Warga Pengguna KRL Tolak Penutupan Stasiun Karet

Stasiun Karet dinilai sebagai stasiun yang vital bagi mobilitas warga.

Republika/Prayogi
Sejumlah penumpang berjalan meninggalkan Stasiun Karet, Jakarta, Kamis (2/1/2025). PT Kereta Api Indonesia (Persero) berencana menutup Stasiun Karet yang berlokasi di Jalan KH Mas Mansyur, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Penutupan ini merupakan bagian dari upaya untuk memperbaiki ekosistem perkeretaapian di Indonesia. Selain itu salah satu alasannya adalah karena jarak Stasiun Karet terlalu dekat dengan Stasiun BNI City sehingga kurang efisien.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line menolak rencana penutupan Stasiun Karet. Sebagian warga yang rutin menggunakan stasiun itu menilai Stasiun Karet sebagai stasiun yang vital untuk mobilitas warga.

Baca Juga


“Iya, saya sempat dengar desas-desus soal penutupan. Kalau benar terjadi, saya akan kesulitan. Walaupun ke Sudirman atau BNI City tidak terlalu jauh, tetap saja stasiun ini vital,” ujar salah satu pengguna setia kereta rel listrik yang turun di Stasiun Karet, Eka (26), mengungkapkan keresahannya terhadap rencana ini di Jakarta, Jumat (3/1/2024).

Menurut Eka, fungsi stasiun tidak semata-mata soal jarak, tetapi ada peran penting lainnya yang mungkin terabaikan jika penutupan dilakukan tanpa kajian mendalam. “Saya berharap penutupan ini ditinjau ulang. Harus dihitung lebih banyak, manfaat atau kerugiannya,” tambahnya.

Senada dengan Eka, Salma (54), juga menyatakan penolakan lantaran merupakan pengguna setia stasiun yang jadi pusat (hub) kawasan Karet, Bendungan Hilir, Pejompongan dan kawasan sekitar Tanah Abang.

“Dari rumah saya ke sini tidak terlalu jauh. Kalau pakai angkot juga sangat terjangkau. Kalau ditutup, saya pasti kesulitan,” kata Salma.

Salma juga menyoroti dampak rencana penutupan terhadap anak sekolah, turis hingga para pekerja yang menggunakan stasiun tersebut. Menurutnya, mereka akan kebingungan mencari alternatif, terutama bagi yang tidak familiar dengan daerah sekitar atau sulit mengandalkan aplikasi peta digital.

“Stasiun ini mungkin angkanya tidak besar, tapi bagi kami yang bergantung, keputusannya sangat berat,” tegasnya.

Tidak hanya kepada pengguna kereta, rencana ini juga berdampak pada para pedagang kecil yang mencari nafkah di sekitar stasiun. Area yang biasanya ditempati sejumlah pedagang di area pintu masuk stasiun pun tampak lengang. Sementara itu, aktivitas ojek pangkalan di sekitar stasiun pun tampak lebih sepi.

 

Rencana penutupan Stasiun Karet disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai upaya untuk mengoptimalkan kinerja kereta bandara. Adapun menurut VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.

Ia menjelaskan rangkaian KRL yang sebanyak 12 gerbong akan menutup batas perlintasan. Di sisi lain, kapasitas ruang tunggu Stasiun Karet yang hanya 150 orang tidak mencukupi pengguna yang bisa mencapai sekitar hampir 2.000 orang sehingga berisiko terhadap keselamatan pengguna.

“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata Joni.

Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama DJKA Kemehub, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City. Penggabungan Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City diyakini bisa memberikan fasilitas dan layanan yang optimal kepada para penumpang.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler