Ekonomi Desa yang Kuat Mampu Atasi Ancaman Resesi

Desa memiliki banyak potensi alam bernilai ekonomi tinggi yang belum dimaksimalkan

ANTARA/ANIS EFIZUDIN
Seorang warga memanen teh Jawa di perkebunan kawasan lereng gunung Sumbing Desa Sontonayan, Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Tanaman teh Jawa ditanam petani setempat di sela-sela tanaman sayuran, untuk dikonsumsi sendiri dan dijual ke pasar
Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid meminta pemerintah memperkuat perekonomian di pedesaan karena diyakini langkah itu bisa mengatasi ancaman resesi dan pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen yang menimpa Indonesia.


"Di desa banyak potensi yang belum dimaksimalkan, desa yang subur menyimpan potensi sumber daya alam dan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pohon seperti kopi, cengkeh, tembakau, lada, rempah-rempah, dan lain sebagainya, tumbuh di sana dan dikelola oleh masyarakat," kata Jazilul dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Dia menilai apabila potensi pedesaan seperti itu lebih disentuh dan diperhatikan pemerintah, maka desa akan menjadi pusat perekonomian masa depan dan juga daerah pesisir yang kaya dengan sumber daya kelautan.

Politisi PKB itu mendorong potensi yang ada di desa dan pesisir dikelola secara profesional misalnya dengan serius mendirikan dan mengelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) agar ada nilai tambah dan menyerap tenaga kerja dari masyarakat.

Jazilul yang akrab dipanggil Gus Jazil itu menceritakan, saat dirinya mengunjungi Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, di sana banyak Bumdes yang mengelola kopi olahan perkebunan rakyat.

"Bumdes yang ada mampu mengelola kopi yang dipetik dari perkebunan hingga dipasarkan di warung Bumdes di lokasi tempat wisata. Langkah seperti itu yang perlu dicontoh dan ditiru oleh desa-desa yang lain," ujarnya.

Dia mengakui bahwa sejumlahBumdes yang ada masih kekurangan peralatan dan sumber daya manusia karena itu perlu peran pemerintah untuk memberdayakan.

Menurut dia, Kementerian terkait harus bersama dengan pemerintah daerah membantu dan mendorong agar mereka lebih profesional dalam mengelola dan menggerakkan potensi desa.

Dia mengatakan pemerintah harus melatih bagaimana Bumdes mampu mengemas produk dan membuka jaringan distribusi perdagangan, selain sering diikutkan dalam pameran produk unggulan, juga dilatih bagaimana menjual produk melalui daring.

"Teknologi informasi sekarang sudah masuk ke pelosok-pelosok pedesaan. Media sosial seperti facebook, youtube, twitter, instagram, dan lain sebagainya juga sudah diakrabi semua orang termasuk orang desa. Melalui lewat media sosial seperti itu, produk desa bisa dipasarkan," katanya.

Gus Jazil mengatakan, cara memasarkan melalui media daring itu sangat efektif misalnya kopi dari Ende dan Bajawa, Flores, cepat diketahui masyarakat di mana saja ketika sudah terunggah di media sosial.

"Kopi dari Flores disebut memiliki rasa yang khas, tinggal bagaimana Bumdes yang dibina pemerintah memanfaatkan peluang itu," ujarnya.

Dia menilai, memberdayakan perekonomian pedesaan melalui Bumdes tidak banyak mengalami kendala karena masyarakat pedesaan kental dengan sikap gotong royong dan keterbukaan.

Menurut dia, masyarakat pedesaan mudah menyerap nilai-nilai baru yang dirasa bisa memberdayakan potensi diri dan desa, dalam bekerja pun mereka menerapkan nilai-nilai kegotongroyongan.

Nilai-nilai gotong royong yang ada di desa menurut Jazilul Fawaid perlu untuk terus dirawat, dilestarikan, dan dikembangkan."Sikap gotong royong dan keterbukaan serta potensi yang melimpah yang membuat saya yakin masa depan perekonomian ada di desa," katanya.

 

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler