PDIP Siap Lawan Strategi Pecah Belah di Pilkada Surabaya

PDIP menilai kubu lawan melakukan strategi pecah belah di Surabaya.

ANTARA/Moch Asim
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Djarot Saiful Hidayat (kiri) mengenalkan pasangan bakal calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (tengah) dan bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya Armuji (kanan) usai pengumuman rekomendasi calon kepala daerah di Taman Harmoni, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/9/2020). DPP PDI Perjuangan resmi mengusung pasangan Eri Cahyadi dan Armuji menjadi bakal calon Wali Kota dan bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020.
Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) siap melawan adanya strategi pecah belah pada Pilkada Surabaya. PDIP menilai strategi pecah belah disuarakan kubu lawan dengan tujuan melemahkan dukungan terhadap pasangan calon Eri Cahyadi-Armujidi Pilkada Surabaya. 

Baca Juga


"Debat publik kedua tadi malam (18/11) menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armuji, berhadapan dengan Machfud-Mujiaman yang lebih mengedepankan retorika, namun tidak memahami persoalan tata kota, investasi dan juga manajemen pemerintahan yang baik," ujar politikus senior PDIP sekaligus mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat saat dihubungi wartawan di Surabaya, Kamis (19/10).

Menurut Djarot, Machfud Arifin kurang begitu paham pemerintahan yang baik, strategi yang dipakai adalah memecah belah, termasuk mendekati putra sulung almarhum mantan sekjen DPP PDI Perjuangan I. Soetjipto (Pak Tjip) Jagad Hariseno. "Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim Machfud-Mujiaman menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya," katanya.

Djarot mengatakan DPP PDIP telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak terpuji. Ia mengatakan jika Mat Mochtar mengaku anggota partai harus memiliki kesadaran berorganisasi.

"Eri Cahyadi-Armuji adalah calon yang diusung PDI Perjuangan. Saya tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan kontemplasi," katanya.

Bahkan saat itu, lanjut dia, agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan sebelum Eri-Armuji diumumkan, Megawati tidak mau terima tamu, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. "Dengan demikian keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota Surabaya. Eri diputuskan sebagai calon karena kepemimpinannya. Eri adalah sosok muda, berprestasi di Surabaya. Sebagai seorang insinyur, mampu membuat perencanaan dan desain kemajuan bagi Surabaya untuk Indonesia dan dunia," ujarnya.

Atas dasar itu, Djarot meyakini, justru ketika Eri-Armuji dikepung dan pihak lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana, warga Surabaya justru akan bersatu. "Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman, dan visioner. Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika sekutu mengepung Surabaya, perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat," katanya.

Diketahui Pilkada Surabaya 2020 diikuti dua pasangan calon (paslon), yakni Eri Cahyadi-Armuji dan Machfud Arifin-Mujiaman. Eri Cahyadi-Armuji diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Selain itu mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik non parlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.

Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiamandiusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler