Houthi Blokade Laut Merah, Sisi Ungkap Terusan Suez Rugi Rp 13,2 Triliun Per Bulan
Pada 2024, Mesir kehilangan pendapatan dari Terusan Suez sebesar Rp 115,3 triliun.
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi mengatakan Terusan Suez mengalami kerugian sekitar 800 juta dolar AS (Rp13,2 triliun) per bulan akibat situasi keamanan di kawasan tersebut. Diketahui, kelompok Houthi di Yaman kembali melakukan pemblokadean Laut Merah dan melarang kapal-kapal terafiliasi Israel dan Amerika Serikat melintas.
"Karena situasi di kawasan ini, negara mengalami kerugian pendapatan sekitar 800 juta dolar AS per bulan dari Terusan Suez,” kata Sisi seperti dikutip penyiar eXtra News, Senin (17/3/2025).
Sisi sebelumnya mengatakan Mesir telah kehilangan sekitar tujuh miliar dolar AS (Rp115,3 triliun) pada 2024 akibat situasi di Laut Merah dan pendapatan dari Terusan Suez telah turun lebih dari 60 persen dibandingkan 2023. Selama akhir pekan, Amerika Serikat melancarkan puluhan serangan terhadap wilayah utara dan tengah Yaman yang dikendalikan Houthi, termasuk ibu kota Sanaa. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai hampir 100 orang.
Houthi membalas serangan AS itu dengan menyerang kapal induk Harry S. Truman dan kapal-kapal perang lainnya di Laut Merah dengan rudal dan pesawat nirawak (drone). Pada Ahad (16/3/2025) malam, pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi mengumumkan bahwa semua kapal AS dan Israel akan dilarang melewati Laut Merah dan Laut Arab.
Houthi pada Ahad (16/3/2025) mengumumkan bahwa mereka telah menargetkan kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal-kapal perang AS lainnya di Laut Merah dengan 18 rudal. Hal itu sebagai balasan atas serangan udara AS di beberapa daerah di Yaman.
"Operasi ini dilancarkan sebagai respons atas agresi AS," kata Juru Bicara Houthi, Brigadir Jenderal Yahya Saree dalam sebuah pernyataan dikutip Iraqi News Agency (INA).
Saree juga menegaskan bahwa pasukannya tidak akan segan-segan menghancurkan kapal laut apa pun yang melintas di Laut Merah dan Laut Arab. "Pasukan kami menargetkan kapal induk (AS) dengan 18 rudal balistik dan jelajah, dan drone," kata Saree.
Saree menuduh agresi AS dilancarkan lewat serangan berskala besar di beberapa area di Yaman. Setidaknya 47 gelombang serangan udara dilancarkan oleh AS.
"Serangan-serangan ini tidak akan menghentikan pasukan kami untuk melanjutkan operasi pertahanan," kata Saree.