REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prosedur observasi kru kapal World Dream dan Diamond Princess di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu sama dengan standar operasional terhadap WNI dari Wuhan, China di Natuna. Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan prosedurnya menggunakan standar WHO.
Saat dijumpai di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso di Jakarta Utara, Rabu (4/3), Yurianto mengatakan sesuai standar operasional prosedur tersebut. Yaitu pemeriksaan dilakukan dua kali dalam satu hari.
“Sesuai standar pemeriksaan dilakukan setiap 12 jam, seusai makan pagi dan setelah makan malam,” kata dia.
Khusus untuk 188 ABK World Dream yang dievakuasi dari kapal yang bersandar di Hong Kong itu, ia mengatakan, tidak ada keluhan signifikan yang mengarah ke gejala flu berat, yang mirip dengan gejala infeksi Covid-19.
“Suhu tubuh tertinggi adalah 37,2 derajat (Celsius) tetapi sekarang sudah turun. Mungkin sempat dehidrasi,” lanjutnya.
Dia berharap, hasil tes pada akhir masa observasi selama 14 hari mendatang akan tetap negatif. Sehingga para ABK dapat dikembalikan ke keluarga masing-masing, tanpa perlu kekhawatiran.
Para pekerja kapal pesiar World Dream memulai proses observasi di Pulau Sebaru sejak Jumat (28/2). Para ABK kapal pesiar Diamond Princess yang dievakuasi dari Yokohama, Jepang dan diberangkatkan ke Pulau Sebaru dari Pelabuhan PLTU Indramayu bersama 23 kru penjemput pada Senin (2/3), dijadwalkan turun dari KRI Soeharso-990 ke Pulau Sebaru pada Rabu ini.
Yurianto mengatakan dari total 69 ABK Diamond Princess, 68 dinyatakan negatif dari penularan virus corona dan diperbolehkan turun dari KRI Soeharso. Namun satu orang masih ditahan di kapal karena sempat mengeluh batuk, beberapa hari yang lalu.
Saat ini, pihaknya melakukan tes laboratorium terhadap spesimen satu orang ABK tersebut. “Mudah-mudahan bisa clear (jelas) besok,” ujarnya.