Jelang Lengser, Biden akan Kirimkan Senjata Senilai Rp 129,6 Triliun ke Israel

Biden sebut Israel berhak dapat senjata untuk membela diri.

AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Joe Biden
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Departemen Luar Negeri AS telah memberi tahu Kongres tentang rencana penjualan senjata senilai $8 miliar atau sekitar Rp 129,6 triliun ke Israel. Demikian seorang pejabat Amerika telah mengonfirmasi kepada BBC.

Baca Juga


Pengiriman senjata yang memerlukan persetujuan dari komite DPR dan Senat, termasuk rudal, peluru, dan amunisi lainnya.

Langkah tersebut dilakukan hanya dua minggu sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan jabatannya. Washington telah menolak seruan untuk menangguhkan dukungan militer untuk Israel karena banyaknya warga sipil yang tewas selama perang di Gaza.

Pada Agustus, AS menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai $20 miliar ke Israel.

"Pengiriman terbaru yang direncanakan berisi rudal udara-ke-udara, rudal Hellfire, peluru artileri, dan bom," kata pejabat AS tersebut.

Sumber yang mengetahui penjualan tersebut mengatakan kepada BBC pada hari Sabtu, "Presiden telah menjelaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warganya, sesuai dengan hukum internasional dan hukum humaniter internasional, dan untuk mencegah agresi dari Iran dan organisasi proksinya.

"Kami akan terus menyediakan kemampuan yang diperlukan untuk pertahanan Israel."

Biden sering menggambarkan dukungan AS untuk Israel sebagai sokongan yang sangat kuat.

AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, setelah membantunya membangun salah satu militer paling canggih secara teknologi di dunia.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menyumbang 69% dari impor senjata konvensional utama Israel antara 2019 dan 2023.

Pada Mei 2024, AS mengonfirmasi telah menghentikan pengiriman bom seberat 2.000 pon dan 500 pon karena kekhawatiran Israel akan melanjutkan operasi darat besar-besaran di kota Rafah, Gaza selatan.

Namun, Biden langsung menghadapi reaksi keras dari Partai Republik di Washington dan dari Netanyahu yang tampaknya membandingkannya dengan "embargo senjata". Biden sejak itu telah mencabut sebagian penangguhan tersebut dan tidak mengulanginya lagi.

Pengiriman yang direncanakan tersebut merupakan salah satu dari sejumlah langkah yang diambil oleh pemerintahan Biden dalam beberapa minggu terakhir, saat presiden yang akan lengser tersebut berupaya untuk memperkuat warisannya.

Ini kemungkinan juga akan menjadi penjualan senjata terakhir yang direncanakan ke Israel sebelum ia meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2025, saat penggantinya Donald Trump dilantik.

Presiden terpilih tersebut sebelumnya telah berbicara tentang mengakhiri konflik dan mengurangi keterlibatan AS, termasuk selama upaya pemilihannya kembali.

Adapun Trump telah memposisikan dirinya sebagai pendukung setia Israel, tetapi telah mendesak sekutu Amerika tersebut untuk segera menyelesaikan operasi militernya di Gaza.

Israel meluncurkan kampanye untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan kelompok itu yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Lebih dari 45.580 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler