Meniti Langkah Transisi Energi

Bauran EBT Indonesia baru mencapai 13,93 persen.

Fajar Sitanggang
Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan saat meresmikan Proyek Strategis Ketenagalistrikan di 18 Provinsi yang dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (20/1/2025). PLTA Jatigede resmi beroperasi secara penuh yang dibangun oleh PT PLN (Persero) dengan kapasitas 2 X 55 MegaWatt (MW) serta hadirnya PLTA ini meningkatkan bauran energi dari sumber energi baru terbarukan (EBT) sebesar 110 MW yang mampu mengaliri listrik ke 71.923 rumah.
Rep: Lintar Satria Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu bulan usai dilantik, Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya di APEC CEO Summit dan KTT G20 di Brasil, berjanji Indonesia akan menegaskan kontribusi dan kepemimpinan dalam mengatasi perubahan iklim global dan transisi energi terbarukan. Indonesia bertekad menghentikan operasi PLTU batu bara dalam 15 tahun, mencapai 100 persen energi terbarukan dalam 10 tahun, dan mencapai swasembada listrik.


Komitmen itu kembali ditegaskan Prabowo saat meresmikan serangkaian proyek energi yang diklaim sebagai salah satu yang terbesar di dunia pada 20 Januari lalu. Prabowo mengumumkan peluncuran 26 proyek energi di 18 provinsi yang menghasilkan total 3,2 gigawatt energi. Proyek ini juga mencakup pembangunan 11 gardu dan jaringan lanjutan.

Dalam pidatonya di peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Prabowo mengatakan proyek ini bagian dari transformasi Indonesia menjadi negara modern dan maju. Prabowo menegaskan komitmennya untuk mencapai swasembada energi dalam waktu dekat.

Ia optimistis dalam lima tahun ke depan, Indonesia tidak akan lagi mengimpor bahan bakar minyak (BBM). "Kita harus swasembada energi dan sasaran kita akan 100 persen swasembada energi kita," tegasnya.

Untuk mencapai tujuan ambisius ini, Prabowo mengungkapkan Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 48 triliun untuk memastikan seluruh dusun di Indonesia mendapatkan akses listrik. Namun, ia optimistis dengan penghematan yang dilakukan di berbagai bidang, target ini dapat tercapai dalam lima tahun.

Prabowo menekankan proyek ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk menjadi salah satu negara terdepan dalam transformasi energi bersih. "Untuk itu, saya kira kita sekarang ini menjadi salah satu di dunia, negara yang mungkin termasuk paling maju di bidang transformasi energi, energi terbarukan, energi bersih yang mengurangi emisi karbon. Jadi banyak negara teriak-teriak, (kita) tidak usah teriak-teriak tetapi kita mewujudkan, kita mengarahkan," jelasnya.

Untuk mencapai target-target yang disampaikan Prabowo, pemerintah gencar mempromosikan investasi asing. Pemerintah sebelumnya sudah mendorong hilirisasi terutama nikel yang digunakan sebagai baterai kendaraan listrik yang membantu menekan emisi terutama dari sektor transportasi.

 

Organisasi lingkungan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mencatat hingga pertengahan 2024, lima negara menjadi investor terbesar di Indonesia, yaitu Singapura, Cina, Hongkong, Amerika Serikat, dan Jepang. Total realisasi investasi mencapai Rp 829,9 triliun, dengan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 421,7 triliun dan modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 408,2 triliun.

Cina menonjol sebagai investor terbesar kedua setelah Singapura, dengan nilai investasi mencapai 3,9 miliar dolar AS. Sejak 2014 hingga akhir 2022, Cina telah menanamkan modal sebesar Rp 459,17 triliun di Indonesia, terutama di sektor pertambangan logam dan nikel. Kebijakan hilirisasi yang dicanangkan mantan presiden Joko Widodo mendorong percepatan investasi ini, dengan 116 smelter nikel telah dibangun, terutama di Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

Namun, di balik angka investasi yang mengesankan, terdapat dampak lingkungan dan sosial yang signifikan. Walhi mengatakan proyek-proyek nikel yang telah berproduksi menyebabkan berkurangnya tutupan hutan, perubahan bentang alam, serta pencemaran perairan pesisir dan sungai. Penggunaan PLTU berbahan bakar batu bara juga berkontribusi pada pencemaran udara.

Selain dampak lingkungan, proyek-proyek ini juga menimbulkan konflik sosial. Penggunaan lahan yang sebelumnya merupakan Wilayah Kelola Rakyat kini beralih menjadi areal pertambangan, memicu intimidasi dan kriminalisasi terhadap warga yang mempertahankan sumber kehidupan mereka. Hilangnya sumber mata pencaharian bagi petani dan nelayan menambah kompleksitas masalah sosial di daerah tersebut.


Dalam Environmental Outlook 2025, Walhi mengatakan puncak dari dampak negatif ini adalah terjadinya bencana ekologis seperti banjir dan longsor di lokasi-lokasi tambang. Di Maluku Utara, bencana ini telah menelan korban jiwa, dengan 19 warga dilaporkan meninggal dunia.

"Kondisi ini menyoroti perlunya evaluasi dan pengawasan ketat terhadap proyek-proyek investasi, terutama yang berdampak langsung pada lingkungan dan masyarakat setempat," kata Walhi dalam laporan tersebut.

Sementara investasi asing membawa manfaat ekonomi, Walhi menekankan pentingnya pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Langkah-langkah mitigasi dan regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan investasi tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga berkelanjutan dan adil bagi masyarakat lokal.

Selain menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan, pemerintah juga diminta bertindak cepat dalam merespons perubahan geopolitik global. Direktur Eksekutif lembaga think-tank Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan pemerintah yang tidak memiliki persiapan matang dalam menghadapi pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kedua.

Trump yang skeptis terhadap perubahan iklim, menarik AS dari Perjanjian Paris dan menghentikan kontribusi AS pada pendanaan iklim global. Trump juga menghentikan pendanaan proyek-proyek energi terbarukan mantan Presiden AS Joe Biden seperti pengembangan kendaraan listrik.

“Padahal tantangan proteksionisme Trump harus direspons melalui langkah menarik relokasi pabrik dari AS maupun Cina, tapi mengurus Apple saja sampai sekarang belum berhasil menjadi realisasi investasi. Koordinasi antar kementerian di 100 hari pertama buruk ya," kata Bhima dalam konferensi pers Rapor 100 Hari Kabinet Prabowo-Gibran, beberapa waktu lalu.

Bhima mengatakan pemerintah belum mengantisipasi langkah Trump mencabut mandat pemerintah Biden dalam pengembangan kendaraan listrik. Menurutnya, kebijakan Trump akan mempengaruhi harga nikel, tembaga dan bauksit di pasar internasional.

“Sejauh ini Menteri ESDM belum melakukan pembatasan produksi nikel dan penghentian pembangunan smelter nikel yang sudah kelebihan pasokan. Kenapa tidak diambil regulasi yang tegas soal pembatasan produksi nikel untuk lindungi harga di pasar internasional?” kata Bhima.

Dari sektor energi dan lingkungan hidup, Menteri ESDM belum tegas merilis PLTU mana saja yang akan dimatikan pada 2025. Ia juga mengkritik pernyataan Menteri Kehutanan mengenai pembukaan 20 juta hektare hutan untuk cadangan pangan dan energi.

“Antara masalah energi, pangan dan lingkungan hidup ada kegagalan membaca situasi. Swasembada energi seharusnya tidak bertolak belakang dengan konservasi hutan. Kalau hutan makin hilang misalnya demi co-firing PLTU (campuran cacahan kayu), Indonesia bakal dikecam dunia internasional dan menurunkan dukungan pembiayaan global untuk konservasi hutan sekaligus transisi energi. Jelas instruksi Prabowo tidak berhasil diturunkan menjadi program implementatif yang berkualitas," kata Bhima.

Tekad pemerintah untuk menjalankan transisi energi tentunya perlu diiringi dengan komitmen dan kemauan politik yang sangat besar. Sebab, sejauh ini, capaian bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia per pekan kedua Desember 2024 baru mencapai 13,93 persen.

Adapun pada tahun ini, bauran EBT ditargetkan mencapai 23 persen. Menurut Kementerian ESDM, dibutuhkan pembangunan listrik hijau hingga 8.224,1 megawatt (MW) guna mencapai target tersebut dengan total investasi Rp 216 triliun.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler