Indonesia Memiliki Banyak Sumber Etika

Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Komisi Yudisial, Aidul Fitriciada Azhari.
Rep: Amri Amrullah Red: Didi Purwadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Yudisial (KY), Aidul Fitriciada Azhari mengatakan, agama merupakan sumber etika yang penting. Tetapi agama sebagai sumber etika itu belum dimanfaatkan secara baik, padahal banyak nilai-nilai bisa digali dari agama.

''Tidak hanya nilai persatuan yang bisa digali dari agama,'' kata Aidul saat menyampaikan sambutan pada pembukaan 'Konferensi Nasional Etika Kehidupan Berbangsa' di Gedung Nusantara IV komplek MPR, DPR dan DPD, Jakarta, Rabu (31/5). ''Tapi juga nilai penggerak, pendorong, dan energi besar yang sanggup mengarahkan umatnya pada kesejahteraan.''



Misalnya etika protestan dan Tokugawa Jepang yang mengajarkan sikap kedisiplinan dan  kerja keras. Ajaran seperti itu terbukti mampu membawa bangsa Jepang mengalami kemajuan pesat. Bahkan, mereka menjadi negara yang tetap memegang etika sekaligus negara modern.

Selain agama, kata Aidul, Pancasila juga menjadi sumber etika. Jadi Pancasila bukan hanya pemersatu, tapi juga tempat berlindung bagi semua bangsa. Pancasila harus jadi ideologi terbuka sekaligus penggerak pada kemajuan.

''Budaya daerah yang jumlahnya sangat banyak, juga bisa menjadi sumber etika. Seperti Perwakilan di Minang atau Desa Lembang Toraja. Peradilan di sana mampu mereduksi kasus ke peradilan,'' kata Aidul.

Intinya, upaya untuk menghidupkan etika kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah susah. Ada banyak sumber yang bisa dipakai untuk merealisasikan amanat Tap MPR No VI tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa dan bernegara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler