Kapendam Ungkap Praktik Setoran dan Bagi-Bagi Uang dari Sabung Ayam Sudah Berjalan Setahun
“Yang jelas ada yang menerima duit. Ini (setoran dan bagi-bagi) sudah setahun."
REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG — Otoritas Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengungkapkan setoran dan bagi-bagi uang antaraparat dari hasil perjudian sabung ayam di Negara Batin, Way Kanan, Lampung sudah berlangsung lama. Kapendam II Sriwijaya Kolonel Eko Syah Putra Siregar mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan internal terhadap Kopka Basarsyah dan Peltu Lubis, setoran dan bagi-bagi uang tersebut untuk Polsek dan Koramil Negara Batin.
“Ada duit (dari judi sabung ayam), dikasih, ke Polsek, Koramil. Lu (Polsek dan Koramil) makan duit. Sudah itu saja,” kata Eko dalam keterangan video, Ahad (23/3/2025).
Berapa besarannya, kata Eko, pemeriksa internal militer belum membicarakan angka-angka. “Pembagiannya kita tidak tahu. Itu membutuhkan (keterangan) lebih lanjut,” sambung dia.
Namun dari pengakuan Kopka Basarsyah dan Peltu Lubis tentang setoran dan bagi-bagi duit judi tersebut sudah berlangsung setahun terakhir. Eko mengatakan, pemeriksa internal militer menduga setoran dan bagi-bagi duit itu, sebagai salah-satu biang masalah kasus tewasnya tiga personel Polri saat penggrebekan lokasi judi sabung ayam di Kampung Karang Manik, pada Senin (17/3/2025) itu.
“Sudah itu saja simpulkan. Yang jelas ada yang menerima duit. Ini (setoran dan bagi-bagi) sudah setahun,” ujar Eko.
Kodam Sriwijaya, kata Kolonel Eko, pun memastikan akan terus menelusuri keterlibatan-keterlibatan anggota militer lainnya di Negara Batin terkait bisnis judi sabung ayam tersebut. TNI, kata Eko juga berharap agar otoritas kepolisian di Lampung turut mendalami peran para personelnya dalam jaringan bisnis judi sabung ayam di Way Kanan tersebut.
“Ini pun masih proses lebih lanjut. Oknum-oknumnya apa saja. Mungkin yang lain-lainnya siapa saja. Kita tunggu prosesnya. Tetapi yang pasti, duit (judi sabung ayam) dibagi? iya, ada. Kita bukan bodoh-bodoh amat lah. Nggak. Duit ada. Dibagi-bagi? Iya. Setor ada? Iya,” ujar Eko.
“Yang jelas, mitranya Polsek. Mitra yang lain kita selidiki. Koramil berhubungan dengan Polsek. Ada uang (judi sabung ayam) di wilayah mereka (Negara Batin), dibagi-bagi? Iya,” kata Eko menambahkan.
Eko pun meminta agar kepolisian juga melakukan penyelidikan internal terhadap para personelnya. “Uangnya berapa itu yang secara pasti kita belum tahu. Karena putarannya berulang-ulang terus, kok nggak paham-paham kita,” ujar Eko.
Tiga anggota kepolisian yang meninggal dunia salah-satunya adalah Kapolsek Negara Batin, Iptu Lusiyanto, Senin (17/3/2025). Sedangkan dua personel yang turut gugur adalah Bripka Petrus Apriyanto, dan Bripda M Ghalib Surya Ganta.
Ketiga personel polisi tersebut meninggal dunia dengan tembakan masing-masing pada bagian kepala. Bahkan ada peluru yang menembus bagian mata kiri. Pelepas peluru tajam adalah Kopka Basarsyah yang merupakan anggota Subramil Negara Batin dan Peltu Lubis yang merupakan Komandan Subramil Negara Batin teritorial Kodim 0427/WK.
Penembakan tersebut terjadi ketika 17 personel kepolisian dari tingkat Polres Way Kanan sampai Polsek Negara Batin melakukan operasi penggrebekan di lokasi perjudian sabung ayam di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan, Lampung, pada Senin (17/3/2025) sore. Dari laporan kejadian lokasi perjudian sabun ayam tersebut adalah milik dari Kopka Basarsyah dan Peltu Lubis.
Tak terima dengan penggrebekan yang dilakukan personel kepolisian tersebut, kedua tentara aktif itu, melakukan perlawanan dengan penembakan yang berujung pada kematian ketiga personel polisi itu.
Kedua prajurit pelaku penembakan tersebut sudah ditangkap pada Senin (173/2025) tengah malam.
Keduanya, dikatakan menyerahkan diri ke Dandim 0427/WK Letkol Inf Aan Fitriadi di Markas Kodim 0427/WK. Setelah menyerahkan diri, keduanya pun ditangkap oleh Polisi Militer (PM) Angkatan Darat. Hingga kini, kedua pelaku tersebut sudah dijebloskan ke sel tahanan militer.
“Kalau ditanyakan masih aktif, dua-duanya oknum ini masih aktif. Yang bersangkutan ini, sudah menyerahkan diri pada saat setelah kejadian,” kata Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal (Mayjen) Ujang Darwis.
Polda Lampung membantah
Kapolda Lampung, Inspektur Jenderal (Irjen) Helmy Santika membantah ihwal adanya setoran-setoran dan bagi-bagi uang antara polisi dan militer untuk pengamanan judi sabung ayam di Negara Batin itu. Menurut Irjen Helmy penyampaian Kapendam tersebut tak ada buktinya.
“Saya menanggapi, bahwa itu kan hanya asumsi,” ujar dia melalui siaran pers video yang diterima wartawan, Sabtu (22/5/2025).
Irjen Helmy menegaskan personelnya di kepolisian, tak ada yang meminta setoran, maupun menjadi pembeking dengan imbalan bagi-bagi uang dari hasil perjudian sabung ayam. “Kalau pun ada, tunjukkan,” ujar Irjen Helmy.
Dia menegaskan, Polri tak akan tinggal diam atas anggota-anggotanya yang kedapatan menikmati hasil perjudian. Apalagi turut membekingi aktivitas-aktivitas perjudian seperti sabung ayam di Kampung Karang Manik itu.
“Kita tidak menutup diri untuk memproses itu,” ujar Kapolda.
Sampai saat ini kata dia, tak ada temuan fakta perihal setoran, dan bagi-bagi uang dari hasil perjudian sabung ayam tersebut. “Kalau tidak ada, kita bilang tidak ada. tapi kalau misalkan ada, tentunya ini akan dilakukan penindakan. Rasanya, Polri sudah terbiasa menindak anggotanya yang terbukti melakukan pelanggaran,” kata Helmy.
Ketua Komisi III DPR Habiburokhman meminta agar adanya dugaan setoran aliran dana untuk membekingi bisnis sabung ayam terkait tewasnya tiga polisi oleh dua anggota TNI di Way Kanan, Lampung, diusut tuntas. Selain pembunuhannya, menurut dia, semua pelanggaran hukum yang terjadi dalam kasus tersebut harus diusut tuntas agar prosesnya tak berlarut-larut.
"Semua pelanggaran hukum harus diselesaikan dan diusut tuntas, termasuk soal sabung ayam siapa yang melakukan, siapa yang membekingi, siapa yang menerima aliran dan sebagainya," kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (24/3/2025).
Namun, dia mengatakan bahwa langkah yang paling prioritas adalah mengungkap kasus pembunuhannya. Penetapan tersangka, kata dia, harus jelas dan harus segera diungkap karena kasus tersebut terkait dengan kemanusiaan.
"Ada keluarga korban yang menunggu kepastian, siapa tersangkanya harus jelas gitu lho. Kan sudah ada yang ngaku tuh, oknum TNI," katanya.