Masyarakat Masih Terjebak Euforia Politik

Republika/Edwin Dwi Putranto
masyarakat berpolitik
Rep: Ahmad Islamy Jamil Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematangan politik di Indonesia saat ini dinilai masih jauh dari harapan. Edukasi politik kepada masyarakat belum terlaksana dengan baik, sehingga pertimbangan mereka dalam menentukan pilihan bukan lagi berfokus pada visi bangsa ke depan.

"Masyarakat belum melihat adanya perbedaan feature yang tegas antara satu parpol dan parpol yang lainnya, sehingga alasan mereka memilih kebanyakan hanya karena ikut-ikutan," kata peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Teddy Lesmana, di Gedung DPD RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (13/6).

Di AS, kata dia, masyarakat umumnya memilih suatu partai karena tertarik oleh program unggulan yang ditawarkan oleh partai tersebut. Sebagai contoh, seseorang memilih Partai Demokrat karena menginginkan wajah Amerika yang lebih humanis atau lingkungan hidup yang lebih tertata. Sementara, seseorang mau memilih Partai Republik karena partai itu tidak menginginkan pajak yang tinggi terhadap warga AS.

"Di Indonesia, tradisi pemilih semacam ini belum lagi kita jumpai secara masif. Masyarakat kita umumnya masih mengikuti euforia politik pada saat-sat tertentu saja," ujarnya.

Menurutnya, hal ini tidak saja berlaku pada pemilu legislatif (pileg), melainkan juga pemilu presiden (pilpres). Masyarakat belum lagi menjadikan visi, misi, ataupun program-program yang ditawarkan capres sebagai pertimbangan mereka memilih calon pemimpin Indonesia ke depan.

Terpisah, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Asri Anas mengatakan, pemimpin Indonesia ke depan hendaknya adalah sosok yang benar-benar disegani asing dan teruji kiprahnya di taraf politik internasional. Bukan figur yang dikesankan sederhana, merakyat, tapi kering visi dan misi untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.

“Masyarakat seharusnya jangan terpukau pada seorang capres hanya lantaran yang bersangkutan suka pakai baju atau sepatu yang murah-murah. Itu tidak menyelesaikan persoalan bangsa,” tuturnya.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler