Jawaban untuk UAS: Siapa Bilang Kasih Makan Anak-Anak Indonesia Bukan Tugas Pemerintah?
Memberi makan adalah termasuk tugas pemerintah
Oleh : KH Mukti Ali Qusyairi, alumni Al-Azhar Mesir
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Dalam penggalan video ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS) yang belakangan sedang viral, UAS menyatakan bahwa memberi makan bergizi gratis kepada anak-anak bukan kewajiban negara, dan yang menjadi kewajiban negara adalah memberi pekerjaan kepada orang tuanya agar bisa memberi makan kepada anak-anaknya. Apakah demikian dalam pandangan Islam?
Mari kita merespons pandangan UAS dalam ceramah itu dengan tetap menghormatinya sebagai ulama yang berilmu luas.
Setidaknya ada tiga dalil argumentasi keagamaan yang mendukung dan memperkuat program MBG (Makan Bergizi Gratis) yang direalisasikan pemerintah untuk anak-anak sekolah.
Pertama, prinsip dasar pemimpin dalam menetapkan kebijakan dan berbagai program diikat dan berdasarkan kemaslahatan bagi warganya.
Prinsip dasar pemimpin itu ada di dalam qawa’id al-fiqhiyah (kaidah-kaidah fikih), yang berasal dari perkataan Imam as-Syafii, pendiri mazhab yang diikuti oleh mayoritas umat Islam di Indonesia sebagai berikut:
تَصَرُّفُ الْأِمَاِم عَلَى الرَّاعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Kebijakan seorang pemimpin atas warga yang dipimpin adalah diikat dengan kemaslahatan.”
Apa yang maslahat bagi warganya tentu saja berbasis data dan fakta kondisi warganya, dan dari data dan fakta itulah baru bisa diketahui apa yang maslahat dan dibutuhkan bagi mereka, bukan berbasis asumsi atau dugaan semata.
BACA JUGA: Hati-Hati Siram Air Panas ke Kloset atau Kamar Mandi, Makhluk Ini Bisa Mengamuk!
Akan tetapi setidaknya ada lima kemaslahatan yang harus diwujudkan sebagai maqashid syariah (tujuan universal syariat) yaitu hifdzhu al-nafs (menjaga nyawa), hifdzhu al-din (menjaga agama), hifdzhu al-‘aql (menjaga akal), hifdzhu al-nasl (menjaga keturunan), dan hifdzhu al-maal (menjaga hartabenda).
MBG (Makan Bergizi Gratis) termasuk dalam rangka menjaga nyawa sebab fisik anak-anak bisa lebih sehat, menjaga akal sebab anak-anak bisa lebih cerdas dan fokus dalam belajar.
Selain itu, menjaga keturunan sebab anak-anak akan menjadi generasi emas bagi masa depan bangsa, menjaga agama sebab anak-anak tentunya akan menjadi anak-anak yang bermoral dan shaleh, dan menjaga harta sebab program MBG ini bisa meringankan beban orangtua dan menggerakkan perekonomian masyarakat dari kota sampai ke pelosok desa.
Warga petani bisa terserap beras, sayuran dan buah-buahannya untuk program MBG. Transportasi berjalan. Daya beli masyarakat tinggi, karena perekonomian berputar di tengah masyarakat. Imam as-Syafii berkata:
مَنْزِلَةُ اْلاِمَامِ مِنَ الرَّعِيِّةِ مَنْزِلَةُ الْوَلِىِّ مِنَ الْيَتِيْم
“Kedudukan seorang pemimpin dari warga yang dipimpin adalah laksana orangua wali dari anaknya yang yatim.”
Karena itu, warga yang berada di bawah garis kemiskinan termasuk ke dalam kategori “yatim piatu sosial” yang perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan khusus dari pemerintah.
Kedua, berdasarkan data dan fakta bahwa pertahun 2023, anak-anak Indonesia yang mengalami stunting atau gizi buruk masih mencapai 21,5 persen.
Tentu saja ini kondisi yang cukup mengkhawatirkan bagi nasib anak-anak Indonesia, sebab mereka adalah calon para pemimpin yang menentukan nasib bangsa ini di masa depan.
Jika Indonesia di masa depan ingin maju, kuat, dan berjaya, maka yang paling penting ialah dengan mempersiapkan generasi penerus dengan sebaik-baiknya. Siapakah yang berkewajiban dalam membangun manusia masa depan bangsa?
Tentu saja kewajiban semua pihak, pemerintah, orangtuanya, dan orang-orang yang mampu secara ekonomi. Jika persoalan itu sudah menjadi persoalan kolektif, masif, dan luas, yang dalam kenyataannya masih tidak bisa ditangani oleh orangtua, maka itu menjadi kewajiban pemerintah.
BACA JUGA: Mungkinkah Ternyata Siksa Neraka Dikurangi atau Ditiadakan Sama Sekali Kelak?
Syekh Musthafa al-Ghulayaini dalam kitab ‘Idzhatu an-Nasyiin mengutip kata-kata bijak (wisdom) dari para ulama yang mengatakan bahwa,
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ أِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمٍ حَيَاتُهَا.
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Sesungguhnya di tangah kalianlah urusan bangsa dan di dalam langkahmulah tanggungjawab kehiduapn masa depan bangsa”.
Dalam perspektif Islam, bahwa generasi sekarang harus memiliki kekhawatiran dan bahkan ketakutan akan meninggalkan keturunan dan generasi penerus yang lemah baik fisik maupun intelektualnya.
Boleh dibilang, bahwa kewajiban bagi generasi saat ini untuk mencetak generasi yang akan ditinggalkan sebagai generasi yang kuat baik fisik maupun intelektualnya.
Allah SWT berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Hendaklah merasa takut orang-orang yang sandainya meninggalkan setelah mereka keturunan yang lemah (yang mereka khawatirkan terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).” (QS An-Nisa: 9)
MBG merupakan ikhtiar pemerintah agar tidak meninggalkan generasi Indonesia yang lemah fisik, mental, dan intelektualnya. Melainkan ingin mencetak generasi yang kuat fisik, mental, dan intelektualnya. Sehingga masa depan Indonesia cerah, kuat, maju, dan berjaya.
Ketiga, sebagai warga negara, kita harus mendukung program MBG ini. Sebab Al-Quran Surat al-Ma’un menjelaskan bahwa ada lima orang yang mendustakan agama.
Yaitu; menghardik anak yatim, tidak memberi makanan kepada fakir miskin, melalaikan shalat, riya atau beramal bukan karena Allah SWT, dan tidak memberi pertolongan kepada sesama. Allah SWT berfirman:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ. فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ. وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ. فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ .الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ. وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS Al-Ma’un: 1-6).
Dengan program MBG, pemerintah mengamalkan firman Allah tersebut. Kita senantiasa ikhtiar dan mendukung MBG dengan harapan agar tidak tergolong orang yang mendustakan agama.