LSI: Partisipasi Pemilih Berpendidikan Rendah Tertinggi

Berdasarkan usia, partisipasi yang paling rendah adalah kalangan pemilih pemula.

Antara/Adiwinata Solihin
[Ilustrasi] Seorang warga memasukkan surat suara ke dalam kotak suara.
Rep: Fauziah Mursid Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partisipasi pemilih dari kalangan masyarakat yang berpendidikan menengah ke bawah paling tinggi dalam Pilkada 2020. Hal ini merupakan salah satu temuan survei yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) tentang Pilkada dan Politik Uang di masa Wabah Covid-19.

Baca Juga


Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan mengatakan, dari survei terhadap 2000 responden secara acak, angka partisipasi pemilih yang mengaku datang sebanyak 76,1 persen. "Yang menarik dari segi pendidikan kalangan yang berpendidikan menengah ke bawah itu cenderung lebih tinggi partisipasinya di dalam pilkada kali ini berdasarkan temuan survei," kata Djayadi saat merilis hasil survei LSI secara daring, Ahad (10/1).

Ia mengatakan, berdasarkan data LSI, 90,9 persen responden yang berpendidikan setara SD mengaku datang ke TPS, responden berpendidikan SMP datang ke TPS sebanyak 74,6 persen, lalu SMA 68,5 persen, dan pendidikan tinggi (kuliah) sekitar 64,5 persen.

Jika mengacu data responden yang datang ke TPS berdasarkan usia, ia mengatakan, partisipasi yang paling rendah adalah kalangan pemilih pemula yang umurnya 21 tahun ke bawah, yakni 39,7 persen. Sementara, partisipasi pemilih berusia di atas 21 tahun lebih dari 70 persen

"Di bawah 50 persen partisipasinya, paling tidak menurut temuan survei ini, yang lain di atas 70 persen, jadi kalangan pemilih pemula partisipasinya paling rendah di pemilu serentak Pilkada 2020 ini, yang lain secara demografi tidak terlalu berbeda angka partisipasinya," kata Djayadi.

Djayadi mengatakan, angka partisipasi pemilih di Pilkada 2020 yang menurut perkiraan KPU berada di kisaran 76 persen juga cukup baik di tengah pandemi Covid-19. Sebab, sebelumnya diperkirakan partipasi pemilih Pilkada 2020 akan merosot tajam karena bersamaan dengan pandemi.

Ia menilai, hal ini karena penyelengara Pemilu dan kandidat pasangan calon maupun partai politik peserta yang terus meyakinkan masyarakat Pilkada tetap aman sepanjang mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, berdasarkan pengakuan responden, masyarakat yang datang ke TPS menyebut protokol kesehatan di tiap TPS dijalankan secara maksimal.

"Mungkin salah satu faktornya adalah masyarakat masyarakat melihat kesehatan dijalankan dengan ketat sehingga Pilkada dianggap aman sehingga mereka mau berpartisipasi," kata dia.

Survei LSI dilakukan pada rentang 11-14 Desember 2020 dengan metodologi menggunakan telepon ke 2000 responden yang dipilih acak. Adapun, database itu diperoleh dari survei face to face bertemu langsung responden dlam berbagai survei beberapa waktu terakhir.

Survei menggunakan asumsi metode simple random sampling ukuran sampai 2000 responden memiliki toleransi kesalahan sekitar 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler