Masih Ada 14.222 Jenazah Tertimbun di Reruntuhan Gaza

Korban tewas termasuk 17.881 anak-anak, diantaranya sebanyak 214 bayi yang baru lahir

(AP Photo/Jehad Alshrafi)
Pengungsi Palestina meninggalkan Khan Younis untuk kembali ke Rafah, menyusul gencatan senjata antara Hamas dan Israel, di Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025.
Rep: Fuji EP Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY — Sedikitnya 61.709 warga Palestina tewas akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, menurut otoritas setempat pada Ahad (2/2).

Baca Juga


"Hanya 47.487 jenazah yang berhasil dievakuasi ke rumah sakit, sementara 14.222 lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan," kata Salama Marouf, Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, dalam konferensi pers di Gaza City.

Ia menambahkan, korban tewas termasuk 17.881 anak-anak, di antaranya 214 bayi yang baru lahir."Lebih dari 38.000 anak Palestina menjadi yatim piatu akibat perang Israel," ujar Marouf.

Menurut pejabat tersebut, setidaknya 1.155 tenaga medis, 205 jurnalis, dan 194 petugas pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel yang turut merusak lebih dari 450.000 unit rumah.

"Lebih dari 6.000 warga Palestina ditahan oleh pasukan Israel, dan puluhan di antaranya disiksa hingga tewas dalam tahanan," tambahnya."Lebih dari 2 juta warga Palestina dipaksa mengungsi, dengan banyak di antaranya harus berpindah lebih dari 25 kali di tengah ketiadaan layanan dasar," ujar Marouf melanjutkan.

 

 

Arbel Yehoud (29 tahun) yang disandera di Gaza dikawal oleh pejuang Hamas dan Jihad Islam saat dia dibebaskan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Kamis. 30 Agustus 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam menyatakan bahwa alat berat yang disebutkan dalam kesepakatan belum diizinkan masuk, sehingga menyulitkan evakuasi jenazah para syuhada dan menghambat pemulihan jenazah sandera yang akan ditukar, terutama pada akhir fase ini.

Hamas mendesak para mediator, yaitu Qatar dan Mesir, serta penjamin gencatan senjata, untuk memaksa Israel agar segera mengizinkan masuknya bantuan yang telah disepakati, termasuk tenda, bahan bakar, pasokan makanan, dan alat berat, serta memastikan penghentian semua pelanggaran lainnya.

Sebelumnya pada hari yang sama, Kepala Kantor Media Gaza, Salama Marouf, menyatakan bahwa Gaza kini menjadi "zona bencana kemanusiaan" yang tidak memiliki "kebutuhan dasar untuk bertahan hidup dan menjaga martabat manusia."

Pada Rabu, Kantor Media Gaza juga mendesak penekanan terhadap Israel agar mengizinkan masuknya tenda dan karavan untuk menampung lebih dari seperempat juta keluarga pengungsi yang kehilangan rumah akibat genosida.

Pada 19 Januari, tahap pertama gencatan senjata selama enam pekan dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku, menghentikan perang genosida Tel Aviv.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Israel Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas agresinya di wilayah tersebut.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler