Dua Tantangan Umat Islam di Dunia

Republika/ Wihdan
(dari kiri) Tokoh Lintas Agama Romo Beni dan Imam Masjid Besar New York Imam Shamsi Ali saat menghadiri diskusi di DPD RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/9).(Republika/ Wihdan)
Rep: Niken Paramita Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid New York di Amerika, Shamsi Ali mengungkapkan tantangan terbesar yang dihadapi umat Muslim dimata dunia adalah bagaimana Muslim membalikkan pandangan realitas Islam dari sumber konflik menjadi Islam sebagai sumber solusi masalah.

Dalam diskusi keagamaan yang digelar Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Selasa (2/9), Shamsi menambahkan, ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya tendensi radikalisme dalam beragama. Terutama Islam dimata dunia.

Pertama agama seringkali dijadikan alat kepentingan politik atau politisasi agama. Isu-isu agama sengaja diangkat untuk membentuk opini publik dan tak jarang memecah toleransi umat beragama.

"Seringkali sentimen keagamaan terpakai untuk kepentingan politik, ini yang menjadi masalah. Bukan hanya di Indonesia di Amerika pun begitu," ujarnya.

Opini publik dibentuk melalui wacana yang disebarkan di media massa. Karena itu, menurut Shamsi, media massa juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menggambarkan komunitas Islam di mata dunia. Kaca mata media inilah yang kemudian membungkus persepsi masyarakat dunia.

Kemudian yang membuat semakin pelik adalah masih adanya anggapan isu mayoritas dan minoritas. Di Indonesia, Islam boleh jadi menjadi kaum mayoritas. Tapi dunia barat seperti Amerika Islam menjadi kelompok minoritas. Pandangan ini sebaiknya yang disingkirkan dalam keragaman umat beragama.

"Ini yang sensitif. Dalam sebuah institusi seperti negara masalah ini jangan terlalu dipermasalahkan lagi, perlu berhati-hati," tandasnya.

Dua terakhir yang disoroti Shamsi adalah menyangkut interpretasi teks keagamaan dan masalah hukum. Di era yang semakin global, menurutnya, Muslim harus bisa menemukan interpretasi baru yang sesuai hubungannya dengan dunia global.

"Di era keterbukaan informasi kita tidak bisa menyembunyikan, tentangga kita sekarang adalah dunia, menemukan interpretasi baru dalam hubungan kemanusiaan semata untuk kedamaiaan," paparnya.

Sementara disektor hukum, apapun hukum yang berlaku, itu yang harus ditegakkan. Dalam negara, lanjutnya, hukum menjadi raja, tidak sentimen dan bukan mayoritas-minoritas.  "Jangan sampai hukum kalah dengan kekuasaan," katanya.





BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler