REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak pelari yang melewati tahap pemanasan dan pendinginan saat melakukan olahraga lari. Padahal, menurut pelatih lari dari Gantarvelocity, Agung Mulyawan, kedua aktivitas itu memiliki fungsinya masing-masing yang tak bisa disepelekan.
“Fungsi pemanasan sebetulnya meningkatkan suhu tubuh dan denyut jantung,” kata Agung ditemui di Jakarta Pusat, belum lama ini.
Itulah sebabnya, pemanasan selalu diwarnai gerakan-gerakan dinamis. Agung menjelaskan, gerakan seperti itu dapat mempersiapkan tubuh agar bisa menghadapi latihan utama yang memiliki beban lebih berat.
"Gerakan dinamis, bisa mempersiapkan otot dan sendi, serta membuat suhu tubuh dan denyut jantung meningkat," ungkap Agung.
Terkait tujuannya, menurut Agung, pemanasan tak bisa dilakukan dengan gerakan yang statis. Karena itu, pelari harus mengalokasikan waktunya untuk melakukan peregangan sebelum beraksi.
“Kalau latihan statik ototnya terlalu regang sehingga ketika latihan intinya, nanti jadi lemas. Bukannya siap, tapi lemas. Itulah mengapa pemanasan baiknya gerakan dinamis,” ujar Agung.
Selain itu, pemanasan dengan gerakan dinamis juga dapat mempersiapkan sistem saraf untuk bekerja menunjang aktivitas berlari. Jika pada saat latihan utama sistem saraf tidak siap, maka pelari berpotensi mengalami cedera.
“Latihan itu banyak impact-nya. Kalau sistem sarafnya tidak siap, kalau di tengah jalan ada lubang atau gundukan, kita jadi tidak siap juga. Jadi ketika diinjak malah jadi cedera ankle,” jelas dia.
Sementara pada tahap pendinginan, Agung menyarankan untuk melakukan gerakan-gerakan statis. Hal itu akan membuat otot dan sendi menjadi lebih santai. Sebab, pada saat berlatih utama, pelari telah menggunakan otot berulang-ulang.
Selain itu, berlari juga membuat denyut nadi lebih kencang. Dengan gerakan statis, tubuh dapat menjadi lebih santai.
Agung juga mengingatkan pelari untuk tak melewati tahap pendinginan. Sebab, jika tubuh tak diistirahatkan terlebih dahulu setelah berlari, maka potensi cedera menjadi lebih besar.