Binatang Kecil ini Jadi Penyebab Kematian Raja Super Sombong dan Kejam
Binatang kecil ternyata bisa jadi makhluk sangat mematikan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pasti ada penguasa yang sombongnya bukan main. Dia merasa paling hebat. Karena merasa paling segalanya dia tak ingin ada yang menyainginya. Dia memerintahkan pasukan untuk membunuh setiap bayi lelaki agar tidak ada satupun yang menjadi pesaingnya kelak.
Maka datanglah pasukan – pasukan bersenjata tajam ke banyak rumah penduduk. Jika menemukan bayi lelaki, maka akan langsung dibunuh. Begitu seterusnya, hingga wilayah kekuasaan si penguasa mengalami krisis bayi laki-laki.
Begitulah kebiadaban Raja Namrud yang diperkirakan hidup pada tahun 2275-1943 SM. Jejak kesombongannya beterbaran dalam lembaran sejarah. Dia memang orang cerdas yang menguasai sains. Juga menjadi raja di Babilonia, peradaban kuno yang menginspirasi peradaban berikutnya.
Dia berkuasa sungguh hebat. Namrud membangun menara Babilonia yang tinggi menjulang ke angkasa untuk memuaskan nafsu kekuasaannya, bahwa hanya dia yang mampu membangun menara yang tinggi seperti itu. Namun segala apa yang dimilikinya kemudian diklaimnya sebagai pertanda bahwa dirinya adalah sosok yang patut disembah. Dia mengaku sebagai Tuhan. Di sini, Namrud menyekutukan Allah.
Di tengah kebiadabannya membunuh setiap bayi laki-laki, apakah berarti semua bayi laki-laki kala itu pasti mati?
Di masa tersebut ada sepasang kekasih, Azar dan Mathlaah yang baru saja dikaruniai seorang bayi lelaki yang enak dilihat alias qurrota a'yun. Suami dan istri ini begitu menyayangi si bayi yang diberi nama Ibrahim, buah cinta yang dinantikan, yang kelak akan mewarisi segala kebaikan.
Namun karena suasana kengerian menyebar di mana-mana. Jeritan tangis wanita yang baru saja melahirkan bayi terdengar. Azar dan Mathlaah membawa kabur Ibrahim ke dalam hutan. Mereka membiarkan bayi itu berada di dalam hutan. Terserah bagaimana nasib bayi itu, biarlah nanti Allah yang mengurusnya. Begitu kira-kira keyakinan Azar dan mathlaah.
Benar saja. Allahlah yang mengurus Ibrahim. Membesarkannya. Bocah itu kemudian tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan hebat. Berbagai lembaran sejarah dan omongan dari mulut ke mulut lintas peradaban menyebut ibrahim sebagai khalilullah. Budayawan Mesir Abbas Mahmud Aqqad kerap menyebutnya sebagai el-khalil atau al-khalil. Artinya yang mencintai dan dicintai Allah.
Mendebat Namrud
Setelah tumbuh dewasa, Ibrahim berani mendebat Namrud, sebagaimana Allah ceritakan dalam al-Baqarah 258:
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِۦمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
a lam tara ilallażī ḥājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk, iż qāla ibrāhīmu rabbiyallażī yuḥyī wa yumītu qāla ana uḥyī wa umīt, qāla ibrāhīmu fa innallāha ya`tī bisy-syamsi minal-masyriqi fa`ti bihā minal-magribi fa buhitallażī kafar, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn
258. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Tak hanya mendebat, Ibrahim adalah sosok yang paling berani menghancurkan patung berhala yang disembah orang-orang Babilonia kala itu. Orang-orang mengetahui kehancuran patung-patung disebabkan ulah Ibrahim, sehingga pasukan kerajaan menangkapnya, mengikatnya, lalu membakarnya.
Namun berkat kuasa Allah, api yang biasanya panas, berubah menjadi dingin.
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
qulnā yā nāru kụnī bardaw wa salāman ‘alā ibrāhīm
69. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,
Sejak peristiwa itu, semakin banyak orang-orang mengimani ajaran Ibrahim. Mereka meninggalkan kebiasaan menyembah berhala dan Namrud, kemudian beralih menyembah Allah, satu-satunya Tuhan di alam ini.
Semakin muak
Sementara itu, Raja Namrud semakin muak dengan Ibrahim yang selalu menyeru untuk beriman kepada Allah SWT. Lalu ia menantang Nabi Ibrahim untuk membuktikan keberadaan Allah. Cobalah Engkau Ibrahim berdoa agar diberi kekuatan melawan pasukanku. Begitu Namrud menantangnya.
Kerumunan nyamuk yang membunuh Namrud
Kemudian Ibrahim berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan menghadapi pasukan Namrud yang sangat kuat. Setelah dia berdoa, awan yang semula cerah mendadak berubah menghitam. Tiba-tiba datang beribu-ribu kawanan nyamuk menyerang pasukan Namrud.
Saking banyaknya itu nyamuk terbang, mentari yang cerah lagi menyilaukan pandangan menjadi tidak terlihat bentuknya. Cahayanya menjadi gelap.
Allah mengirim nyamuk-nyamuk tersebut untuk menyerbu pasukan Namrud. Nyamuk itu pun segera menggigit kulit, hingga tembus ke dalam daging dan menghisap darah mereka. Akhirnya seluruh daging dan darah mereka habis, hanya tinggal tulang belulang.
Sementara raja Namrud sendiri tidak seketika mati saat itu. Allah Ta'ala terlebih dulu menyiksanya dengan mengirimkan nyamuk yang masuk ke lubang hidungnya. Nyamuk itu pun masuk ke lubang hidung Namrud dan tinggal di sana.
Selama masa ini, Namrud hidup seperti orang yang tidak waras. Setiap hari ia memukuli kepalanya sendiri karena sakit akibat nyamuk yang bersarang di dalam kepalanya.
Ibnu Katsir dalam Qishash Al Anbiya' yang diterjemahkan dalam buku Kisah Para Nabi oleh Dudi Rosyadi dan diterbitkan Pustaka Al Kautsar pada 2011 halaman 235 menjelaskan bahwa Allah Ta'ala mengurus nyamuk masuk ke istana Raja Namrud.
Lalu nyamuk itu masuk ke dalam hidung sang raja dan tinggal di sana selama empat ratus tahun. Selama empat ratus tahun itu, raja Namrud selalu memukuli kepalanya dengan tongkat yang terbuat dari besi agar nyamuk itu dapat keluar, hingga ia biasa oleh seekor nyamuk kecil.
Sebelum Namrud tewas mengenaskan, Nabi Ibrahim masih berkali-kali menjenguknya untuk mengajaknya bertobat. Tapi Namrud tetap keras kepala hingga ia tewas.