Naskah Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam

Anjuran meminta maaf tertuang dalam beberapa ayat dan hadits.

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Warga berziarah ke makam keluarga yang terendam air rob di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Eretan Kulon, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (27/2/2025). Ziarah kubur atau nyekar jelang bulan Ramadhan itu merupakan salah satu tradisi umat muslim setempat untuk mendoakan sanak saudara mereka yang telah meninggal dunia.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fatihunnada, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal 'Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baca Juga


Khutbah I

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (الشورى: ٤٠). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Setiap orang pernah melakukan kesalahan ketika berinteraksi dengan sesama, sehingga Islam menganjurkan perilaku saling memaafkan, yaitu meminta maaf bagi orang yang bersalah dan memberikan maaf bagi orang yang menerima kezaliman. Anjuran saling memaafkan tidak dibatasi waktu, sehingga dapat dilakukan kapan saja, termasuk ketika hendak memasuki bulan Ramadhan.

Anjuran meminta maaf tertuang dalam beberapa ayat dan hadits, termasuk sabda Nabi dalam hadits yang diriwayatkan imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari, juz 8, halaman 111:

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ

Artinya, “Siapa saja yang memiliki kezaliman terhadap kehormatan orang lain atau sesuatu lainnya, hendaklah minta maaf darinya hari ini sebelum (hari kiamat di mana) dinar dan dirham tidak berlaku lagi. Jika dia memiliki amal saleh, maka amalnya akan diambil sesuai kadar kezalimannya. Jika pelaku tidak memiliki kebaikan, maka dosa korbannya akan diambil dan ditanggungkan kepada pelaku yang menzaliminya.”

Anjuran memberi maaf tertuang dalam beberapa ayat dan hadits, termasuk firman Allah dalam surat Asy-Syura, ayat 40:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Artinya, “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik [kepada orang yang berbuat jahat] maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”

Imam Fakhrud Din ar-Razi dalam kitab Mafatihul Ghaib, juz 27, halaman 607 menafsirkan ayat ini bahwa firman Allah “maka pahalanya dari Allah” adalah janji yang bersifat umum, sehingga kemuliaannya tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Perilaku meminta dan memberi maaf adalah tradisi umat Islam sejak masa kenabian, kemudian diwariskan pada generasi ulama klasik, sampai pada masa kontemporer saat ini. Imam Badrud Din al-‘Ayni menceritakan kisah inspiratif dalam ‘Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, juz 12, halaman 294:

وَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ سِيرِْيْنَ. فَقَالَ: اجْعَلنِي فِي حِلٍّ فَقَدْ اغْتَبْتُكَ. فَقَالَ: إِنِّي لَا أُحِلُّ مَا حَرَّمَ اللهُ تَعَالَى، وَلَكِنْ مَا كَانَ مِنْ قَبْلِنَا فَأَنْتَ فِي حِلٍّ

Artinya, “Seorang laki-laki mendatangi imam Ibnu Sirin. Ia berkata: ‘Halalkanlah aku karena aku telah membicarakan keburukanmu kepada orang lain.’ Imam Ibnu Sirin menjawab: ‘Aku tidak dapat menghalalkan perkara yang Allah haramkan, yaitu perilaku ghibah, akan tetapi apa yang sudah terjadi di antara kita, kamu sudah aku beri maaf’.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Bulan Ramadhan adalah momentum untuk mendapatkan ampunan Allah atas segala kesalahan manusia. Nabi mengingatkan hal tersebut dalam hadits yang diriwayatkan imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari, juz 1, halaman 16:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Ramadhan dengan iman dan ihtisab (ikhlas), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."

Jika ampunan Allah sudah diraih dengan menghidupkan bulan Ramadhan dengan ibadah puasa, salat, membaca Al-Qur’an, sedekah, zakat, dan lain sebagainya, maka perlu juga untuk mendapatkan ampunan dari sesama manusia, khususnya orang yang pernah kita zalimi.

Ampunan Allah bisa didapatkan di akhirat, akan tetapi ampunan manusia tidak bisa didapatkan di akhirat, sehingga harus diupayakan untuk mendapatkannya di dunia dengan cara apa pun. Hal ini yang memberi penekanan pentingnya sikap meminta dan memberi maaf.

Selain itu, Ramadhan adalah bulan yang suci untuk kita dapat melaksanakan ibadah kepada Allah dengan hati dan jiwa yang bersih. Salah satu upaya membersihkan hati dan jiwa adalah meminta dan memberi maaf kepada orang lain. Ibadah Ramadhan akan terasa lebih nikmat dan maksimal jika dilakukan dengan suasana hati dan jiwa yang bersih.

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Semoga kita diberikan kekuatan dan kelapangan hari untuk meminta dan memberi maaf pada hari-hari menjelang bulan suci Ramadhan agar ibadah Ramadhan kita semua dilakukan dalam kondisi hati dan jiwa yang bersih dari segala dosa, sehingga kita dapat meraih ibadah yang maksimal di bulan suci Ramadhan. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Sumber: NU Online

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler