Dua kelompok besar”. "

Ternyata 40 tahun kemudian, menurut Nursi, dua pasukan besar umat Islam itu bertemu. Ketika itu Hasan RA berdamai dengan Muawiyah RA. Dengan demikian, perdamaiaan tersebut membuktikan mukjizat ghaib sang kakek yang mulia, yaitu Muhammad SAW.

 

Kedua, lanjut dia, dalam riwayat shahih disebutkan bahwa Nabi SAW pernah berkata kepada Ali RA:

ﺳﺘُﻘﺎﺗﻞ ﺍﻟﻨﺎﻛﺜﻴﻦ ﻭﺍﻟﻘﺎﺳﻄﻴﻦ ﻭﺍﻟﻤﺎﺭﻗﻴﻦ.

"Engkau akan memerangi kaum pengkhianat, kaum khawarij, dan kaum pembangkang."

Jadi, menurut Nursi, Nabi menginformasikan tentang perang Jamal, perang Shiffin, dan pemberontakan khawarij. Lalu saat Rasul SAW melihat Zubair RA dan Ali RA saling mencintai, beliau berkata kepada Zubair:

ﻟﺘﻘﺎﺗﻠُﻨَّﻪ ﻭﺃﻧﺖ ﻇﺎﻟﻢٌ ﻟﻪ

"Engkau akan memeranginya dalam kondisi zalim kepada nya."

Nabi SAW juga berkata kepada para isterinya yang mulia:

ﻛﻴﻒ ﺑﺈﺣﺪﺍﻛُﻦ ﺗﻨﺒﺢ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻛﻠﺎﺏُ ﺍﻟﺤَﻮﺃﺏ

"Suatu saat nanti, salah seorang dari kalian akan disalak oleh anjing Haw’ab"

ﻳُﻘﺘَﻞ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻬﺎ ﻭﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻫﺎ ﻗﺘﻠﻰ ﻛﺜﻴﺮﺓ

"Sementara di sisi kanan dan kirinya begitu banyak orang terbunuh".

Ternyata, kata Nursi, tiga puluh tahun kemudian sabda-sabda Nabi SAW tersebut terwujud. Tepatnya pada perang Jamal antara pasukan Ali RA dan pasukan Aisyah RA disertai Thalhah RA dan Zubair RA.

"Ia juga terwujud dalam perang Shiffin antara pasukan Ali RA dan pasukan Muawiyah RA. Serta terwujud dalam perang Harwara’ dan Nahrawan antara pasukan Ali RA dan kaum Khawarij," jelas Said Nursi dalam kitab Al-Maktubat, halaman 169-170.

Ketiga, Umat Islam akan terpecah menjadi banyak golongan. Bunyi haditsnya begini,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً

"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, 'Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan." (HR At-Tirmidzi dan ia mengatakannya hasan shahih)

Saat ini, umat Islam benar dipecah menjadi banyak kelompok. Mulai dari terpecah berdasarkan negara, madzhab fikih, madzhab teologi, organisasi, komunitas, suku, daerah, dan banyak lagi. Perpecahan itu menyebabkan umat Islam menjadi lemah, terbagi-bagi perhatiannya, dan cenderung mengedepankan kelompoknya. Dengan begitu umat Islam menjadi lemah.

 

 
Infografis Tiga Upaya Menggagalkan Dakwah Nabi Muhammad - (Dok Republika)
 

Beragam

Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan, mukjizat Rasulullah SAW sendiri sangat banyak dan beragam. Hal itu karena kerasulan beliau bersifat universal dan komprehensif, mencakup seluruh alam.

"Karenanya, mukjizat yang menjadi saksi atas beliau tampak pada sebagian besar jenis makhluk. Hal itu akan kami jelaskan dengan perumpamaan," kata Said Nursi dikutip dari buku Al-Maktubat halaman 157. 

Misalkan, kata dia, seorang duta istimewa yang diutus penguasa besar datang untuk mengunjungi sebuah kota yang dihuni oleh banyak kaum dengan membawa berbagai macam hadiah berharga untuk mereka, sudah pasti setiap kelompok dari mereka akan mengirim utusan untuk menyambutnya atas nama kelompok mereka. 

Demikian pula, kata Nursi, ketika duta agung Allah Yang Maha abadi (Muhammad SAW) membuat alam ini mulia dan bercahaya lewat kedatangan beliau. Nabi Muhammad diutus oleh Tuhan semesta alam ke seluruh penduduk bumi dengan membawa berbagai macam hadiah maknawi dan hakikat yang cemerlang terkait dengan seluruh hakikat alam, tentu setiap kelompok mengirim utusan untuk menyambut kedatangan beliau serta mengucapkan selamat lewat lisannya masing-masing. 

"Ia mempersembahkan mukjizat kelompoknya ke hadapan beliau sebagai bentuk pembenaran dan sambutan atas kenabian beliau, mulai dari batu, air, pohon, manusia, hingga bulan, matahari, dan bintang-gemintang. Seolah-olah lewat kondisinya masing-masing berkata, “Selamat datang kami ucapkan kepada Anda!," jelas Nursi.

Mukjizat yang terkait dengan air

Nursi mengungkapkan petunjuk yang menjelaskan satu bagian mukjizat Rasulullah yang terkait dengan air. Dalam shahih Bukhari dan Muslim, serta yang lain disebutkan bahwa Anas ibn Malik berkata:

“Aku melihat Rasulullah SAW saat waktu shalat asar tiba. Ketika itu orang-orang mencari air untuk berwudhu, namun mereka tidak mendapatkannya. Lalu, Nabi SAW yang berada di Zawra diberi sebuah wadah. Beliau meletakkan tangannya ke dalam wadah itu. Tiba-tiba air memancar dari jari-jemari beliau. Maka, orang-orang berwudhu darinya.”

Qatadah bertanya kepada Anas, “Berapa jumlah kalian saat itu?” Ia menjawab, “Tiga ratus atau sekitar tiga ratus.” (HR Bukhari)

 

Said Nursi menjelaskan, bisa dilihat bagaimana Anas RA menginformasikan peristiwa tersebut sebagai wakil dari 300 orang yang ada. Mungkinkah ketiga ratus orang itu secara maknawi tidak terlibat dalam informasi ini. Mungkinkah mereka tidak mengingkarinya jika memang peristiwa ini tidak benar-benar terjadi?

Dalam sejumlah kitab sahih, terutama sahih Bukhari dan Muslim, juga terdapat riwayat yang berasal dari Salim ibn Abi al-Ju’d, dari Jabir ibn Abdillah al-Anshari RA yang berkata:

“Pada saat melakukan perjalanan Hudaibiyah, para sahabat mengalami kehausan. Sementara di hadapan Nabi SAW terdapat kantong air dari kulit. Kemudian beliau berwudhu. Melihat hal itu, mereka segera menghampiri beliau. ‘Ada apa dengan kalian?’ tanya Nabi SAW.

 

Mereka menjawab, ‘Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali yang ada di depanmu ini.’ Lalu Nabi SAW memasukkan tangannya ke dalam kantong air itu. Seketika air memancar dari jari-jemarinya seperti sumber mata air. Kamipun minum dan berwudhu darinya.”

Salim berujar, “Aku bertanya kepada Jabir, ‘Berapa jumlah kalian waktu itu?’” “Andaikan jumlah kami 100 ribu tentu masih cukup. Namun ketika itu jumlah kami hanya seribu lima ratus orang,” jawab Jabir." (HR Bukhari).

Dengan demikian, menurut Said Nursi, secara maknawi jumlah perawi riwayat di atas mencapai seribu lima ratus orang. Sebab, manusia memiliki tabiat suka mengungkap kebohongan dengan berkata, “Ini bohong.” Apalagi yang meriwayatkan kisah di atas adalah para sahabat yang mulia yang rela mengorbankan jiwa, harta, orang tua, anak, kaum, dan kabilahnya demi membela kebenaran dan kejujuran.

Di samping itu, kata Nursi, mustahil mereka mendiamkan kebohongan yang ada setelah mendengar ancaman Rasul SAW yang mengerikan, “Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, bersiaplah ia mengambil tempat di neraka.” (HR Bukhari).

"Maka, selama mereka tidak menentang riwayat yang ada; namun menerima dan rida dengannya, berarti mereka juga ikut serta dalam riwayat tersebut dan secara tidak langsung membenarkannya," jelas Said Nursi dikutip dari buku Kumpulan Mukjizat Nabi Muhammad SAW terbitan Risalah Nur Press halaman 91-94.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler