Agar Jamaah Haji tak Tersasar Saat Hendak ke Raudhah
Jamaah diimbau tidak lupa mencatat pintu masuk dan hotel agar tidak tersasar.
Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH — Salah satu tempat yang menjadi incaran jamaah di Kompleks Masjid Nabawi yang berada di Kota Madinah Al Munawaroh adalah Raudhah. Lokasi tempat ini tepat di dalam Masjid Nabawi yang ditandai dengan tiang-tiang putih, berada di antara Rumah Nabi (sekarang Makam Rasulullah SAW) sampai mimbar.
Adapun luas Raudhah dari arah timur ke barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan dua meter. Di tempat tersebut, jamaah haji memanjatkan doa dengan khusyuk, mengikuti sunah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW memberi nama tempat tersebut Raudhatul Jannah atau Taman Surga.
Untuk memasuki Raudah, jamaah harus memiliki tasreh atau izin untuk berkunjung. Pun demikian halnya dengan jamaah haji Indonesia. Menurut Kepala Sektor Khusus Masjid Nabawi, Surnadi, jamaah haji Indonesia tidak perlu mengurus sendiri izin masuk Raudhah. Ini mengingat izin tersebut sudah diatur oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bersama petugas kloter dan sektor.
“Jamaah cukup menunggu arahan dari petugas kloter. Kami sudah atur waktu dan kelompoknya, agar terjadwal dan tertib,” jelas Surnadi kepada tim Media Centre Haji.
Proses masuk Raudhah umumnya dibatasi hanya 20 hingga 30 menit. Jamaah dipersilakan melaksanakan sholat sunah dan berdoa ketika berada di dalam. Setelah itu, mereka diarahkan keluar agar memberi giliran bagi jamaah dari negara lain.
Titik kumpul jamaah Indonesia ditetapkan di sekitar pintu 360 Masjid Nabawi, tepatnya dari area pintu 359 hingga 362 atau berdekatan dengan WC 201.
Di titik ini, jamaah harus sudah berkumpul satu jam sebelum jadwal masuk Raudhah, lengkap dengan kartu Nusuk, mengenakan seragam batik haji, dan siap mengikuti arahan petugas kloter, rombongan, serta KBIHU.
Konsultan Haji Kemenag RI Prof Aswadi mengingatkan bahwa kesempatan masuk Raudhah bagi jamaah hanya satu kali selama masa tinggal di Madinah. Oleh karena itu, momen ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Berdoalah sebaik mungkin, karena Raudhah adalah tempat yang mustajab dan sangat mulia,” pesan Aswadi.
Ia juga menekankan larangan keras membawa atribut seperti bendera, spanduk, atau melakukan siaran langsung (live streaming) di dalam area Raudhah. Aktivitas dokumentasi berlebih dapat mengganggu kekhusyukan ibadah dan berisiko ditegur petugas keamanan Masjid Nabawi.
Pihak Bimbingan Ibadah Daker Madinah akan menyiapkan tasrekh dalam bentuk hard copy, yang akan dibagikan ke ketua kloter, rombongan, dan pembimbing KBIHU.
Dengan kondisi Madinah yang kian padat, (hingga 8 Mei 2025 ada 125 kloter atau lebih dari 48.628 jemaah Indonesia telah tiba) sistem antrean dan pendampingan menjadi sangat penting.
Petugas sektor khusus sudah menyusun strategi agar semua jamaah mendapat giliran yang adil. Mereka juga siaga membantu jemaah yang kehilangan kelompok atau tersesat di tengah antrean.
Jamaah yang belum dijadwalkan masuk Raudhah diminta tidak memaksakan diri. Pendekatan tanpa izin dapat mengganggu sistem dan bahkan menimbulkan teguran dari aparat keamanan.
Agar tak tersasar
Tak jarang jamaah, termasuk dari Indonesia, yang datang ke Raudhah 'lupa jalan' kembali lantaran pintu Nabawi yang begitu banyak. Jamaah itu lupa mencatat nomor pintu atau tertinggal kartu hotel sehingga bingung jalan pulang.
Menurut laporan petugas haji Indonesia di lapangan, hampir setiap satu jam ada saja laporan jamaah tersasar. Petugas Media Centre Haji pernah mengantarkan jamaah ketika balik dari Ring 1 Masjid karena menyasar.
Tim dari perlindungan jamaah dan dari seluruh petugas haji Indonesia berkewajiban untuk mengantarkan atau memberi petunjuk buat jamaah. Pelayanan dan perlindungan menjadi tugas nomor satu bagi petugas haji.
Agar tak tersasar, hal terpenting yang mesti diingat oleh jamaah ketika memasuki Raudhah adalah jangan lupa mencatat pintu masuk dan hotel. Jamaah juga diminta tak tertinggal oleh rombongan.