Kisah Nabi Uzair, Tertidur 100 Tahun pada Masa Bani Israil

Sebagian Bani Israil berbuat syirik dengan menyatakan Uzair sebagai 'anak Allah.'

MgIt03
Ilustrasi Nabi Uzair
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelbagai ahli tafsir mengaitkan Alquran surah al-Baqarah ayat ke-259 dengan sosok Uzair. Ia merupakan seorang nabi pada masa Bani Israil.

Baca Juga


Pada suatu ketika, Uzair sedang melintasi sebuah negeri yang porak poranda. Ulama-ulama penafsir surah al-Baqarah tersebut berpendapat, negeri yang sedang dilintasi Uzair itu adalah Baitul Muqaddas, Palestina. Kawasan tersebut telah dihancur-leburkan oleh penguasa yang bernama Bukhtunnashir.

Uzair melintasi bangunan-bangunan yang telah roboh di sisa-sisa permukiman tersebut. Ia berhenti sambil merenungkan mengapa kondisi itu bisa terjadi, padahal sebelumnya kawasan ini ramai.

"Bagaimana Allah akan menghidupkan suatu negeri yang sudah mati?" katanya dalam hati.

Kemudian, Allah menakdirkan Uzair tertidur selama 100 tahun. Setelah itu, sang nabi dibangunkan atau dihidupkan kembali.

Ketika ia terbangun, malaikat turun kepadanya dan bertanya, "Berapa lama kamu berada di sini?"

Uzair menjawab, "Satu atau setengah hari." Rupanya, ia menyangka telah tertidur hanya seharian.

Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu telah tinggal di sini selama 100 tahun. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali; kemudian Kami membalutnya dengan daging."Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati), ia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS al-Baqarah [2]: 259).

Setelah itu, Uzair memutuskan untuk kembali ke kampungnya sendiri dengan menunggangi keledainya tersebut. Begitu tiba, ia menyaksikan desanya sudah banyak diisi oleh penduduk yang jumlahnya melampaui yang ia kira.

Ketika melewati orang-orang, ternyata mereka tidak mengenalinya lagi. Masih mengenal jalan yang ada, Uzair pun mendatangi rumahnya. Di sana, ada seorang wanita buta yang berusia amat renta.

Sebagaimana dikisahkan Ibnu Katsir, saat Uzair meninggalkan kaumnya, wanita itu berusia 20 tahun dan telah mengenal Uzair dengan baik.

"Wahai Ibu, apakah ini rumah Uzair?" tanyanya.

Wanita itu membenarkannya dan menangis. Sebab, selama 100 tahun tak ada orang yang menyebut nama tersebut.

Uzair pun memperkenalkan dirinya dan menceritakan tentang "kematiannya" selama 100 tahun. Wanita itu tak memercayai ucapannya begitu saja.

Uzair masyhur sebagai orang yang mustajab doanya. Dan, ia senantiasa mendoakan orang yang sakit dan tertimpa musibah untuk diberikan kesehatan dan kesembuhan.

"Berdoalah kepada Allah agar mengembalikan penglihatanku sehingga aku bisa mengenalimu," pinta wanita itu.

Uzair berdoa untuk kesembuhan wanita itu. Ia kemudian mengusapkan kedua tangannya ke mata perempuan tua itu. Atas izin Allah, wanita itu pun sembuh dan bisa mengenali Uzair.

Dengan perantaraan tetangganya, sang nenek kemudian memanggil sejumlah tokoh Bani Israil. Keadaan Uzair pun diceritakannya. Namun, para petinggi Bani Israil ini tak langsung memercayainya.

Setelah wanita itu bersaksi siapa dirinya, dengan serta-merta orang Yahudi itu membenarkan. Anaknya pun mengenali Uzair dari tanda hitam yang ada di antara kedua pundaknya.

Mereka lalu meminta Uzair untuk membacakan Taurat. Sebab, kini di antara mereka sudah tidak ada lagi yang paham tentang kitab suci tersebut karena telah dibakar oleh Bukhtunnashir.

Dahulu, ayahnya Uzair yang bernama Sarukha telah menyembunyikan sebuah mushaf Taurat di satu tempat yang hanya ia dan Uzair mengetahuinya. Sebab, orang-orang Yahudi kala itu dipimpin penguasa yang zalim.

Maka, Uzair pun terbiasa menghafal Taurat. Atas izin Allah, Uzair kini menyampaikan isi Taurat itu kepada Bani Israil. Sejak saat itulah, ia dihormati oleh kaum ini.

Sayangnya, pascakematian sang nabi, sekalangan Bani Israil dengan zalim menyebut Uzair sebagai “anak tuhan.”

Menurut Ibnu Asakir yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Salam bertanya kepadanya tentang panggilan "Uzair putra Tuhan" itu. Ibnu Salam menjelaskan, "Ketika Uzair menulis Taurat dari hafalannya, Bani Israil berkata, 'Dulu Musa hanya bisa memberikan Taurat kepada kita dengan tulisannya, tetapi Uzair memberikan Taurat kepada kita tanpa tulisan (kitab)'." Maka, sekelompok orang mengatakan Uzair 'putra Tuhan', sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat at-Taubah ayat 30.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler