Toleransi di Arena MTQ: Banyak Panitia Non Muslim, Mars MTQ Dinyanyikan Umat Kristen
Menag membuka lomba membaca Alquran dari 38 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar mengungkapkan, tidak ada negara yang menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran secara sistematis seperti Indonesia. Dia menjelaskan, ada MTQ Korpri, ada MTQ Perguruan Tinggi, ada MTQ guru, ada MTQ Polri, ada MTQ Tentara, ada MTQ Imam Masjid, hingga MTQ Partai Politik di Indonesia.
"Nah inilah hebatnya Indonesia mampu menyelenggarakan MTQ itu sebagai pesta rakyat dan menghibur masyarakat bukan hanya untuk umat Islam tetapi juga adalah bangsa Indonesia seluruhnya," kata Nasaruddin saat membuka kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Internasional ke-IV di Jakarta, Rabu (29/1/2025).
Di beberapa tempat, menurut dia, MTQ bahkan digelar dengan melibatkan orang-orang non-Muslim. Sehingga, dia menyebut bahwa MTQ juga menjadi arena untuk memperkuat toleransi. "Dan menariknya bahwa MTQ ini juga adalah arena toleransi. Di beberapa kesempatan, ya di beberapa provinsi, ada kolaborasi panitia," ucap dia.
"Jadi panitianya itu bukan hanya umat Islam, tapi juga agama-agama lain juga ikut berpartisipasi," kata Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini.
Tidak hanya itu, menurut dia, Mars MTQ-nya juga pernah dinyanyikan oleh kelompok penyanyi Katolik atau Protestan. Menurut dia, hal ini juga sama halnya dengan umat Islam yang terkadang diminta berpartisipasi dalam acara agama mereka.
"Nah inilah satu nilai jual tersendiri di Indonesia dikagumi kita oleh seluruh negara, bahwa tidak ada negara yang secara sistematis dan secara rutin dari tahun 1970 sampai sekarang ini non-stop tidak pernah berhenti MTQ," jelas dia.
MTQ Internasional
Menag membuka lomba membaca Alquran yang diikuti 60 peserta dari 38 negara di empat benua. "Alhamdulillah hari ini kita baru saja membuka Musabaqah Tilawatil Qur'an yang sangat bergengsi," ujar Nasaruddin saat konferensi pers usai acara pembukaan.
Sejak 2023 lalu, menurut dia, ada 187 perwakilan negara yang sudah mengikuti tahap prakualifikasi. Lalu, ada 60 peserta yang lolos ke babak Grand Final dan berhak mengikuti MTQ Internasional IV ini. Mereka berasal dari 38 negara di empat benua, yaitu Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika.
Dari Benua Asia, ada peserta dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, Filipina, Iran, Syuriah, Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, Kuwait, Turki, Yaman, dan Palestina.
Sedangkan dari benua Afrika ada yang dari Mesir, Libya, Tanzania, Mauritania, Guinea, Kenya, Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Ghana, Somalia, Chad, Kamerun, Burkina Faso, Guinea-Bissau, Mozambique. Lalu, dari benua Eropa ada peserta dari Belanda, Rusia, Sweden, dan Italia. Sementara itu, peserta dari benua Amerika adalah warga Kanada.
Sebanyak 60 peserta MTQ Internasional tersebut akan berkompetisi pada dua cabang lomba. Pertama, cabang Tilawah Putra akan diikuti 17 peserta dan cabang Tilawah Putri ada tujuh peserta. Kedua, cabang Tahfidz Putra akan diikuti 19 peserta, dan cabang Tahfidz Putri akan diikuti 17 peserta.
Selain menyelenggarakan MTQ, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama juga menggelar kegiatan pendukung lainnya. Diantaranya, seminar Al-Qur'an Literacy for Environment Sustainability, Humanity, and Harmony.
"Jadi ada semacam diskusi yang produktif bagaimana mengartikulasikan penyehatan lingkungan ini, nilai-nilai yang berasal dari Alquran," ucap Nasaruddin.
Selain itu, dalam penyelenggaraan MTQ ini juga ada eksibisi perkembangan kaligrafi di Indonesia, pameran, dan workshop penulisan Alquran.
"Kemudian juga ada pengenalan budaya dan city tour. Mereka kita akan bawa ke beberapa tempat-tempat yang sangat istimewa seperti Baitul Al-Qur'an di TMII, Masjid Istiqlal, kemudian unit percetakan Alquran, dan beberapa objek-objek yang menarik di Jakarta," jelas Nasaruddin.
Lebih lanjut, Nasaruddin pun menegaskan bahwa tidak ada negara yang secara sistematis menggelar MTQ seperti Indonesia. Setiap tahunnya, kata dia, tidak kurang dari 28 event MTQ yang digelar di Indonesia.