Israel Terus Bunuh Warga Gaza Selama Gencatan Senjata, Euro-Med: 110 Jadi Syuhada

Israel dilaporkan menghalangi masuknya bantuan penting ke Gaza.

AP Photo/Ariel Schalit
Tentara Israel berkumpul di perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, Selasa, 11 Februari 2025.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Gencatan senjata yang tengah berlangsung di Jalur Gaza sejak 19 Januari 2025 ternyata tidak menghalangi militer penjajah Israel membunuh warga setempat. Euro-Med Monitor melaporkan, Israel telah menewaskan sedikitnya 110 warga Palestina dan melukai 901 orang. Tidak hanya itu, Israel menghalangi masuknya bantuan penting dan upaya pemulihan di Jalur Gaza, seperti dilansir dari Palestine Chronicle.

Baca Juga


Euro-Med Human Rights Monitor mengaku telah mendokumentasikan pembunuhan sedikitnya 110 warga Palestina sejak gencatan senjata Gaza dimulai bulan lalu. Setiap hari, rata-rata terdapat enam kematian yang disebabkan tentara Israel.

"Korban ini termasuk korban tewas baru, yang dibunuh langsung oleh tentara Israel, dan individu yang meninggal karena luka-luka mereka sebelumnya setelah Israel menolak hak untuk bepergian ke luar negeri untuk berobat," kata badan hak asasi manusia yang berpusat di Jenewa itu dalam sebuah laporan baru-baru ini.

Selain itu, sebanyak 901 warga Palestina telah terluka sejak gencatan senjata, dengan rata-rata 47 korban luka per hari.

Meskipun gencatan senjata dideklarasikan pada 19 Januari 2025, organisasi itu mencatat, Israel terus melakukan genosida di Jalur Gaza dengan menolak memberikan warga Palestina kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Israel memaksakan kondisi kehidupan yang dimaksudkan untuk menyebabkan kehancuran fisik mereka.

Euro Med mengungkapkan,  Israel tidak puas dengan pembunuhan massal dan kehancuran yang ditimbulkannya di Gaza selama 15 bulan terakhir.

 

Poin Kesepakatan Gencatan Senjata - (Republika)

Kekhawatiran akan bantuan kemanusiaan

Israel memberlakukan tindakan untuk membunuh penduduk melalui pengepungan total dan ilegal yang menghalangi aliran pasokan dasar dan bantuan kemanusiaan. Israel bahkan mencegah perbaikan infrastruktur penting, dan menolak layanan yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup.

 

Tanpa adanya tekanan internasional yang berarti untuk mengakhiri kejahatan yang sedang berlangsung, “Pelanggaran ini terus berlanjut tanpa henti,”lapor Euro Med

Organisasi tersebut juga menunjukkan bahwa ribuan orang masih hilang di bawah reruntuhan. Meski demikian, upaya pemulihan masih terhambat oleh penundaan yang disengaja oleh Israel dalam mengizinkan peralatan yang diperlukan masuk ke daerah kantong tersebut.

Operasi pemulihan saat ini sedang dilakukan dengan peralatan manual atau peralatan dasar yang tidak sesuai untuk menangani ribuan ton puing.

“Sampai saat ini, 571 mayat telah ditemukan di Jalur Gaza, dengan kecepatan 30 per hari,” kata badan hak asasi manusia tersebut.

Evakuasi medis

Euro-Med Monitor juga menyoroti bahwa sejak gencatan senjata, hanya segelintir warga Palestina yang terluka dan sakit dari Gaza yang diizinkan bepergian ke luar negeri untuk berobat. Sementara itu, ribuan orang berisiko meninggal karena Israel terus-menerus menolak hak mereka untuk menerima pengobatan.

Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, ada 50 warga Palestina diharapkan dievakuasi untuk keperluan medis per hari, bersama dengan tiga pengawal, melalui penyeberangan Rafah di perbatasan dengan Mesir.

Israel juga telah menghalangi rehabilitasi rumah sakit yang hancur dan memblokir masuknya pasokan medis, obat-obatan, dan peralatan, kata organisasi tersebut.

Pembatasan yang terus-menerus dan ilegal oleh Israel mencegah masuknya tempat penampungan sementara, tenda, dan pasokan dasar bagi ratusan ribu warga Palestina yang rumahnya telah dihancurkan, menurut Euro-Med Monitor.

Tindakan penjajah tersebut memperburuk penderitaan warga Gaza yang juga sudah menderita di bawah kondisi cuaca yang buruk.“Tidak ada tempat penampungan yang memadai karena Israel telah menghancurkan sebagian besar rumah dan tempat penampungan di Jalur Gaza.”



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler