REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah ini melaporkan bahwa penyebaran virus penyebab Covid-19 memang harus ditanggapi dengan serius. Kendati demikian, kabar baiknya, sebanyak 80 persen yang terinfeksi virus corona tipe baru hanya mengalami gangguan kesehatan yang ringan dan dapat sembuh sepenuhnya.
Sebuah penelitian dari China, belum lama ini menyebutkan bahwa virus corona baru mungkin masih bertahan di dalam tubuh selama dua pekan setelah pasien dinyatakan sembuh. Namun, para ahli meminta masyarakat agar tidak panik dengan temuan baru ini, karena kemampuan virus tersebut untuk menularkan gejala kepada subjek lain sudah melemah.
Seorang ahli epidemiologi di College of Public Health Temple University, Krys Johnson, justru mengatakan virus yang masih berada di tubuh manusia bisa menjadi pemicu kekebalan tubuh. Jadi, kabar tersebut belum tentu buruk.
"Virus yang masih berkeliaran dalam sistem manusia juga cenderung memicu kekebalan tubuh untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya," katanya kepada laman Live Science.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal JAMA. Penelitian baru ini dilansir menyusul empat profesional medis berusia 30 hingga 36 yang mengembangkan virus corona baru dan dirawat di Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan. Semua pasien virus corona dinyatakan sembuh total dan hanya satu yang masih dirawat di rumah sakit.
Para pasien ini diobati menggunakan antivirus oseltamivir atau dikenal sebagai obat Tamiflu yang biasanya digunakan untuk mengobati influenza. Setelah gejala mereka sembuh, mereka dianggap pulih setelah kembali menjalani tes laboratorium sebanyak dua kali dan dinyatakan negatif virus Covid-19.
Hanya saja, para pasien pulih ini masih tetap diperintahkan untuk mengarantina diri di rumah selama lima hari hingga 13 hari setelah pemulihan. Di antara rentang waktu tersebut, mereka akan menjalani tes kembali pada hari ke-5 dan 13 dan ada yang hasilnya positif.
"Temuan ini menunjukkan bahwa setidaknya sebagian dari pasien yang pulih masih menjadi pembawa virus," catat para peneliti.
Apakah artinya, kita bisa terinfeksi virus Covid-19 kembali? Kasus kambuhnya virus ini dilaporkan terjadi di Jepang. Seorang perempuan kembali jatuh sakit dan dinyatakan positif terkena virus corona untuk kedua kalinya.
Beragam pendapat dari ahli mengenai kasus ini. Sebagian ahli menyatakan bahwa pasien tersebut telah menangkap virus versi baru, sebagian ahli lain berpendapat bahwa sistem tubuh pasien sendiri yang tidak melawan virus sepenuhnya, sehingga menyebabkan gejala untuk kedua kalinya.
Seorang ahli virus di Michigan Tech University, Ebenezer Tumban, mengatakan bukan hal baru apabila virus tersebut dapat mengendap lama dengan level kecil di dalam tubuh setelah dinyatakan pulih. Misalnya saja viris Zika dan Ebola yang juga bertahan lama di dalam tubuh setelah pasien dinyatakan sembuh.
Menurut Tumban, setelah obat antivirus dihentikan, virus Covid-19 dalam tubuh pasien mulai bereplikasi pada tingkat rendah. Rendahnya tingkat virus membuat kondisinya tidak cukup untuk menyebabkan gejala lagi dan pasien sangat tidak mungkin untuk menularkannya pada yang lain.
"Tetapi, mereka tetap harus berhati-hati untuk tidak berbagi minuman dan memastikan mereka sering mencuci tangan," ujarnya.