Bersedih, Imam Masjid Suci Syekh Suud Syuraim Lepas Kepergian Ramadhan
Masjidil Haram jadi tempat pelaksanaan Sholat Idul Fitri yang menampung jutaan jamaah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mereka yang khusyu memanfaatkan hari demi hari Ramadhan untuk beribadah kini bersedih. Sebabnya, mereka kehilangan Ramadhan, bulan suci yang hanya ada satu dari 12 bulan dalam setahun.
Salah seorang yang sedih adalah Imam Masjid Suci di Saudi Syekh Suud Syuraim. Dalam pidato Idul Fitri, dia menyampaikan begini,
Hamba-hamba Allah, Ramadhan telah meninggalkan kita, tamu agung, yang beberapa waktu lalu kita sambut dengan suka cita. Saat itu kita merasakan kehadirannya, menikmati kesejukannya.
Kini ia telah berkemas meninggalkan kita. Ibarat pengelana berkuda, dia mengencangkan tali yang ada dan memacu kudanya untuk pergi meninggalkan kita.
Betapa beratnya perjalanan ini. Betapa sedihnya hati ini kehilangan Ramadhan yang agung.
Dengan kepergian Ramadhan, siapa di antara kita yang beruntung dan merugi? Siapa yang amal kebaikannya berupa segala ibadah dan kebaikan selama Ramadhan yang diterima dan tertolak? (Tak ada yang tahu) Ya Allah sayangilah kami. Hiburlah hati kami yang tersayat karena ditinggal Ramadhan yang malam-malamnya ramai dengan munajat.
Rasanya baru kemarin manusia berbondong-bondong menyaksikan hilal kedatangan bulan suci. Kini semuanya menyaksikan hilal kepergian Ramadhan,
Kemarin kita menyuarakan kabar kedatangannya dengan gembira, hari ini kita mengucapkan selamat jalan Ramadhan. Kita meneteskan air mata dan merindukan kedatangan bulan suci pada tahun depan.
Begitulah dunia...tak pernah tetap dalam satu keadaan. Angin tak selalu berembus dengan lembut lagi menyejukkan. Hari-hari terus berganti dan tak akan terulang.
Hari demi hari kita semakin berdekatan dengan ajal. Umur kita semakin berkurang.
Orang yang berbahagia merupakan siapa saja yang dengan berlalunya Ramadhan, semakin dekat dengan Allah. Kemudian semakin jauh dari apa yang dilarang Allah.
Dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal yang abadi.
Negara Arab lebih dulu Idul Fitri
Umat Muslim di sebagian besar negara-negara Arab akan merayakan Idul Fitri, yang menandai akhiri dari bulan puasa Ramadan pada Minggu (30/3), sementara beberapa lainnya pada Senin (31/3).
Otoritas keagamaan di Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UAE), Kuwait, dan Bahrain mengatakan hilal Syawal (bulan ke-10 kalender Islam) terlibat pada Sabtu sehingga Idul Fitri dapat dirayakan pada Minggu.
Otoritas di Palestina, Sudan dan Yaman mengeluarkan pengumuman serupa. Di Lebanon, Mufti Agung Sheikh Abd al-Latif Drian mengatakan Muslim Sunni di negaranya juga akan merayakan Idul Fitri pada Minggu.
Sementara itu, negara-negara seperti Oman, Mesir dan Suriah akan merayakan Idul Fitri pada Senin karena hilal tidak dapat dilihat di wilayah itu.
Selain itu, Umat Muslim Syiah dan Sunni Irak juga akan merayakannya pada Senin.
Idul Fitri, sebuah perayaan untuk mengakhiri puasa di akhir bulan suci Ramadhan, adalah salah satu dari dua perayaan utama dalam Islam, selain Idul Adha.
Berpatokan kepada Saudi
Sejumlah masjid di Kota Solo, Jawa Tengah sudah melaksanakan Shalat Idul Fitri (Id) meski pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin (31/3).
Salah satu masjid yang sudah menyelenggarakan Shalat Id, Minggu pagi, yakni Masjid Al-Bakrie, Mojosongo, Jebres.
Pada pelaksanaan di Jalan Jaya Wijaya tersebut, ratusan orang baik jemaah pria maupun wanita mengikuti Shalat Id.
Takmir Masjid Al-Bakrie Sulaiman mengatakan dilaksanakannya Salat Id hari ini karena mengikuti rukyat global. Menurut dia, di Arab Saudi sudah terlihat hilal sehingga 1 Syawal ditetapkan hari ini.
"Kami mengambil rukyat global dalam melihat hilal, sehingga kami mengikuti penetapan 1 Syawal hari ini," katanya.
Pihaknya juga baru mengetahui penetapan tersebut pada Sabtu malam sehingga pemberitahuan kepada jemaah dilakukan cukup mendadak.
"Namun sebelumnya dari takmir sudah mempersiapkan, barangkali sudah penetapan 1 Syawal hari ini," katanya.
Selain Masjid Al-Bakrie, masjid lain yang sudah menggelar Shalat Id yakni Masjid Al-Hidayah Sriwedari.
Khatib Masjid Al-Hidayah Sriwedari Taufan Wahyu mengatakan penetapan 1 Syawal karena mengikuti rukyat global.
"Kami ingin mencontoh Nabi yang memulai puasa dan berbuka dengan hilal. Sedangkan di Saudi sudah terlihat hilal," katanya.