Prabowo Jelaskan Alasan Kunker ke UEA, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania
Ke Ankara kunjungan kenegaraan sebagai balasan kunjungan Presiden Turkiye ke RI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto mengaku akan melakukan lawatan ke sejumlah negara dengan delegasi terbatas. Dia menyebut, sebagian menteri sudah berangkat duluan dan akan bertemu di beberapa tempat.
"Pertama saya akan ke Abu Dhabi, UEA, untuk bertemu Presiden UEA, Yang Mulia
Mohammed bin Zayed (Al Nahyan) untuk melakukan konsultasi tukar-menukar pikiran tentang perkembangan geopolitik dan geoekonomi dunia sekarang-sekarang," kata Prabowo di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (9/4/2025).
Setelah melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Uni Emirat Arab (UEA), Prabowo melanjutkan lawatan ke Turki untuk bertemu Presiden Recep Tayyip Erdogan. Selain ke Ankara, Prabowo akan menghadiri forum diskusi di Antalya.
"Dari situ saya akan terbang langsung ke Ankara melaksanakan kunjungan kenegaraan sebagai balasan kunjungan Presiden Turkiye ke Indonesia beberapa saat lalu, beliau undang saya ke situ, juga untuk menghadiri forum diplomatik di Kota Antalya. Di situ saya akan lakukan konsultasi dengan beliau tentang beberapa hal geopolitik dan geoekonomi kerja sama industri perdagangan dan pendidikan, kebudayaan, kita punya hubungan yang cukup luas dan komprehensif dengan Turkiye," ujar Prabowo.
Kemudian, kata Prabowo, pada 12 Mei 2025, ia melanjutkan penerbangan ke Kairo, Mesir untuk berkonsultasi dengan Presiden Abdul Fattah as-Sisi. Dari Kairo, Prabowo akan terbang ke Doha, Qatar melaksanakan kunjungan kenegaraan.
"Untuk menyelesaikan kesepakatan antara Qatar dan Indonesia juga tanda tangan berbagai perjanjian dan kesepakatan yang cukup straegis bagi kedua negara. Dari situ saya ke Yordania, kunjungan kenegaraan, dan sekali lagi konsultasi dengan Raja Abdullah ke II," ucap Prabowo.
Dia mengaku, melakukan kunjungan lima negara karena banyak permintaan terhadap Indonesia untuk lebih aktif lagi berperan guna mendukung dan mencari penyelesaian konflik di Gaza, Palestina dan di Timur Tengah secara keseluruhan. Walaupun Indonesia berada jauh dari kawasan tersebut, tapi Indonesia memiliki sejumlah faktor yang diperhitungkan untuk bisa terlibat menyelesaikan konflik dunia.
"Pertama sebagai negara yang penduduk Muslimnya terbesar di dunia, juga karena peran indonesia sebagai negara Non-Blok bahkan dianggap pemimpin Non-Blok yang berperan selalu bebas aktif, yang tidak mau mengikuti blok mana pun. Indonesia dianggap bisa diterima oleh banyak pihak, bisa diterima oleh semua pihak yang bertikai," ujar Prabowo.