REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah corona atau covid-19 sudah menyebar hampir ke 58 negara di dunia. Saat ini diketahui, corona sudah menginfeksi sedikitnya 87.000 orang. Namun, apakah wabah ini akan terus meluas?
Setidaknya itulah yang dipikirkan Pendiri dan CEO Platform Kecerdasan Buatan (AI) BlueDot, Kamran Khan. Pertanyaan ini pernah terbesit dipikiran Khan saat BlueDot menemukan wabah corona Desember tahun lalu.
Melansir laman CNBC, Jumat (6/3), BlueDot berhasil mendeteksi corona jauh hari sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pernyataannya terkait adanya virus corona baru. Berdasarkan temuan Khan, corona disebut memiliki kesamaan dengan wabah sindrom pernafasan akut (SARS) yang parah pada 2003 silam.
Khan mengakui ada kesamaan antara covid-19 dengan SARS dalam penyebarannya. Ia khawatir dunia akan melalui sesuatu yang mirip dengan kejadian 17 tahun lalu tersebut.
Pasalnya, platform BlueDot tidak hanya bekerja untuk mendeteksi penyakit menular sedini mungkin. BlueDot juga dirancang untuk memahami proses penyebaran dari suatu penyakit hingga ke belahan dunia.
"Teknologinya juga dirancang untuk menentukan konsekuensi potensial dari penyebarannya," kata Khan.
Cara BlueDot menangkap wabah pandemik cukup sederhana. BlueDot adalah perangkat lunak yang dirancang untuk melacak, menemukan, dan membuat konsep penyebaran penyakit menular. Perangkat bekerja mengirimkan peringatan, seperti sinopsis singkat dari wabah penyakit melalui teknologi artificial intelligence (AI).
Kunci BlueDot adalah big data atau data yang sangat besar. Mesin pintarnya akan memilih data dari ratusan ribu sumber, termasuk demgrafi populasi.
Dalam kasus covid-19 atau corona, BlueDot tak hanya mengirimkan peringatan. BlueDot juga mengidentifikasi dengan benar kota yang terhubung ke Wuhan.