Bamsoet Minta Jangan Dramatisasi Melemahnya Ekonomi Negara

Bamsoet berharap masyarakat tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia

mpr
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) saat mengisi diskusi publik di Pressroom MPR RI, di Jakarta, Selasa (17/3).(mpr)
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Bambang Soesatyo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga dan memperkuat optimisme ditengah meluasnya wabah Virus Corona (nCoV-190). Ketua MPR yakin bahwa masa-masa sulit seperti sekarang akan bisa dilalui pada waktunya.


"Beberapa hari lalu, otoritas kota Wuhan di China melaporkan tidak adanya kasus baru Covid-19 selama tiga hari berturut-turut. Kalau penularan wabah nCoV-19 di Wuhan bisa direduksi atau terhenti, hal yang sama juga bisa terjadi di negara lain, termasuk di Indonesia. Karena itu, masyarakat Indonesia jangan pesimis. Sebaliknya, tetaplah optimis," ujar dia, Ahad (22/3)

Untuk menjaga dan memperkuat optimisme itu, Ketua MPR mengimbau semua pihak untuk tidak mendramatisir fakta atau indikator yang menggambarkan proses melemahnya perekonomian nasional. Proses pelemahan ekonomi akibat wabah nCoV-19 sudah diprediksi.

Indikator ekonomi seperti nilai tukar valuta, indeks harga saham gabungan hingga harga energi seperti minyak dan gas, memang harus dipublikasikan secara berkelanjutan untuk diketahui publik. Namun, publikasi indikator-indikator ekonomi itu hendaknya tidak didramatisasi untuk tujuan membuat publik takut.

Tidak hanya masyarakat Indonesia, komunitas global pun tahu dan sedang merasakan ragam kerusakan akibat wabah nCoV-19. Orang awam sekalipun tahu bahwa pembatasan mobilitas warga yang terus dieskalasi, apalagi sampai pada tahapan lockdown sebuah kota atau negara, akan menimbulkan kerusakan di sana sini, termasuk di sektor ekonomi.

"Produktivitas pekerja pasti menurun. Ada pabrik yang harus ditutup sementara sehingga volume produksi merosot, permintaan melemah, mata rantai pasokan dan distribusi barang tidak lancar, bahkan sampai pada potensi lonjakan harga barang dan belanja berlebihan karena panik," ucap dia.

Ia pun mengatakan pada saat-saat seperti ini, setiap komunitas dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Kerja keras membatasi penyebarluasan wabah nCoV-19 otomatis menuntut pengorbanan dari sektor lain, termasuk sektor ekonomi dan semua sub-sektornya.  

"Saat ini, banyak negara, termasuk Indonesia, tidak hanya sekadar menerapkan pembatasan, tetapi juga harus mengeluarkan anggaran ekstra untuk melindungi semua warga negara dari kemungkinan tertular nCoV-19. Tak hanya alokasi anggaran, bahkan waktu, tenaga serta pikiran seluruhnya fokus pada upaya cegah tangkal penyebarluasan wabah nCoV-19," ungkap dia.

Pada saat yang sama, semua kepala pemerintahan bersama jajaran menteri ekonomi juga bekerja ekstra keras agar kinerja perekonomian negara tidak lumpuh. Alih-alih memacu pertumbuhan ekonomi, mencegah kerusakan di sejumlah sektor pun menjadi pekerjaan tidak mudah. 

Ia pun mengatakan Dalam situasi seperti sekarang, yang bisa dilakukan setiap negara adalah menerapkan sejumlah kebijakan stimulus agar perekonomiannya tidak mengalami kerusakan yang kelewat serius. Langkah yang sama juga dilakukan Indonesia.

"Jangan lupa bahwa dalam konteks gejolak ekonomi, situasi seperti sekarang bukan pengalaman pertama bagi Indonesia. Beberapa dekade lalu, Indonesia juga pernah menghadapi gejolak dan krisis ekonomi. Namun, sudah terbukti bahwa perekonomian negara tidak lumpuh. Dengan kebersamaan dan kerja keras, perekonomian Indonesia bisa pulih," tutur dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler