REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah satu anjing dinyatakan positif lemah Covid-19 di Hong Kong pekan lalu, mulai banyak orang menduga-duga jika virus juga berbahaya untuk hewan dan bisa menularkannya kembali. Akan tetapi, pakar mengingatkan bahwa sebetulnya hewan tidak dapat terinfeksi virus ini.
Virus bisa saja ditemukan keberadaanya pada tubuh hewan, namun belum tentu menginfeksi. Kasus tersebut memang adalah pertama kalinya seekor anjing dinyatakan positif terkena virus.
Dilansir laman Times of India, anjing tersebut tidak menunjukkan gejala dan telah dikarantina untuk diuji berulang kali. Anjing itu mendapatkan karantina di Hong Kong Port of Hong Kong-Zhuhai-Macao Bridge. Tidak ada hewan lain yang berada di fasilitas tersebut.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia dan AFCD, tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing, dapat terinfeksi virus corona. Itu disebabkan karena anjing-anjing itu mungkin positif terkena virus, namun bukan berarti bahwa mereka telah terinfeksi.
Corona dapat hidup di permukaan objek, tetapi para peneliti belum yakin tentang berapa lama virus itu bertahan hidup. Dengan cara yang sama, virus dapat hadir pada tubuh kucing atau anjing, bahkan meskipun saat belum benar-benar tertular virus.
AFCD sedang menguji anjing lebih lanjut untuk melihat apakah anjing tersebut telah terinfeksi virus atau baru saja terkontaminasi virus. Berdasarkan fakta yang ada sejauh ini, anjing tidak lebih berisiko daripada benda mati seperti gagang pintu dan meja kerja.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, cara utama penyebaran infeksi adalah dari orang ke orang atau melalui cipratan liur dari saluran pernapasan dari orang yang terinfeksi. Menurut Departemen Pertanian, Perikanan dan Konservasi (AFCD), Hong Kong, sampel dari rongga hidung dan mulut anjing telah diuji "positif lemah" untuk COVID-19. Artinya, tingkatan virus tersebut ditemukan rendah pada seekor hewan.