Coba Jinakkan Buaya di Cimory Land, Daeng Rani Diterkam Hingga Nyawa Nyaris Melayang
Daeng Rani sudah dilarang, tapi bersikeras karena mengaku bisa bicara dengan buaya.
REPUBLIKA.CO.ID, TAKALAR -- Seorang lelaki lanjut usia (lansia) bernama Baso Daeng Rani yang mengaku pawang diterkam buaya hingga mengalami patah tulang pada bagian lengan saat hendak menjinakkan binatang itu di lokasi Wisata Cimory Land, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, pada Senin malam (17/2).
"Korban itu dibawa masyarakat dari Makassar. Jadi, dia (pawang) sudah disiapkan. Sebelum turun, kami sudah larang, tapi dia bersikeras serta beralasan bisa berbicara dan memerintah buaya," ujar Kapolsek Parangloe AKP Muh Ansar saat dikonfirmasi, Selasa.
Beruntung, korban saat kejadian langsung ditarik ke atas kolam buaya oleh warga, meski nyawanya nyaris melayang bila terlambat diselamatkan.
Usai kejadian itu, korban dibawa ke RS Yapika Gowa untuk mendapatkan penanganan medis, selanjutnya dibawa pulang ke rumahnya di Antang Makassar.
Sebelumnya, buaya ini naik ke pemukiman warga saat banjir melanda wilayah Perumnas Antang, Kecamatan Manggala beberapa hari lalu. Karena penangkaran Buaya masih banjir maka dibawa ke Cimory.
Penjelasan Cimory Land
General Affair Legal Officer Cimory Land Takalar Firman Asyari saat dikonfirmasi membenarkan bahwa buaya tersebut berasal dari Antang usai ditangkap tim rescue. Selanjutnya, menjadi barang titipan dari balai besar konservasi sumber daya alam (BKSDA) Sulsel.
Buaya tersebut muncul pada Kamis (13/2) yang diserahkan resmi oleh BKSDA karena tidak memiliki tempat layak untuk menampung sementara buaya tersebut.
Selang sehari kedatangan buaya itu yang ditempatkan dalam kolam, sejumlah orang datang dan terjadi fenomena bahwa mereka adalah keluarganya bahkan ada yang mengaku kerasukan dan tahu keberadaan buaya disimpan di Cimory.
Selanjutnya, mereka mengetahui bahwa buaya itu ada di Cimory melalui media sosial. Dan pada Jumat (14/2) orang yang mengaku keluarganya berbondong-bondong ke Cimory dan meminta agar buaya itu dikembalikan kepada mereka.
"Kami dari pihak Cimory tidak ada keberatan sama sekali untuk memulangkan atau mengembalikan, tapi harus ada prosedurnya," ujarnya.
Namun demikian, pihak yang mengaku keluarganya malah mendesak membawa pulang malam itu, tetapi setelah diberikan pengertian, mereka lalu pulang. Tetapi, pada Sabtu (15/2) datang kembali dan ngotot mau mengambilnya kembali.
"Sempat kami coba tahan masuk, tapi karena ada ratusan orang, polisi juga kewalahan akhirnya Kapolsek membiarkan masuk walaupun sudah diupayakan mediasi. Setelah masuk, mereka sempat melakukan ritual entah apa itu, dikasih pisang, telur. Mereka mau angkut sendiri tanpa peralatan Safety.
"Niatnya ambil paksa. Mungkin salah satu orang itu berusaha mengelus-elus, tapi tiba-tiba buaya bereaksi lalu tangan si kakek itu langsung digigit. Kejadiannya begitu cepat," ucapnya menceritakan.
Atas kejadian itu, pihaknya menunggu BKSDA untuk mengambil kembali buaya yang dititipkan. Manajemen pusat juga menganjurkan segera dievakuasi supaya kejadian tidak berulang. Selain itu, pihaknya merugi karena saat kejadian fasilitas di Cimory banyak yang dirusak.