NYT Dituding 'Pelintir' Pernyataan Pejabat Hamas yang Sesalkan Serangan 7 Oktober

Pernyataan Abu Marzouk dinilai tak mencerminkan sikap organisasi.

AP Photo/Hussein Malla
Pejabat senior Hamas Abu Marzouk
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kelompok Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, membantah laporan The New York Times yang mengutip pernyataan salah satu pejabat elit Hamas, Mousa Abu Marzouk, belum lama ini. Juru bicara Hamas Hazem Qassem menegaskan, apa yang tertulis di surat kabar Amerika Serikat tersebut tidak benar dan diambil di luar konteks, lapor Al Mayadeen.

Baca Juga


Qassem menyatakan bahwa pernyataan yang dikaitkan dengan Abu Marzouk tidak mencerminkan sikap resmi gerakan tersebut. Qassem menggambarkan peristiwa 7 Oktober 2023 sebagai titik balik strategis dalam perjuangan nasional Palestina.

Hamas mengklarifikasi bahwa Abu Marzouk, seorang anggota biro politiknya, menekankan selama wawancara, "Operasi 7 Oktober yang diberkati adalah ekspresi hak rakyat kami untuk melawan dan penolakan mereka terhadap pengepungan, pendudukan, dan pemukiman."

Abu Marzouk juga menyoroti dalam sebuah pernyataan bahwa pendudukan kriminal bertanggung jawab atas kejahatan perang dan genosida yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, yang melanggar hukum internasional dan telah mengejutkan seluruh dunia.

Dalam artikel yang diterbitkan pada Senin (24/2/2025), NYT menarasikan jika Abu Marzouk telah meninggalkan operasi 7 Oktober di Israel selatan tanpa mengutip pernyataannya secara langsung. NYT melaporkan bahwa "dia tidak akan mendukung serangan itu jika dia tahu malapetaka yang akan ditimbulkannya di Gaza."

Menurut Hamas, transkrip wawancara tersebut juga menunjukkan bahwa Abu Marzouk tidak diberi tahu tentang rencana khusus untuk serangan 7 Oktober. Meski demikian, dia mengaku bersama  pemimpin politik Hamas lainnya, telah mendukung strategi keseluruhan organisasi untuk menyerang Israel secara militer.

Selama rentang 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, tindakan Israel di Gaza mengakibatkan lebih dari 160.000 korban Palestina, termasuk banyak wanita dan anak-anak, dan lebih dari 14.000 orang dilaporkan hilang. 

Palestinians walk and drive away from Kibbutz Kfar Azza, Israel, near the fence with the Gaza strip following a deadly attack on the community on Saturday, Oct. 7, 2023. - (AP Photo/Hassan Eslaiah)
 

Dikutip dari laman New York Times, berikut artikel yang diterbitkan pada Senin lalu.

Pejabat Hamas Ungkap Kekhawatiran Terkait Serangan 7 Oktober di Israel

Selama berbulan-bulan, para pemimpin Hamas telah membela keputusan kelompok militan tersebut untuk melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Meski hal itu memicu serangan Israel yang menghancurkan dan telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina di Gaza juga menghancurkan wilayah tersebut menjadi puing-puing.

Hamas telah menyatakan "kemenangan" atas Israel, dan beberapa pejabatnya telah bersumpah bahwa para pejuang mereka akan melakukan lebih banyak serangan seperti pada 7 Oktober di masa mendatang.

Namun kini salah satu pejabat tinggi Hamas secara terbuka menyatakan keberatannya tentang serangan, yang juga memicu krisis kemanusiaan sehingga menyebabkan hampir dua juta orang mengungsi dan menyebabkan kekurangan makanan dan perawatan kesehatan yang parah.

Mousa Abu Marzouk, kepala kantor hubungan luar negeri Hamas yang berkantor pusat di Qatar, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The New York Times bahwa ia tidak akan mendukung serangan tersebut jika ia mengetahui malapetaka yang akan ditimbulkannya di Gaza. Mengetahui konsekuensinya, katanya, akan membuatnya "mustahil" untuk mendukung serangan tersebut.

Abu Marzouk mengatakan bahwa ia tidak diberitahu tentang rencana khusus untuk serangan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Dia dan pemimpin politik Hamas lainnya telah mendukung strategi keseluruhannya untuk menyerang Israel secara militer.

"Jika apa yang terjadi memang sudah diduga, maka tidak akan terjadi pada tanggal 7 Oktober," sejauh yang ia ketahui, katanya.

Ia juga menyatakan bahwa ada keinginan dalam diri Hamas untuk merundingkan masa depan persenjataan kelompok tersebut di Gaza — yang telah menjadi titik kritis dalam negosiasi dengan Israel — dengan mengambil posisi yang ditolak oleh pejabat Hamas lainnya. Sebuah kompromi dapat membantu Hamas dan Israel menghindari perang lagi, kata para analis. Israel telah mengatakan bahwa mereka ingin Hamas membongkar kemampuan militernya.

Abu Marzouk, 74 tahun, pemimpin pertama kantor politik Hamas pada tahun 1990-an, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara telepon pada Jumat.

Tidak jelas sejauh mana pandangan  Abu Marzouk pada tanggal 7 Oktober tersebut dianut oleh para pemimpin Hamas lainnya, atau apakah pandangan tersebut merupakan upaya untuk memengaruhi negosiasi dengan Israel atau memberikan tekanan pada sesama pemimpin dalam kelompok militan tersebut. Para pemimpin Hamas lainnya, terutama mereka yang terkait erat dengan Iran dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, cenderung mengambil sikap yang lebih keras.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler