Nabi Yusuf, Korban Iri Dengki Saudara-saudaranya

Putra Nabi Ya'kub ini sempat dijual sebagai budak di Mesir.

MgIt03
Ilustrasi Nabi Yusuf
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para saudaranya ingin melenyapkan Yusuf untuk selama-lamanya. Pertemuan tertutup pun digelar.

Baca Juga


Salah seorang dari mereka mengusulkan agar Yusuf dibunuh saja. Akan tetapi, Benyamin---saudara seibu Yusuf---yang turut dalam persengkongkolan ini mencegahnya.

Alih-alih demikian, Benyamin menyarankan agar saudara kandungnya itu diceburkan saja ke dalam sumur yang jauh dari tempat tinggal mereka. Harapannya, Yusuf tetap selamat meskipun benar-benar tak akan kembali menemui ayahnya. Kafilah akan dapat menemukan Yusuf dan menjualnya sebagai budak.

Mereka menyepakati usulan itu. Beberapa hari kemudian, mereka berpamitan kepada Nabi Yakub untuk mengajak Yusuf pergi bermain. Ayahnya sebenarnya sudah menarih kecurigaan serta sangat berkeberatan. Akan tetapi, ia akhirnya merelakan kepergian Yusuf bersama saudara-saudaranya itu.

Di lokasi yang telah ditentukan, rencana itu dilaksanakan. Usai menceburkan Yusuf ke dalam sumur, mereka melumuri baju yang semula dipakai oleh anak Rachel itu dengan darah palsu dari seekor hewan buruan. Pada petang hari, mereka pulang membawa baju itu dan menemui ayah mereka sambil menangis. Sembari menyerahkan baju berlumuran darah itu, mereka pun mengatakan, Yusuf telah mati dimangsa serigala.

Kesehatan menurun

Usai menerima baju itu, Nabi Yakub AS menemukan berbagai kejanggalan. Ia meyakini, semua ini hanyalah tipu daya anak-anaknya. Bagaimanapun, pada faktanya kini Yusuf tak kembali pulang. Betapa sedih hatinya atas kehilangan anak kesayangannya itu. Tiap hari dia kerap menangis. Bahkan, kedua mata Nabi Yakub pun akhirnya menjadi buta.

Sementara itu, Yusuf diselamatkan oleh musafir yang singgah di dekat sumur itu. Pemuda itu lalu dijual dan akhirnya menjadi anak angkat seorang pembesar di Mesir. Ringkas cerita, Yusuf sudah menjadi menteri di Mesir. Pada suatu saat, kemarau panjang menerpa negeri tempat tinggal keluarga Nabi Ya’kub. Bahkan, penduduk setempat menderita kelangkaan pangan.

Saudara-saudaranya yang dahulu membuang Yusuf datang ke Mesir untuk minta bantuan. Usai menyiapkan kebutuhan bagi saudara-saudaranya, Yusuf berpesan, mereka tidak akan mendapat jatah pangan lagi andaikata tidak datang bersama saudara mereka, yakni Benyamin. Mendengar itu, mereka terkejut. Bagaimana mungkin seorang menteri Mesir tahu ada salah seorang dari mereka yang tidak ikut datang? Namun, keheranan itu tidak berarti apa-apa.

Beberapa lama kemudian, mereka kembali ke Mesir sambil membawa serta Benyamin, seperti pesan Yusuf. Ketika saudara-saudara Yusuf kembali ke rumah ayah mereka di Palestina, Benyamin tidak ikut bersama mereka karena ditahan di Mesir. Penyebabnya, saudara kandung Yusuf itu diduga mencuri penakar gandum berbahan emas milik kerajaan.

Mendengar kabar bahwa Benyamin tidak pulang bersama mereka, Nabi Yakub merasa sangat sedih. Kesedihan yang mendalam dan berlarut-larut dalam tangisan menyebabkan bola matanya memutih.

Anak-anak Nabi Yakub berpura-pura meringankan hati ayahnya itu. Larut dalam kesedihan yang akan menyebabkan sakitnya semakin parah dan dapat membuat dirinya meninggal. Kesedihan Nabi Yakub berubah menjadi suka cita tatkala dirinya mengetahui, Yusuf dan Benyamin masih ada. Dia pun ingin segera bertemu dengan kedua anaknya itu.

Mata Nabi Yakub yang semula buta dapat kembali pulih usai wajahnya diusap dengan baju Nabi Yusuf AS. Kesembuhan Nabi Yakub itu dilukiskan dalam firman Allah, surah Yusuf ayat 96, artinya, “Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yakub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yakub) berkata, ‘Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.’”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler