Israel Kembali Berkhianat, MUI Ungkap Rekam Jejak Pengkhiatan Kaum Yahudi
Israel kembali berkhianat terhadap kesepakatan gencatan senjata.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Israel kembali berkhianat terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Militer Israel menunda pembebasan sebanyak 620 tahanan Palestina yang dijadwalkan pada Sabtu (22/2/2025) setelah pihak Hamas membebaskan enam tawanan Israel di Jalur Gaza.
Menanggapi hal itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengungkapkan rekam jejak kaum Yahudi yang dikenal sebagai kaum yang sering melakukan pengkhianatan.
"Israel memang dikenal dalam sejarah memang sering melakukan pengkhianatan. Pada masa Nabi Muhammad itu juga begitu perjanjian Nabi Muhammad di Madinah dan melahirkan Piagam Madinah itu kemudian dikhianati oleh kelompok Yahudi pada waktu itu," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (27/2/2025).
Tidak hanya itu, menurut dia, banyak sekali catatan-catatan pengkhianatan yang dilakukan oleh Israel termasuk yang dilakukan belum lama ini.
"Bahkan kita tahu ketika dokumen atau naskah perjanjian ceasefire yang tiga tahap itu. Sebelum ditandatangani satu hari sebelumnya, Israel telah melakukan serangan terhadap warga Gaza," ucap dia.
Namun, lanjut dia, Hamas tetap tidak terprovokasi untuk melakukan perlawanan balik. Karena, menurut dia, sejak awal Hamas terus berkomitmen dengan perjanjian ceasefire meskipun gangguan-gangguan terus dilakukan oleh Israel.
"Yang terakhir kemarin itu juga sama terutama terkait dengan pertukaran tawanan perang, bahkan didukung oleh Amerika oleh Donald Trump yang kemudian memberikan pernyataan bahwa Gaza akan diambil alih oleh Amerika dan Gaza akan diubah dengan cara antara lain melakukan relokasi penduduk Gaza ke negara-negara lain," jelas dia.
Sudarnoto memandang, genjatan senjata itu sifatnya masih sementara, meskipun sekarang sudah masuk pada tahap kedua. Karena itu, menurut dia, situasi ini memberikan ruang bagi Israel untuk melakukan pengkhianatan maupun bagi Amerika yang berusaha untuk melakukan pengambil alihan Gaza.
Dia mengatakan, baru-baru ini penduduk Palestina yang ada di Tepi Barat juga sudah mulai banyak yang diusir. Menurut dia, hal itu dilakukan untuk mengalihkan perhatian terhadap genjatan senjata yang telah dikhianati Israel.
"Jadi ini semacam pengalihan perhatian pada saat ceasefire yang dilakukan untuk wilayah Gaza itu terus terhalangi untuk melakukan pengkhianatan secara penuh tapi kemudian yang menjadi sasaran adalah Tepi Barat," kata Sudarnoto.
Menurut dia, hal ini menjadi bukti nyata bahwa Israel memang sudah berada di jalan buntu dan buruk di mata dunia. Karena, kata dia, melalui tahapan perjanjian genjata senjata ini masyarakat dunia menyaksikan bahwa perlakuan yang dilakukan Hamas terhadap tahanan Israel sangat manusiawi.
"Bahkan seperti kita saksikan salah seorang tahanan itu malah memeluk dan mencium tentara Hamas. Ini menunjukkan menunjukkan bahwa Hamas telah memberikan gambaran sikap yang harus menghargai hak asasi manusia," ucap Sudarnoto.
Menurut dia, hal itu berbeda sekali dengan Israel yang memperlakukan tahanan Palestina dengan sangat buruk, banyak yang luka, cedera, dan lupa ingatan. Bahkan, menurut dia, secara psikologis tahanan Palestina runtuh .
"Tetapi ini sekaligus memberikan memberikan gambaran bahwa Israel itu sebenarnya telah runtuh, mentalitasnya moralitasnya itu telah runtuh karena telah memperlihatkan borok-boroknya di depan masyarakat internasional dan ini betul-betul kalah," kata Sudarnoto.
Dia pun yakin pengkhiatan dan perlakuan buruk Israel tersebut akan menerima akibatnya. Karena, kata dia, pada akhirnya simpati global itu akan menguat melakukan pembelaan terhadap warga Palestina.
"Karena kedaulatan wilayah dan kedaulatan kemanusiaan telah diinjak-injak secara kasat mata oleh Israel, kita tunggu saja," jelas dia.