BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 5,03 Persen, Terendah Pascapandemi 

Meski pertumbuhan ekonomi hanya 5,03 persen, seluruh lapangan usaha tumbuh positif.

Republika/Thoudy Badai
Pengendara terjebak kemacetan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (21/1/2025). BPS mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen.
Rep: Eva Rianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 berada di angka 5,03 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,05 persen.  

Baca Juga


“Secara kumulatif atau ctc, ekonomi Indonesia pada 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan IV 2024, Rabu (5/2/2025).

Menurut catatan BPS, angka pertumbuhan ekonomi pada 2024 merupakan terendah usai pandemi Covid-19. Pada 2022, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,31 persen, lantas turun menjadi 5,05 persen pada 2023, dan lanjutkan penurunan pada 2024 sebesar 5,03 persen. 

Tercatat di masa pandemi ekonomi Indonesia sempat menyentuh 2,07 persen pada 2020 dan 3,69 persen pada 2021. Sedangkan pada 2019, saat Presiden Joko Widodo menjabat untuk yang kedua kalinya, pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,02 persen. 

Kendati mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, Amalia menjelaskan bahwa seluruh lapangan usaha pada 2024 tumbuh positif. Lapangan usaha dengan kontribusi terbesar terhadap ekonomi adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, serta pertambangan yang tercatat melanjutkan tren pertumbuhan yang positif. 

Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi secara tahunan adalah jasa lainnya dengan angka pertumbuhan sebesar 9,80 persen. Kemudian transportasi dan pergudangan mencapai 8,69 persen, akomodasi dan makanan minuman tumbuh 8,56 persen. 

“Hal ini tentunya terlihat didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat, peningkatan jumlah perjalanan wisatawan nusantara, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, serta peningkatan kegiatan ekonomi lainnya yang memberikan dampak terhadap peningkatan mobilitas masyarakat,” jelasnya. 

Berdasarkan data sumber pertumbuhan ekonomi secara kumulatif pada tahun 2024 dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan tercatat menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yaitu kontribusi sebesar 0,90 persen. 

Lalu, sektor perdagangan yang memberikan sumber pertumbuhan 0,67 persen, disusul konstruksi 0,64 persen, informasi dan komunikasi 0,50 persen.

“Industri pengolahan tumbuh karena didorong permintaan domestik dan luar negeri dimana industri makanan dan minuman tumbuh 5,9 persen yang ditopang oleh permintaan domestik untuk konsumsi dan bahan baku industri serta permintaan luar negeri,” kata Amalia. 

 

Dia melanjutkan, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh 6,16 persen karena didorog oleh permintaan luar negeri. Ia berujar, industri logam dasar mengalami pertumbuhan 13,34 persen, sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri, utamanya besi dan baja.

“Lapangan usaha konstruksi tumbuh seiring dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Tentunya pertumbuhan lapangan usaha ini sejalan dengan peningkatan belanja modal pemerintah untuk sektor konstruksi, terutama untuk pembangunan gedung dan infrastruktur lainnya seperti jalan tol bendungan, kawasan industri, kawasan pariwisata, dan jalan,” jelasnya. 

Adapun untuk lapangan usaha informasi dan komunikasi, Amalia menyebut terlihat pertumbuhannya cukup tinggi, sejalan dengan adanya peningkatan aktivitas telekomunikasi dan informasi, terutama peningkatan traffic data atau komunikasi data untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bisnis, serta peningkatan melalui transaksi elektronik.

Amalia melanjutkan, kinerja perekonomian sepanjang 2024 dari sisi pengeluaran tercatat seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif. 

“Komponen dengan distribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga sebesar 54,04 persen dengan pertumbuhan 4,94 persen,” ungkapnya. 

Lalu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tercatat sebesar 29,15 persen atau tumbuh 4,61 persen. Disusul sektor ekspor sebesar 22,18 persen atau tumbuh 6,51 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 7,73 persen atau tumbuh 6,61 persen. 

Kemudian komponen konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tercatat kontribusinya terhadap PDB dari sisi pengeluaran sebesar 1,36 persen dengan angka pertumbuhan 12,48 persen. 

“Angka pertumbuhan LNPRT adalah komponen dengan pertumbuhan yang tertinggi. Ini didorong antara lain oleh peningkatan aktivitas pada Pemilu dan Pilkada di tahun 2024,” terangnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler