Kunjungan Menko Polhukam Ke HRS, Kuatkan Etika Bernegara

HNW mengapresiasi pengikut HRS yang menjemput secara tertib, damai tanpa anarki

MPR
Wakil Ketua MPR-RI Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA, (HNW) meminta Pemerintah, tokoh politik dan tokoh bangsa menjadikan kepulangan Habib Rizieq dengan aman dan selamat ke Indonesia sebagai momentum untuk menguatkan komitmen penegakan etika/moral/akhlak berkeumatan, berbangsa, dan bernegara. Apalagi HRS sudah menegaskan secara terbuka bahwa kepulangannya dalam rangka Revolusi Akhlak, sebagaimana Pemerintah juga punya program Revolusi Mental.
Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua MPR-RI Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA,  meminta Pemerintah, tokoh politik dan tokoh bangsa menjadikan kepulangan Habib Rizieq dengan aman dan selamat ke Indonesia sebagai momentum untuk menguatkan komitmen penegakan etika/moral/akhlak berkeumatan, berbangsa, dan bernegara. Apalagi HRS sudah menegaskan secara terbuka bahwa kepulangannya dalam rangka Revolusi Akhlak, sebagaimana Pemerintah juga punya program Revolusi Mental. 


Salah satu bentuk etika/moral/akhlak adalah mengokohkan prinsip dan praktik bersilaturahmi, saling berkunjung dan menyapa dengan spirit dan semangat persaudaraan, sebagai bentuk  tradisi ketimuran yang juga ajaran Agama. Apalagi sinyal-sinyal itu sudah disampaikan dan ternyata berdampak sangat positif dengan terselenggaranya kepulangan HRS secara aman, lancar dan damai. Tidak sebagaimana dibayangkan semula yang dipenuhi ancaman dan disinformasi. HRS sudah menyampaikan sinyal yang sangat jelas, pada waktu terakhirnya di Mekah, beliau menegaskan bahwa kepulangannya ke Indonesia karena Beliau tidak memusuhi Negara Indonesia juga tidak memusuhi TNI, melainkan kepulangan HRS untuk lakukan Reformasi Akhlak.

Pemerintah juga akhirnya, melalui Menko Polhukam, menyambut dengan penegasan yang menenteramkan yaitu untuk melindungi hak HRS sebagai WNI, mengizinkan pendukung HRS untuk menjemput asal tertib, dan agar aparat mengawal tidak dengan berlebih-lebihan, tidak boleh berlaku represif, dan agar mengawal HRS hingga tiba di kediaman dengan aman dan selamat. Kebijakan yang nyata terjadi di lapangan,  itu dipuji oleh FPI dan publik. Karena mendinginkan suasana dan menghindarkan terjadinya konflik, di mana bisa jadi itulah yang diinginkan provokator untuk langgengkan konflik antara Umat Islam dengan Aparat/Pemerintah. Sementara HRS saat berorasi  didepan jemaah yang berkerumun di kediamannya di Petamburan juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pak Mahfud MD karena sikap akhirnya yang bijaksana itu.

Kondisi kondusif dan konstruktif untuk Umat, Bangsa dan Negara,  ini penting dijaga dan ditindaklanjuti. Salah satunya seperti kunjungan Prof Mahfud MD sebagai Menko Polhukam mengunjungi HRS di kediamannya. Sebagaimana sebelumnya Menko Polhukam juga mengunjungi Syekh Ali Jaber, da’i dan ulama hafidh al-Quran, sesaat setelah menjadi korban penusukan di Lampung. Saat itu publik menyambut baik silaturahmi terdebut, dengan harapan  bisa membuka pintu-pintu kebaikan yang bermanfaat bagi harmoni kehidupan keumatan, berbangsa dan bernegara. 

“Kebijakan Menko Polhukam yang mempersilahkan kepulangan HRS dan melakukan penjagaan sewajarnya adalah langkah yang bijak dan tepat. Karenanya akan  lebih baik jika beliau melanjutkan dengan berkunjung ke kediaman HRS untuk bersilaturahmi, merealisasikan prinsip revolusi mental yang bisa bersesuaian dengan prinsip revolusi akhlak, menghadirkan momentum harmoni dengan sesama tokoh umat Islam, untuk kemaslahatan berbangsa dan bernegara”, disampaikan Hidayat dalam keterangan tertulis di Jakarta (10/11). 

Hidayat berpendapat, revolusi akhlak yang dicanangkan HRS  patut untuk didukung, karena bisa disinergikan juga dengan revolusi mental yang bertujuan memperbaiki etika dan karakter bangsa, sesuai dengan TAP MPR No. VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Apalagi menurutnya, kepulangan beliau bertepatan dengan Hari Pahlawan sehingga sudah seharusnya kita maksimalkan simbol-simbol ini untuk menghadirkan akhlak/etika/moral yang diteladankan dan diwariskan  para Pahlawan, dengan menyegarkan ingatan kolektif akan jasa dan warisan para Pahlawan yang ternyata banyak dari kalangan Umat, Ulama, dan Habaib. HNW  menjelaskan bahwa peristiwa 10 November yang kemudian dinyatakan sebagai Hari Pahlawan sangat terkait dan merupakan resonansi langsung dari Fatwa/Resolusi Jihad oleh KH Hasyim Asyari, di mana para Kiai, Habaib, dan Santri menyuarakan semangat jihad cinta tanah air dan agama melawan penjajah Belanda yang akan kembali menjajah Republik Indonesia, untuk memastikan kemerdekaan Republik Indonesia tetap terjaga, sekalipun Sila I Pancasila sudah mengalami perubahan.  

HNW juga mengapresiasi Umat Pengikut HRS yang menjemputnya secara tertib, aman, dan damai, tanpa anarki, sekalipun massa yang hadir sebagaimana biasa jumlahnya sangat besar, baik di bandara maupun kediaman beliau. selain itu, HNW juga mengapresiasi aparat TNI-Polri dan keamanan Bandara yang melaksanakan instruksi Menko Polhukam untuk mengawal tanpa berlebihan, bertindak bijak tanpa represi, sehingga suasana kepulangan HRS menjadi kondusif. 

“Ini modal sosial yang sangat penting, yang seharusnya tidak disia-siakan, apalagi dimentahkan, dengan hadirkan kembali suasana saling mencurigai dan saling memusuhi. Mestinya dijadikan momentum perwujudan dari Revolusi Akhlak dan revolusi mental juga. Dan kunjungan langsung dari Prof Mahfud MD, sebagaimana sebelumnya sudah beliau lakukan terhadap Syekh Ali Jaber, akan jadi tonggak yang sangat penting. Semoga jadi berkah untuk relasi positif antar Umat Bangsa dan Negara”, katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler