'Jenderal Soedirman tak Putus Wudhu Saat Perang Gerilya'
REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menolak keras dikotomi Islam dan Indonesia. Dia juga menentang apabila ada pihak yang mengatakan bahwa Islam anti-NKRI.
Anggapan seperti itu, menurut Hidayat, sudah memutarbalikkan sejarah. Pasalnya sejak dahulu Islam dan Indonesia tak pernah berpisah. Bahkan banyak Muslim dan tokoh-tokoh Islam yang berkorban demi keutuhan bangsa Indonesia.
Nama-nama seperti Mohammad Natsir, Hasyim Asy'ari dan Panglima Besar Jenderal Soedirman hanyalah sebagian kecil tokoh Islam yang berani berjuang demi bangsa dan negara Indonesia.
Natsir dikenal salah satunya karena Mosi Integral Natsir, mengembalikan NKRI ke pangkuan Ibu Pertiwi. KH Hasyim Asy'ari dikenal sebagai pelopor revolusi jihad sehingga menimbulkan keberanian di kalangan santri. Sedangkan Panglima Soedirman adalah sosok yang pantang menyerah. Meski hampir seluruh kawasan dan semua pimpinan nasional dipenjarakan kolonialis, Soedirman yang menderita sakit paru-paru akut memilih melakukan perlawanan gerilya.
Hidayat mengatakan, meski ditandu, Jenderal Soedirman berhasil mengalahkan klaim Belanda, bahwa mereka telah menguasai NKRI. Dengan perlawanannya, Soedirman berhasil meyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia masih ada. "Ada tiga rahasia mengapa Soedirman tak bisa ditangkap oleh Belanda selama menjalankan perang gerilya. Pertama tak pernah putus wudhu, lalu selalu shalat tepat waktu, dan berbakti pada orang tua", kata Hidayat saat memberikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Bandar Lampung, Ahad (20/8).
Rahasia sukses gerilya Jenderal Soedirman ini, kata Hidayat, sempat disampaikan pengawalnya yaitu Soeparjo Rustam dan dibenarkan oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo.